Pernah membaca berita tentang kasus seorang anak yang membunuh orang tuanya?

Atau seorang siswa melakukan kekerasan pada guru?

Atau juga kasus penyiksaan yang dilakukan senior pada juniornya di sekolah?

Bukan hanya satu dua kasus terjadi. Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada situs www.kpai.go.id menuliskan 78,3 persen anak yang melakukan kekerasan adalah mereka yang pernah menjadi korban kekerasan. Atau mereka pernah melihat kekerasan dilakukan anak lain dan menirunya.

Parahnya kasus kekerasan yang dilakukan oleh anak meningkat setiap tahunnya.

Diantara penyebab perilaku kekerasan pada anak adalah ketidakmampuan anak mengendalikan emosi. Pada tahap perkembangannya, anak-anak belum bisa menentukan perbuatan benar dan salah. Sehingga apa yang dialaminya itulah yang akan dilakukannya.

Sebagai orang tua tentu tidak ingin memiliki anak korban kekerasan apalagi pelaku kekerasan. Ada hal sederhana yang bisa dilakukan oleh orang tua agar anak menjadi penyayang.

Terapi mengelus ubun-ubun dan punggung anak. Ubun-ubun adalah kepala bagian depan (frontal lobe). Pada bayi, ubun-ubun masih terlihat jelas bergerak-gerak dengan struktur yang masih sangat rawan. Frontal lobe bertugas pada pembentukan kepribadian individu. Jadi pada bagian inilah seseorang berinisiatif untuk berbuat kebaikan atau keburukan.

Jika bagian ubun-ubun anak sering dielus oleh orang tua maka secara alamiah akan mengalirkan energi cinta. Begitupun mengelus bagian punggung anak. Biasanya banyak orang tua mengelus punggung anak ketika mereka akan tidur.

Sentuhan kasih sayang orang tua menyebabkan anak merasa nyaman dan terlindungi. Anak yang mendapatkan ketulusan cinta dari orang tua cendrung menjadi pribadi penyayang.

Sifat penyayanglah yang kemudian menjadi pertimbangan emosional ketika anak berinteraksi dengan orang lain.

Nah, bagaimana Ayah-Bunda, sudahkah terbiasa mengelus ubun-ubun dan punggung anak?

Jika belum, jadikan ini terapi sederhana agar anak-anak kita menjadi seorang yang penyayang. Mudah kan?!