BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Sebastian Kurz, kanselir milenial pertama Austria dan dunia

Presiden Austria terpilih, Sebastian Kurz.
Jalan karier politik Sebastian Kurz begitu mulus. Kurz mulai dikenal luas publik Austria pada 2013. Saat itu dia baru berusia 27 tahun, namun sudah diangkat sebagai Menteri Luar Negeri Austria.

Banyak politisi yang mencibir kemampuannya. Namun, media dan rakyat Austria sudah terlanjur jatuh hati pada sosok Kurz yang muda, tampan, dan pintar berbicara itu.

Sorotan semakin tajam manakala Austrian People's Party (Osterreichische Volkspartei/OVP), partai konservatif yang menjadi tempat bernaung Kurz, berhasil memperoleh suara tertinggi (31,6 persen) dalam pemilihan umum Austria yang digelar Minggu (15/10/2017).

Dengan perolehan itu, maka Kurz, yang baru dinobatkan sebagai ketua umum partai konservatif pada Mei 2017, sudah pasti akan melenggang dengan mulus merebut kursi Kanselir Austria yang sebelumnya dijabat Christian Kern.

Kurz akan menjadi pemimpin negara termuda di dunia, setelah sebelumnya dinobatkan kepada pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, yang berusia (sekitar) 33 tahun.

Kurz pun langsung disandingkan dengan pemimpin muda lainnya seperti, Raja Bhutan, Jigme Khesar Namgyel Wangchuck (37); Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al Thani (37); Perdana Menteri Irlandia, Leo Varadkar (38); dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron (39).

Di luar hiruk pikuk usia dan ketampanan, terpilihnya Kurz menjadi catatan penting bagi konsorsium Uni Eropa. Austria, menambah daftar panjang negara-negara Eropa yang berpindah haluan ke sayap kanan.

Kurz, sama dengan Macron, semasa kampanyenya kerap menyuarakan penolakan terhadap imigran. Padahal, pada awal-awal Eropa membuka pintunya untuk imigran (medio 2015), Kurz begitu bangga dengan keputusan Austria yang menerima pengungsi-pengungsi itu.

"Pengungsi yang masuk ke Austria bahkan lebih banyak dari yang ke Kanada," sebutnya sebagai sindiran kepada Justin Trudeau, Perdana Menteri Kanada.

Belakangan, warga yang semula menduga pengungsi hanya menggunakan Austria sebagai persinggahan namun pada akhirnya menjadi tempat tinggal (sekitar 90.000 pengungsi Timur Tengah dilaporkan tinggal di Austria), mengubah cara pandang mereka terhadap pengungsi.

"Austria sudah tidak sanggup lagi menampung pengungsi," sebut Kurz dalam kampanyenya.

Perihal sama juga terjadi dengan Macron. Begitu juga dengan Jerman. Meski Angela Merkel menang, namun untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II berakhir, partai sayap kanan Jerman, Alternative for Germany (AfD), berhasil masuk ke dalam parlemen dengan perolehan 94 kursi.

Menggerakkan isu penolakan terhadap imigrasi seperti menjadi alat yang mujarab untuk menjaring dukungan warga Eropa saat ini.

Pengamat politik Krems University, Profesor Peter Filzmaier, mengatakan jenjang karier seperti Kurz belum pernah terjadi sebelumnya dalam politik Austria, namun bisa masuk akal.

"OVP adalah organisasi yang sangat kompleks, karena banyak perwakilan daerah. Tapi dia (Kurz) berhasil mengkonsolidasikan fungsi pengambilan keputusan di bawah pimpinan partai, yaitu dirinya sendiri," sebut Filzmaier dalam VOA.

Namun, ilmuwan politik ini punya pendapat lain. Filzmaier tidak terlalu khawatir dengan retorika anti-imigran Kurz. Sebab, Peter menganggap Kurz bukan tipe politisi seperti Donald Trump di AS atau Viktor Orban di Hungaria. Kurz sebenarnya sangat pro-Eropa, kata Filzmaier.

"Dia melihat dirinya lebih sebagai Emmanuel Macron atau Justin Trudeau dari haluan konservatif," kata Filzmaier.

Kurz lahir dan dibesarkan di ibu kota Austria, Wina, pada 27 Agustus 1986. Setelah menyelesaikan ujian akhir di Bundesgymnasium dan Bundesrealgymnasium Erlgasse pada 2004, ia mengikuti wajib militer. Kurz kemudian melanjutkan pendidikan dengan mengambil jurusan hukum di Universitas Wina.

Lansiran Vox menceritakan, Kurz mulai menunjukkan ketertarikannya di dunia politik pada 2009, saat ia dipercaya sebagai pemimpin garda muda Partai Rakyat Austria. Posisi itu kemudian memancing ambisi Kurz untuk terjun ke dunia politik lebih jauh.

Pada 2011, Kurz memilih berhenti dari studinya untuk mengabadikan diri sepenuhnya pada karier politik. Keputusannya tak sia-sia, kecakapannya dalam politik menuntunnya pada jabatan Menteri Luar Negeri hanya dalam waktu dua tahun sesudahnya.

Kurz bukan baru sekali didapuk sebagai yang termuda dalam kancah politik. Ketika ia menjabat Menteri Luar Negeri Austria pada 2013. Saat itu usianya baru menginjak 27 tahun.

Tampilannya begitu mencolok saat disandingkan dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry; Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Stenmeir (57 tahun); Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius (67 tahun); dan juga Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov (63 tahun).



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...tria-dan-dunia

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Hari pertama Anies-Sandi disambut demo tolak reklamasi

- Pembelaan dan drama tatapan Buni Yani

- Tangkapan Saber Pungli tak semua berlanjut ke pengadilan

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
11.4K
56
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan