Sumber foto: AFP

Berdasarkan data quality index dari aplikasi Airvisual bulan September, Jakarta menempati posisi ketiga sebagai kota ter-polusi di dunia setelah Beijing dan Dhaka diantara 70 kota di dunia.

Buat Agan dan Sista yang berencana untuk hidup sehat, mending pindah dari Jakarta saran ane, karena ranking Jakarta sebagai kota ter-polusi semakin lama semakin naik.

Bahkan di pertengahan Agustus, aplikasi ini menunjukan bahwa Jakarta ada di posisi teratas, lalu diikuti oleh Ankara, Turki dan Lahore, Pakistan. Udara buruk ini hampir dirasakan oleh penduduk Jakarta dari asap bahan bakar kendaraan.

Salah satu penduduk di Mampang Prapatan, Filani Olyvia mengeluhkan akan kekhawatiran kesehatan dia karena tiap hari Filani berkendara menggunakan ojek untuk bekerja setiap harinya.

Filani khawatir akan terkena penyakit sesak napas karena setiap hari harus menghadapi polusi dari motor dan mobil. Ditambah Mamapang saat ini sedang banyak pembangunan dan kemacetan parah tidak terelakan. Sebagian besar waktu habis dijalan.

Saat ini Filani mengaku bahwa dia mempunyai 2 teman pengendara sepeda motor yang menderita penyakit pernapasan. Oleh karena itu Filani rajin untuk menggunakan masker saat berkendara ojek.

Hal ini semakin didukung oleh Greenpeace Indonesia mengungkapkan polusi di Jakarta sudah terpapar carcinogenic pollutant yang bisa disebut PM 2.5, tiga kali lebih tinggi dari batas level aman yang direkomendasikan oleh WHO 25 mikrogram per meter kubik.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Greenpeace, dari Januari hingga Juni, keadaan udara di Jakarta sudah dianggap "unhealthy" dan berbahaya untuk penduduk terutama anak-anak, ibu hamil dan orang tua.

"Umumnya, sudah ada peningkatan yang signifikan dari kematian prematur yang dihasilkan dari struk, penyakit hati, infeksi saluran pernafasan (ISPA) pada anak kecil, dan kanker paru-paru" ucap Bondan Andriyanu, juru bicara Greenpeace for climate and energy.

Menggunakan analisis risiko dari Global Burden of Disease Project yang dilakukan oleh Institute for Health Metrics and Evaluation, Greenpeace menemukan bahwa meningkatnya orang-orang yang terpapar penyakit dari polusi yang berada di area yang terekspos polutan paling tinggi.

Contohnya, di Cibubur, Jakarta Timur, merupakan area yang polusi udaranya paling buruk dengan level PM 2.5 yang mencapai 106 mikrogram per meter kubik, anak-anak memiliki peluang terpapar penyakit ISPA sebesar 105 persen dan diduga presentasi ini akan melonjak naik 150 persen.

Temuan Greenpeace ini juga didukung oleh data Jakarta Health Agency yang menunjukan penyakit pernapasan merupakan penyakit umum nomor satu yang diderita warga Jakarta.

Jakarta Smart City juga mengunggah data yang memperlihatkan ribuan penduduk Jakarta terutama yang tinggal di daerah sibuk seperti Cilandak, Setiabudi, Pancoran dan Pasar Minggu, Jakarta Selatan menderita penyakit pernapasan.

2016, jumlah anak-anak di Jakarta yang menderita pneumona, yang dipicu oleh polusi udara sebanyak 41.053, hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 24.193

Sekertaris dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Moh. Adib Khumaidi, mengatakan pneumonia dapat disebabkan oleh eksposur PM 2.5.

Terlepas dari meningkatnya jumlah kasus penyakit ISPA, Jakarta Health Agency mengatakan belum melakukan riset dari dampak pousi udara bagi kesehatan warga.

Dicky Alsadik, kepala kesehatan lingkungan dari Jakarta Helath Agency, menyebutkan polusi udara dapat menyebabkan masalah pernafasan dikarenakan racun menganggu fungsi organ tubuh dan memberikan efek negatif bagi imunitas.

Mengingat semakin buruknya kualitas udara Jakarta karena paparan emisi PM 2.5, Agan dan Sista khususnya di daerah Jakarta disarankan untuk rajin-rajin menggunakan masker yah, tapi kalau bisa jangan masker sekali pakai regular yang biasa dijual di supermarket, tapi menggunakan masker bedah N95. Ini sesuai saran dari Greenpeace lho.