KASKUS.Editor
TS
KASKUS.Editor
Rasuna Said, Singa Betina dari Sumatera


Nama HR Rasuna Said tentunya sudah tak asing di telinga masyarakat, khususnya warga Ibukota. Rasuna Said adalah nama jalan di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Tapi tahukah, Rasuna Said adalah salah satu pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari Belanda dan Jepang?

emoticon-Bingungemoticon-Bingung

Nama aslinya adalah Hajjah Rengkayo Rasuna Said. Ia seorang wanita, lahir di Maninjau, Sumatera Barat 14 September 1910 dan wafat di Jakarta 02 November 1965. Makamnya ada di Jakarta lho, Gan. Tepatnya di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Gelar kepahlawanannya diberikan tahun 1947 atas SK Presiden RI No. 84/TK/1947.

Rasuna Said banyak menghabiskan sekolahnya di pesantren. Usai menyelesaikan pendidikan dasar, Rasuna Said kecil meneruskan di pesantren Ar-Rasidiyah. Di sana beliau adalah pelajar putri satu-satunya. Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikan di pesantren Diniyah School di Padang Panjang. Meski masih berstatus pelajar, ia sudah dipercaya untuk mengajar adik kelasnya.



Ketika gempa melanda kota Padang di tahun 1926, gedung Madrasah Diniyah Putri rusak berat dan ditutup, kemudian ia pindah ke sekolah Thawalib dan mengabdi sebagai murid Abdul Karim Amarullah, Ayah HAMKA yang mengajarkan pentingnya pembaharuan pemikiran Islam dan kebebasan berpikir.

Dijuluki Singa Betina

Jika Soekarno terkenal dengan julukan Singa Podium atas kedahsyatannya dalam berpidato, dari kalangan wanita ialah Rasuna Said yang mendapat julukan Singa Betina, karena kepandaian berpidato dan orasinya di hadapan umum. Julukan tersebut dikatakan merupakan pemberian Presiden pertama RI itu.

Rasuna Said adalah sosok yang dengan keras dan tajam menentang kekuasaan Pemerintah Hindia-Belanda. Tegas juga dalam menyuarakan anti kolonialisme. Akibatnya, pada 1932 di usia yang masih muda yakni 23 tahun Rasuna Said ditangkap dan dipenjarakan di Bulu, Semarang, selama 13 bulan.

Sebenarnya potensi Rasuna Said menarik perhatian pihak Belanda. Sampai-sampai pemerintah Hindia-Belanda saat itu mengirim utusannya yang bernama Daniel Van Der Muelen, untuk membujuk Rasuna Said agar berhenti berpolitik. “Usahakan berbuat sesuatu yang baik, jangan kembali ke jalan politik.” Tapi bujukan itu tidak membuatnya goyah dan berhenti melakukan pergerakan melawan penjajah.



Selepas bebas dari penjara, Rasuna memimpin sebuah majalah sekolah bernama “Raya”. Majalah ini sangat nasionalis dan radikal. Karena itu, Pemerintah Hindia-Belanda mulai mempersempit ruang gerak Rasuna Said dan kawan-kawannya sehingga membuat Rasuna Said memilih pindah ke Medan, Sumatera Utara. Di sana dia mendirikan sekolah khusus wanita dan memimpin sebuah majalah mingguan bernama “Menara Poeteri” yang terkenal dengan semboyan: “Ini dadaku, mana dadamu”. Koran ini banyak berbicara seputar pentingnya peran wanita, kesetaraan antara pria wanita dan keislaman. Meski begitu, sasaran utamanya adalah untuk menanamkan jiwa nasionalisme dan anti-kolonialisme di tengah-tengah kaum wanita.

Pendidikan dan Hak Wanita

Sejak remaja, Rasuna Said berjuang tanpa henti. Perhatian, kepandaian, kemampuan, tenaga dan kecerdasannya ia persembahkan pada perjuangan bangsa. Rasuna Said melakukan semua yang terbaik, terutama bagi kaum wanita dan bangsanya. Sedikitnya wanita-wanita pribumi yang berpendidikan membuat Rasuna Said ingin memajukan pendidikan khusus bagi kaum wanita. Dia juga salah satu yang memperjuangkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Makanya Rasuna Said mendirikan Sekolah Thawalib, yakni sekolah khusus untuk perempuan sebelum memasuki perkimpoian.

Perjuangan Politik

Perjuangan politik Rasuna Said dimulai sejak diangkat menjadi sekretaris cabang Sarekat Rakyat di Sumatera Barat, dia mulai aktif melakukan pergerakan nasional. Terlebih sejak bergabung dengan Partai Muslimin Indonesia (Permi) yang berhaluan Islam-nasionalisme tahun 1930. Meski Rasuna Said seorang perempuan dan usianya masih tergolong muda pada saat itu, namun ia tak gentar menentang Belanda dan menyuarakan bahwa Belanda memeras keringat rakyat, merampas kekayaan bangsa untuk kekayaan mereka sendiri tanpa memikirkan kesengsaraan rakyat.



Pada masa pendudukan Jepang, di Padang ia mendirikan organisasi pemuda Sumatera Barat dengan nama Pemuda Nippon Raya. Nama tersebut dipilih karena sengaja ingin mengambil hati Jepang. Sayangnya organisasi tersebut tidak berumur panjang karena dibubarkan Jepang yang mencium adanya pergerakan yang dilakukan di dalam organisasi. Jepang juga melihat organisasi itu berorientasi membentuk pemuda-pemuda Indonesia yang disiapkan untuk kemerdekaan Indonesia atau barisan Pembela Tanah Air (PETA). Rasuna Said pun membuat Jepang merasa terancam.

Bahkan setelah Indonesia merdeka, Rasuna Said menjadi anggota Dewan Perwakilan Sumatera, Kemudian masuk dalam keanggotaan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Badan Pekerja KNIP. Setelah itu, ia diangkat menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS). Tahun 1959, ia diangkat menjadi angora Dewan Pertimbangan Agung (DPA) sampai akhir hayatnya pada tahun 1965.



emoticon-I Love Indonesia emoticon-I Love Indonesia emoticon-I Love Indonesia

Sumber: Jejak Pahlawan Dalam Aksara, Pahlawan Nasional Indonesia, Buku Pintar Super Lengkap Pahlawan Nasional, Journal Woman in Southeast Asian Nationalist Movements.



Quote:

Diubah oleh KASKUS.Editor 22-08-2017 05:50
0
23.6K
108
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan