Media Indonesia
TS
Media Indonesia
Masyarakat Bisa Lagi Menikmati Gerhana Bulan (Total) Tahun Depan



MASYARAKAT di Indonesia dapat kembali menyaksikan peristiwa gerhana bulan pada 2018. Berbeda dengan yang terjadi tadi malam, pada tahun mendatang, akan terjadi Gerhana Bulan Total (GBT) yang waktu puncaknya akan terjadi lebih sore lagi.



Menurut pengelola observatorium Imah Noong, Lembang Jawa Barat, Hendro Setyanto, gerhana Gerhana Bulan Sebagian (GBS) yang terjadi pada Selasa (8/8) dini hari tadi merupakan salah satu fenomena menarik bagi peneliti untuk menghitung observasi puncak gerhana, dan sekaligus menghitung berapa besar umbra bumi yang saat ini ada.



"Sangat menarik bagi kami, untuk itu kami coba perekaman secara digital menggunakan kamera Mirrorless dan DSLR yang khusus digunakan sebagai kamera pengamatan benda-benda astronomi," ungkap Hendro seusai pengamatan.



Dia menyatakan, pengamatan gerhana bulan berjalan lancar meskipun di awal-awal gerhana, awan sempat menutupi langit. "Tetapi ketika puncak gerhana sampai akhir gerhana, cuaca sangat bagus. Sangat mendukung sekali untuk pengamatan," ucapnya.



Setelah pengamatan ini, lanjut dia, pihaknya akan menggunakan data-data hasil pengamatan tersebut untuk kepentingan di observatorium Imah Noong, terutama untuk pengunjung yang ingin memperdalam pengetahuan tentang gerhana bulan.



"Di kita, nanti kembali terjadi gerhana, GBT sekitar bulan Januari 2018. Lebih menarik tentunya untuk disaksikan masyarakat, berbeda dengan GBS karena tak bisa melihat perubahan warna pada permukaan bulan. Waktunya pun tidak tengah malam seperti ini, lebih sore lagi, fenomena yang sangat menarik untuk melihatnya karena bisa melihat perubahan warna di permukaan bulan," ujarnya.



Hendro menambahkan, gerhana bulan seperti ini sebetulnya hampir setiap tahun terjadi, bahkan bisa terjadi dua kali dalam setahun, hanya daerah yang dapat dipantaunya berbeda-beda, "GBS kali ini terjadinya tengah malam, itu artinya bulan tepat ada di atas kepala sehingga menjadikan hampir seluruh belahan wilayah di Indonesia dapat mengamati gerhana tersebut," tambahnya.



Sementara itu, Kasubdit Hisab Rukyat Kementrian Agama, Nur Khozin menyebutkan, pengamatan atau observasi GBS bersama astronom ini menjadi bahan penghitungan bagi pihaknya dalam penentuan awal bulan dalam kalender Islam, karena sistemnya lebih akurat.



"Hasil pengamatan ini jadi bahan kajian kita, misalnya untuk menentukan awal bulan, karena sistem penghitungan kan ada banyak. Kita sesuaikan dengan pengamatan di sini, apakah sudah akurat atau tidak," ujarnya.



Pada GBS tadi malam peneliti dapat mengamati secara maksimal prosesnya di observatorium Imah Noong yang terletak di Kampung Areng, Desa Wangunsari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.



Pengamatan dibantu dengan teleskop Bresser Messier AR 152 yang dipasang pada sebuah kamera, rangkaian GBS sejak pertama terjadi kontak diabadikan dalam sejumlah foto maupun video oleh tim peneliti.



Pengamatan GBS juga dihadiri sejumlah mahasiswa jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB) dan tim dari Kementrian Agama pusat.



Hasil pengamatan sangat memuaskan, setiap fase gerhana dapat terlihat jelas dan terekam dengan baik karena cuaca di wilayah Bandung cukup cerah sejak sebelum puncak gerhana terjadi pukul 01.20 WIB hingga sekitar pukul 03.00 WIB.



Pada fase puncak gerhana, sejumlah warga turut mengabadikan fenomena ini melalui kamera ponselnya, dan sebagiannya lagi mengadakan salat gerhana.(OL-3)





Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...pan/2017-08-08

---

Kumpulan Berita Terkait :

- Polisi Ketahui Identitas Pembakar Pria di Bekasi

- Tahun Depan, Bank Mandiri akan Akuisisi Dua Bank di Filipina

- Presiden: Hati-Hati Gunakan Media Sosial

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
803
1
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan