BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Uang palsu makin sedikit beredar, paling banyak di Jawa

Petugas Bank Indonesia menunjukkan lembaran uang Rupiah palsu yang telah dimusnahkan menjadi briket di Gedung C Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (26/7/2017).
Rabu (26/7/2017), Bank Indonesia memusnahkan 189.477 uang Rupiah palsu yang dikumpulkan sejak 2014 hingga akhir 2016.

Jumlah yang dimusnahkan itu bukanlah keseluruhan dari jumlah uang palsu yang beredar di seluruh Nusantara selama periode waktu yang disebutkan, melainkan temuan dari perbankan yang kemudian dilaporkan ke Kepolisian RI dan Bank Indonesia.

Secara rinci, jumlah yang dimusnahkan adalah uang kertas palsu dengan nilai Rp100.000 sebanyak 90.180 lembar, Rp50.000 sebanyak 82.822 lembar, Rp20.000 sebanyak 10.919 lembar, Rp10.000 sebanyak 3.590 lembar, Rp5.000 sebanyak 1.961, dan Rp2.000 sebanyak lima lembar.

Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang BI, Suhaedi dalam ANTARA menjelaskan, sebelum dimusnahkan Bank Indonesia melakukan langkah ulang analisis di laboratorium "Counterfeit Analysis Center" yang berada di kantor pusat BI, Jakarta.

Setelah proses analisis dan klasifikasi, uang yang dinyatakan palsu tersebut diserahkan kepada kepolisian untuk diproses secara hukum. Polisi kemudian menyelidiki peredaran uang palsu termasuk meminta ketetapan pengadilan sebelum dihancurkan bersama dengan BI.

Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Mabes Polri Brigjen Pol Agung Setya mengatakan, selama periode waktu tadi polisi setidaknya telah menetapkan 574 tersangka (termasuk pengedar, pembuat, dan pemodal) dari 264 kasus uang palsu. Rata-rata pelaku adalah jaringan sindikat.

Jika merujuk data statistik yang dikeluarkan Bank Indonesia (periode Januari 2011-Mei 2017), penyebaran uang palsu terbanyak terjadi di Pulau Jawa--di luar DKI Jakarta--dengan 593.181 temuan (oleh Bank Indonesia, dan tidak seluruhnya dilaporkan ke Kepolisian).

Sementara, DKI Jakarta menempati posisi kedua untuk wilayah dengan peredaran uang palsu terbanyak dengan 324.795, disusul Sumatera dengan 65.626 temuan, Bali dan Nusa Tenggara dengan 39.247 temuan, Kalimantan dengan 24.327 temuan, serta Sulawesi-Papua dengan 19.613 temuan.

Jika ditelisik lebih jauh, dari data BI terlihat bahwa sepanjang periode yang dibandingkan, Kabupaten Jember, Jawa Timur, adalah daerah dengan tingkat peredaran uang palsu paling tinggi.

Khususnya pada 2015, temuan peredaran uang palsu di daerah ini mencapai 126.639 kasus, menyumbang 50 persen temuan uang palsu tingkat nasional yang mencapai 319.681.

Jika dilakukan penelusuran, tingginya temuan peredaran uang palsu di Jember pada tahun 2015 boleh jadi bersumber dari ulah komplotan Abdul Karim, Kasmari, dan Agus Sugioto, pembuat sekaligus pengedar uang palsu dengan jumlah mencapai Rp12,2 miliar.

Dilansir Tempo.co (Januari 2015), mereka tertangkap saat hendak melakukan transaksi penjualan di Terminal Tawangalun, Jember, Januari 2015. Uang palsu yang disebut berasal dari Jombang tersebut terdiri dari 122.000 lembar uang palsu pecahan Rp100.000.

Agus Sugioto merupakan pecatan polisi dengan pangkat terakhir AKP asal Kabupaten Jombang. Tugas Agus adalah membuat uang palsu dan turut mengedarkannya. Abdul Karim, menjadi penyandang dana pembelian mesin cetak dan potong uang palsu.

Aman, guru honorer dari Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan bertugas menjadi pengedar. Ketiganya telah divonis penjara selama 14 tahun.

Total keseluruhan temuan sepanjang periode Januari 2011-Mei 2017 di seluruh Nusantara adalah 1.122.912 temuan uang palsu.

Secara jumlah, peredaran uang palsu tercatat menurun terlihat sejak 2015 dengan jumlah temuan 319.681, dan 2016 dengan 267.784 temuan.

Bahkan, sepanjang 2017 (hingga Mei), jumlahnya menurun sekitar 40 persen dengan 57.123 temuan dibandingkan periode yang sama pada tahun 2016 yang mencapai 85.759 temuan.

Adapun rasio peredaran uang palsu terbilang fluktuatif. Pada 2011, rasio peredaran uang palsu adalah 11 dari Rp1 juta uang yang beredar, 2012 (8), 2013 (11), 2014 (9), 2015 (21), dan 2016 (13)--dengan rasio perbandingan yang sama.

Suhaedi menegaskan turunnya angka peredaran uang palsu di Indonesia termasuk paling pesat dibandingkan negara Asia Pasifik lainnya. Suhaedi menyebut hal ini karena koordinasi yang baik antara BI, Mabes Polri, dan Kejaksaan Agung.

Dirinya pun tak lupa memberikan imbauan kepada masyarakat untuk berhati-hati jika menemukan uang yang tidak memiliki ciri-ciri seperti logo Bank Indonesia, benang pengaman (security thread) baik emas atau perak, wajah pahlawan jika diterawang, blind code (bila diterawang) dan beberapa lainnya.

Salah satu cara yang paling mudah untuk mengidentifikasi hal tersebut adalah melalui metode mengenali uang palsu yang paling sering dikampanyekan BI, yakni tiga D: dilihat, diraba, dan diterawang.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...banyak-di-jawa

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Korupsi sektor keuangan paling merugikan negara

- Karya perdana Raf Simons untuk Calvin Klein muncul di gurun

- Syarat syahadat jemaah Ahmadiyah di Kuningan demi e-KTP

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
810
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan