Sebenarnya, Indonesia merupakan negara yang kaya akan kelestarian sumber daya alam. Objek wisata alam yang tersedia pun beraneka ragam, mulai dari pantai, air terjun, danau, sungai, hingga pulau-pulau nan asri.

Objek wisata buatannya pun tak kalah menarik. Peninggalan nenek moyang, seperti candi, situs megalitik, punden berundak, dan keraton, kerap menjadi incaran wisatawan, khususnya yang menggemari sejarah.

Dengan banyaknya objek wisata ini, industri pariwisata Indonesia seharusnya bisa berkembang dengan sangat pesat. Apalagi negeri tercinta kita ini memiliki budaya, bahasa, dan adat istiadat yang terbilang lebih beragam dari kebanyakan negara.

Atraksi budaya dan tradisi masyarakat Indonesia pun tak luput dari perhatian wisatawan mancanegara. Namun, sungguh sayang, pariwisata Indonesia tampaknya masih kurang dipromosikan oleh masyarakatnya sendiri.



Kurangnya promosi dan kedatangan pelancong domestik ke destinasi-destinasi wisata lokal terbukti dengan meningkatnya jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang berlibur ke luar negeri.

Menurut Visa Global Travel Intention Survey 2015, perjalanan wisata ke luar negeri dari Indonesia meningkat sebesar 33 persen dan rata-rata anggaran perjalanan bagi wisatawan Indonesia meningkat sebesar 30 persen dari tahun 2013-2015.

Pengeluaran untuk berwisata juga meningkat dari US$28,9 miliar pada 2010 menjadi US$37,7 pada 2014. Hal ini mencerminkan peningkatan kekayaan rata-rata masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Alasan wisatawan, khususnya yang termasuk generasi millennial, memilih ke luar negeri lantaran ingin mencari pengalaman yang unik, lebih baru, dan lebih menantang.

Alasan mengapa anak wisatawan memilih untuk keluar negeri terutama bagi wisatawan millennial adalah mereka ingin mencari pengalaman yang unik, lebih baru dan menantang.



Jika ingin lebih unik dan menantang, wisatawan lokal bisa saja berwisata ke tebing atau puncak-puncak gunung di Indonesia. Namun, apa sih sebenarnya yang membuat destinasi wisata di Tanah Air terasa kurang gereget bagi wisatawan domestik?


Kurangnya dukungan dari pemerintah pusat terkait promosi destinasi wisata membuat industri pariwisata Indonesia berjalan ala kadarnya. Tidak banyak juga pemerintah daerah yang berusaha untuk memberikan dukungan bagi wisata daerah-daerah di Indonesia. Misalnya, kurang promosi, tempat wisata yang kotor, dan pajak terlalu tinggi yang dibebankan kepada wisatawan.


Tingkat kepedulian masyarakat Indonesia terhadap objek-objek wisata di negeri sendiri juga tergolong sangat kurang dan perlu ditingkatkan. Sampah yang bertebaran di sekitar lokasi wisata membuat wisatawan asing maupun lokal enggan kembali.

Pengerukan yang dilakukan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab juga memberikan dampak buruk bagi pelestarian laut, bahkan membuat ekosistem alami mati dan tidak lestari lagi.


Tidak heran jika tempat wisata yang menjadi surganya makanan enak bisa bikin miskin seketika. Segala hal tentang tempat wisata bisa dikomersialisasikan oleh pengelola setempat. Misalnya, tikar untuk duduk di pantai dan wahana permainan yang dipungut biaya tambahan, serta pedagang-pedagang di tempat wisata yang menjual makanan dan minuman dengan harga dua kali lipat dari biasa.


Edukasi mengenai pariwisata indonesia sangat diperlukan, misalnya mengenai perilaku yang harus diterapkan agar tempat wisata tetap bisa lestari. Sapta pesona bukan sekadar simbol untuk menambah formalitas di tempat wisata, tetapi sesuatu yang memang harus diterapkan. Jika sukses diterapkan, Sapta Pesona akan membuat tempat-tempat wisata lebih nyaman dan mampu mendatangkan pendapatan lebih besar.

Tidak ketinggalan, keramahan dan kebersihan warga Indonesia menjadi faktor penting yang mampu mendongkrak jumlah wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang ke Indonesia.

Menurut agan dan aganwati, apa sih yang kurang dari industri pariwisata di Indonesia?

Sumber: Caping App