tribunnews.comAvatar border
TS
MOD
tribunnews.com
Narkoba di Indonesia Kebanyakan Dipasok dari Sungai Mekong



Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pasar narkoba di Indonesia lebih banyak dimasuki oleh sabu-sabu yang berasal dari sekitaran Sungai Mekong yang berhulu di Tiongkok.

Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional Inspektur Jenderal Arman Depari menerangkan, ada peralihan konsumen narkoba di Indonesia. Dari psikotropika alami, beralih ke psikotropika aktif.

Psikotropika alami mulanya diminati di Indonesia. Banyak berasal dari produsen asal Segitiga Emasi di Asia Tenggara. Yakni, lokasi kawasan di bagian utara Asia Tenggara yang meliputi Burma, Utara Laos, dan bagian utara Thailand.

Kini, ucap Arman pasar narkoba di Indonesia lebih banyak dimasuki oleh sabu-sabu yang berasal dari sekitaran Sungai Mekong yang berhulu di Cina.

"Mekong itu melintasi banyak negara, mereka beroprasi di sekitar sungai dan menggunakan alur sungai sebagai jalur transportasi," ujar Arman di Mapolda Metro Jaya, Semanggi, Jakarta Selatan, Kamis (20/7/2017).

Contohnya, sabu satu ton yang diselundupkan warga negara Taiwan ke Anyer, Seran, Banten, 13 Juli 2017 lalu.

Kapal Wanderlust yang membawa narkoba itu sempat singgah di Perairan Myanmar untuk mengambil narkoba sebelum masuk ke Indonesia lewat jalur pantai barat Sumatera.

Sabu itu berasal dari jaringan di Sungai Mekong. Kapal masuk ke Indonesia melalui Selat Malaka.

Kemudian, mengangkut sabu di sekitar perairan Myanmar dari Taiwan. Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi mengatakan wilayah pantai Timur Sumatera memang rawan akan aktifitas penyelundupan.

Ia menerangkan, terdapat 18.000 garis pantai atau batas pertemuan antara bagian laut dan daratan di Indonesia. Semakin banyak pula pelabuhan tikus atau pelabuhan ilegal di nusantara.

"Pelabuhan tikus itu, kita identifikasi di Pantai Timur Sumatera. Pantai Timur Sumatera inilah, yang kemudian kami anggap resikonya relatif lebih tinggi," ujar Heru di Mapolda Metro Jaya, Semanggi, Jakarta Selatan, Kamis (20/7/2017).

Heru mengatakan, perlu ada sinergi demi meningkatkan pengawasan di perairan. Antara TNI AL, Badan Keamanan Laut, Polisi Perairan, serta Bea dan Cukai. Dari pengumpulan informasi, analisa, kemudian operasi lapangan.

Saat ini, fasilitas untuk melakukan pengawasan sudah mumpuni. Kapal yang dimiliki Bea dan Cukai berjumlah 189 kapal. Angka itu belum termasuk kapal bantuan dari Badan Keamanan Laut, Polisi Air, dan TNI Angkatan Darat.

Sumber : http://www.tribunnews.com/nasional/2...-sungai-mekong

---

Baca Juga :

- Polri Tetapkan Perusahaan Pemenang Tender UPS Tersangka Kejahatan Korporasi

- Lagi Pesta Ganja, Dua Pria Gundul Ini Tak Sadar Dirinya Diintip Polisi

- BNN Perkirakan 227 Ribu Jiwa Terselamatkan dari Ancaman Bahaya Narkoba di Sumatera Utara

0
374
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan