Petugas UPK Badan Air dan Kebersihan DKI Jakarta membersihkan sampah di Kali Sekretaris, Jakarta, Selasa (6/6/2017).
Di mana ada manusia, di situ ada sampah. Perbedaan terbesar kemungkinan bersandar pada bagaimana limbah itu diperlakukan.

Misalnya, sering terjadi contong bekas minuman sengaja ditinggal di kursi ruang tunggu dianggap bukan sampah. Atau, ada orang yang mungkin berpikir kinerja mobil terganggu kalau kabin memajang wadah sampah, maka hukum lempar sampah di jalan jadi wajib.

Bukan cuma pemakai kendaraan belaka nan gemar mengotori jalan, tapi pula penikmat ruang publik lain, seperti yang terekam di kawasan Kota Tua Jakarta. Jika membaca warta dari detikcom pada Senin (26/6), teraba bahwa lingkungan dengan bangunan-bangunan berusia ratusan tahun itu menoleransi sampah--dari tisu hingga wadah makanan dari gabus sintetis.

Padahal, pengelola kawasan telah menyediakan lebih dari 50 tong sampah plus petugas kebersihan berjumlah 35 orang yang terbagi ke dalam tiga jam kerja, begitu tulis detikcom.

"Kita ada tiga gerobak dari Dinas Kebersihan yang mengangkut sampah. Pada hari biasa di angkut pagi hari. Hari tertentu, hari Lebaran, biasanya diangkut pada sore hari," ujar petugas pelayanan informasi Unit Pengelola Kawasan Kota Tua, Budi Mulyana.

Jika mau membaca laporan pengguna Qlue di aplikasi Smart City Jakarta mengenai sampah, rupa-rupa aduan terpacak pada peta interaktif di lamannya.

"Buang sampah sembarangan di kali seberang halte TJ (TransJakarta) Manggarai," tulis seorang pengguna menyertakan foto bukti. "Puasa udah lewat, gaji 13 udah terima, lebaran dah kelar, tp ini #sampahbasah gak diangkut2. Apa nunggu ahok keluar penjara," urai pengguna lain.

Tiga hari menjelang lebaran, Dinas Kebersihan DKI Jakarta memprediksi volume sampah di Ibu Kota Indonesia sehari sebelum lebaran ditaksir mencapai 8.000 ton. Menurut Rizky Febrianto, Kepala Satuan Pelaksanaan Pemrosesan Akhir Sampah di institusi dimaksud, peningkatan sampah terjadi di malam takbiran.

"Pawai bisa dikatakan penyebab sampah lebih banyak, perkiraan saya bisa lebih dari 7.000 ton," katanya dikutip detikcom. Menurutnya, sebagian besar sampah berasal dari bungkus pelindung makanan atau minuman dari kertas dan plastik.

Di lain sisi, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyatakan bahwa kedatangan Idulfitri pada Minggu (25/6) berhasil mengurangi volume sampah di Jakarta.

"Berkurangnya volume sampah disebabkan berkurangnya aktivitas ekonomi dan perdagangan," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Isnawa Adji, dilansir VIVA.co.id, Senin (26/6).

Isnawa mengatakan, hingga sehari sebelum Lebaran jumlah sampah dari Jakarta yang kemudian dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, mencapai 3.955 ton. Namun, untuk keesokan harinya atau tepat di hari raya Idul Fitri sampah yang dikirim hanya sekitar 1.000 ton.

"Ini juga disebabkan dengan banyaknya warga Jakarta yang pulang kampung. Dengan begitu tidak banyak aktivitas pembuangan sampah yang dilakukan warga," katanya.

Meski volume sampah berkurang, ujarnya, pemerintah mengerahkan 3.000 orang Pekerja Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) sampai Unit Pengelola Kebersihan (UPK) Badan Air.

Dia pun berharap para petugas yang mudik--sekitar 30 persen dari total petugas--tidak berlama-lama di kampung halaman.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik DKI Jakarta pada rentang 2010-2014, tantangan yang dihadapi otoritas pembersihan adalah volume sampah yang tidak terangkut (sisa, dinyatakan dalam persentase pada grafik garis). Persentase sisa sampah yang tidak terangkut pada 2010 sebesar 15,3% dan 9,2% pada 2014.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...pah-di-jakarta

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Polisi Medan kenal baik sosok penyerang Mapolda Sumut

- Akhir perjalanan 7-Eleven di Indonesia

- Blusukan ke Tabanan, Obama beli beras merah