Banyak yang menyebut ini sebagai benderanya suku batak. Suku batak sendiri sering menyebut mereka bukan lagi sebagi elemen suku saja melainkan sudah sebuah bangsa yang kompleks karena dalam sejarahnya sudah memiliki alat tukar berupa uang, bendera kebangsaan serta sistem pemerintahan dimasanya.
Pada masyarakat khususnya suku batak dan umumnya masyarakat Sumatera Utara menganggap bahwa bendera ini adalah implementasi dari perkembangan suku Batak dimasa nya yang bersinergi dengan kepercayaan pagan yang dianut masa itu yaitu Parmalim dengan pemaknaan simbolik sebagi merah-putih-hitam yang bermakna banua ginjang (surga/tempat mahadewa), banua tonga ( dunia fana/tempat manusia ) dan banua toru ( neraka/ tempat mahluk halus atau roh-roh jahat ). Secara umum ini adalah representase yang muncul dimasyarakat umum.

Sebenarnya simbol bendera batak bukanlah pada tujuan simbol konstitusi pemerintahan suku batak pada masa nya melainkan sebagai simbol kepercayaan pagan Parmalim yang tumbuh ditengah-tengah suku batak sebelum adanya agama formalitas dan legal hadir. Simbolisasi elemen warna pada bendera batak pun bukan merujuk pada penjelasan diatas tetapi merujuk pada 3 dewa penguasa awal masa bumi terjalin dengan penguasa surga Debata Mulajadi Nabolon ( Tuhan awal yang Maha Besar ). Bendera batak merepresentasikan Debata Na Tolu ( 3 Tuhan yang 3 ) yang Dewa yang pertama diciptakan Mulajadi Nabolon setelah Surga telah diciptakannya untuk menguasai dan menjaga bumi.
Ketiga Dewa itu adalah Dewa Bataraguru, Dewa Sorisohaliapan dan Dewa Balabulan.
Elemen ke 3 warna tersebut mengaju pada tokoh dewa tersebut sesuai dengan tugas masing-masing yang menjadi dasar kepercayaan pagan Parmalim di tengah suku Batak.