gatra.comAvatar border
TS
gatra.com
Ongkos Angkutan Rendah Picu Kecelakaan Truk

Jakarta, GATRAnews - Kecelakaan truk yang terjadi beruntun dalam beberapa pekan terakhir menyebabkan kerugian tidak sedikit. Bahkan korban jiwa yang tidak sedikit. Pada kecelakaan seperti, sopir truk selalu menjadi pihak yang harus bertanggungjawab.
 

Contohnya yang terjadi di Medan, Minggu (28/5) dimana truk yang rem blong menabrak pengguna motor sehingga tiga orang tewas dan banyak lainnya luka-luka. Sehari sebelumnya, dua truk mengalami kecelakaan di jalan tol Jakarta- Tanggerang . Sebelumnya pada  Jumat (19/5) truk menabrak dua mobil di tol Cipularang, juga karena rem blong. 
Menurut Bambang Widjanarko pengusaha angkutan sekaligus wakil ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jateng  situasinya tidak sesimpel itu. Menurutnya  kecelakaan-kecelakaan itu bersumber jauh dalam industri dimana industri angkutan barang tidak bisa menaikkan ongkos angkutan sejak 2015 karena tersandera kesepakatan dengan pengguna jasa. 
"Sejak 2015 ongkos angkutan tidak bisa naik karena pengguna jasa angkutan truk hanya menyetujui kenaikan ongkos angkut jika terjadi kenaikan harga bahan bakar saja. 
Padahal harga komponen lain seperti oli, spare parts dan ban terus mengalami kenaikan. 
Hal ini memaksa pengusaha truk dan sopir truk untuk sama-sama melakukan efisiensi dan menekan segala pengeluaran yang tidak perlu. Antara lain dengan menurunkan kualitas oli, spare parts dan ban yang biasa dipakai," terangnya kepada Gatra, Minggu (28/5). 
Dengan komponen yang seadanya, maka performa dan daya tahannya tidaklah seperti yang seharusnya. Dan ironisnya, situasi ini tidak terdeteksi saat kendaraan diuji KIR karena segalanya berfungsi dengan baik. 
Sopir yang mendapat penghasilan pas-pasan pun enggan mengeluarkan uang yang sudah diberikan oleh pemilik truk untuk biaya perawatan kendaraan selama di jalan, seperti biaya cek tekanan ban, rem, lampu  dan lainnya.
Apalagi ditambah dengan suasana hati yang tertekan karena penghasilannya kurang, perilaku mereka cenderung lebih agresif, tidak memperhatikan kondisi kendaraan lagi sepanjang perjalanan.
Akibatnya sering terjadi sopir menginjak rem berulang kali tanpa perasaan sampai akhirnya rem blong.
"Jika ongkos angkutan truk tidak kunjung bisa naik akibat tekanan pengguna jasa truk, maka akan sangat sulit untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas.
Jika pendapatan pengusaha truk dan sopir truk sama-sama bisa naik, maka otomatis semua akan bekerja dengan kondisi psikologis yang lebih baik dan pasti akan menurunkan jumlah angka kecelakaan lalu lintas di jalan," kata Bambang yang juga ahli ban truk itu.
 

Editor: Rosyid
 
 

Sumber : http://www.gatra.com/ekonomi/industr...ecelakaan-truk

---


- Tarif Fery Naik, Aptrindo Keberatan
0
1.3K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan