BeritagarID
TS
MOD
BeritagarID
Ada penurunan nilai, neraca April 2017 tetap surplus

Operator alat berat membongkar muatan kayu gelondongan atau kayu dari kapal tongkang di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (22/4).
Sektor ekspor Indonesia mengalami perbaikan. April 2017, neraca perdagangan kembali melanjutkan surplus yang sudah terjadi sejak dua tahun lalu, bahkan dengan nilai yang lebih tinggi.

Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus sepanjang April 2017 sebesar US$1,24 miliar, meningkat tipis dibandingkan Maret 2017 di posisi US$1,23 miliar.

Dari sisi volume perdagangan, neraca volume perdagangan Indonesia mengalami surplus hingga 31,38 juta ton pada April 2017. Surplus volume dagang ini didorong oleh surplus sektro nonmigas hingga 32,13 juta ton. Sementara sektor migasnya defisit hingga 0,75 juta ton.

Namun, surplus neraca dagang kali ini diwarnai oleh sempat menurunnya nilai ekspor dan impor Indonesia pada April 2017 dibanding Maret bulan sebelumnya.

Realisasi nilai ekspor Indonesia pada April 2017 sebesar US$13,17 miliar atau merosot 10,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$14,59 miliar. Begitu juga ekspor nonmigas yang tercatat mencapai US$12,19 miliar, atau turun 7,43 persen dibandingkan Maret 2017.

Sejumlah komoditas ekspor yang mengalami penurunan harga sepanjang Maret hingga April 2017 adalah minyak kelapa sawit, minyak kernel, dan karet. Penurunan harga komoditas membuat nilai ekspor Indonesia menurun.

Sebaliknya, sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan harga selama Maret-April 2017 yakni batu bara, coklat, timah, dan alumunium. Namun, penurunan harga komoditas terjadi lebih signifikan dibanding kenaikan harga komoditas ekspor Indonesia, sehingga menurunkan nilai ekspor April 2017.

Sementara untuk impor, sejumlah komoditas tercatat mengalami kenaikan signifikan, meski ada juga yang justru menurun. Impor kurma dari Tunisia tercatat meningkat tajam hingga 49,3 persen sebagai antisipasi akan datangnya bulan Ramadan.

Sementara, impor cabai kering justru mengalami pengurangan hingga 35 persen. Hal ini bisa dilihat dari harga cabai kering asal India yang mulai stabil di pasaran. Tak hanya itu, impor daging beku jenis lembu dari Australia juga menurun hingga 65 persen.

Meski begitu, ekspor Indonesia masih naik 12,63 persen secara tahun ke tahun (yoy), bahkan untuk ekspor nonmigas juga masih mengalami pertumbuhan 12,89 persen yoy.

Hal yang sama juga terjadi untuk impor, di mana kinerja impor April 2017 masih mengalami pertumbuhan positif 10,31 persen yoy, dan impor nonmigas juga tumbuh 9,16 persen yoy.

Untuk negara tujuan, Tiongkok masih menjadi destinasi tertinggi bagi kegiatan ekspor dan impor Indonesia. Setidaknya sebesar 12,81 persen (setara US$6,2 miliar) dari total nilai ekspor barang dalam negeri dikirimkan ke Negeri Tirai Bambu ini.

Nilai masing-masing ekspor dan impor ke Tiongkok adalah US$1,57 miliar dan US$10,37 miliar pada April 2017. Negara tujuan terbesar selanjutnya adalah Amerika Serikat dengan US$1,36 miliar dan India dengan nilai US$1,19 miliar.

Akan tetapi, jika diperinci lebih jauh, perolehan nilai ekspor April 2017 menurun dibandingkan Maret 2017. BPS mencatat penurunannya adalah sebanyak US$221,9 juta atau sekitar 12,40 persen.

Di sisi lain, sebagai negara pemasok barang impor nonmigas, peran Tiongkok terhadap total impor nonmigas pada Januari-April 2017 mencapai 25,70 persen. Dari besaran persentase tersebut, nilainya adalah US$10,37 miliar atau seperempat dari total nilai impor Indonesia.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...-tetap-surplus

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Kisah Didin: jadi tahanan gara-gara cacing

- Misteri kematian anggota Paskhas TNI AU

- Indonesia ingin perhatian Tiongkok, Tiongkok ingin dunia

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
857
0
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan