flodaluataAvatar border
TS
flodaluata
Cerpen Kintana
Thread pertama ane gan, ini cerita pendek buat yang suka baca ni gan. Langsung read aja

Kintana

Suara perang bergemuruh menjadi latar belakang seorang anak laki-laki yang sedang lari ketakutan, mencari tempat aman untuk berlindung dari tembakan yang membabi buta. Perang Dunia 3 memang sedang berlangsung, banyak orang mati terkena serangan nuklir dan bom atom bahkan hanya beberapa wilayah saja yang selamat dari serangan tersebut. Diantara orang-orang yang selamat adalah anak kecil berumur sebelas tahun yang bernama Kintana, ia terpisah oleh orang tuanya dan berlari ke hutan sendirian.
“huh..hah..huhh, capek” desah Kintana yang baru saja mendapat tempat bersembunyi di suatu rumah kosong, mukanya lusuh penuh dengan kotoran bajunyapun sobek-sobek dan menggunakan sepatu converse yang sudah koyak.
“Aku laper banget, belom makan dari kemaren nih coba cari ah siapa tau ada makanan” ujar Kintana sambil mencari makanan di rumah kosong yang baru saja ia masuki.
“Haaaaaaaaaaaaa, siapaaa kauuu?!” jerit Kintana.
“Ssssttttt” sesosok pria besar dengan pakaian tentara langsung menutup mulut Kintana yang sedang menjerit.”Aku prajurit perang” jawab pria tersebut.
“Kau sedang apa disini?” tanya sang prajurit.
“Aku sedang mencari makanan” jawab Kintana dengan raut wajah yang masih ketakutan. ”Aku lapar belum makan sama sekali” tambahnya
Tiba-tiba masuklah seorang tentara musuh dari amerika “Duaaaar!!!!!!” suara pintu didobrak, Kintana dan sang Prajurit kaget, mereka langsung tiarap dan mencari tempat berlindung. Mereka berlindung di balik dapur (dapur sudah berbentuk kitchen set yang lumayan modern). Sang Prajurit berkata “Berlindunglah di sini Kintana, aku akan mengatasinya” Kintana hanya mengangguk-angguk dengan jantung berdebar kencang ketakutan setengah mati. Sang prajurit mengintip perlahan, melihat posisi si tentara amerika dan siap untuk menembaknya.
Sedangkan di luar sudah ada tentara musuh yang kira-kira berjumlah enam sampai tujuh orang yang sedang mencari jejak warga untuk ditangkap, dibunuh, atau dijadikan bahan pemuas nafsu jika perempuan. Tujuh orang tersebut hanya menyuruh satu temannya untuk mengecek rumah kosong yang berisi Kintana dan sang Prajurit.
Kintana hanya bisa bergumam
Aku harus bagaimana ini? Aku takut? Tuhan selamatkan aku…
Ibu, Ayah kalian dimana? Aku takut ibu…
Tuhan selamatkan aku dan orangtuaku Tuhan…
Apa yang harus aku lakukan, aku harus diam atau aku harus membantu sang prajurit. Tapi aku takut, aku pun tidak bisa apa-apa aku hanya akan tertembak.
Dor.. dor.. dor.. dor… terjadilah tembakan kea rah Kintana yang sedang bersembunyi, ia tidak sengaja menendang sebuah kaleng susu bekas yang membuat tempat bersembunyinya ketahuan. Sang prajurit langsung menembak si tentara dan “dorrrr!!” satu tembakan pistol tepat di mukanya.
Tentara di luar pun kaget mendengar suara tembakan dari dalam rumah, mereka langsung sigap mengambil posisi dan bersiap untuk masuk ke dalam rumah. Satu persatu mereka masuk ke dalam rumah, mereka kaget melihat temannya sudah tertembak. Mereka mencari pelakunya, namun sayang Kintana dan sang prajurit sudah kabur lewat pintu belakang. Para tentara langsung berlari ke pintu belakang, mereka melihat Kintana dan sang prajurit sudah jauh berlari. Mereke mencoba membidik mereka , namun sayang bidikan mereka terlalu jauh Kintana dan prajurit sudah terlalu jauh dalam sasaran. Para tentara mengejar Kintana dan sang prajurit, sambil berlari para tentara melihat kiri kanan memastikan tidak ada yang bersembunyi di semak-semak ataupun di balik pohon.
Sementara itu Kintana dan sang prajurit terus berlari, tanpa menoleh ke belakang mereka terus berlari sekuat tenaga mereka. Kintana dengan napas tersenggal-senggal tiba-tiba berhenti, ia terlihat tidak kuat.
“Aku tidak kuat…aku capek belom makan” Ucap Kintana.
“Ayo sedikit lagi kita akan masuk desa” jawab sang prajurit.
“Aku benar-benar capek, kita istirahat dulu.. aku mohon” sahut Kintana sambil memohon
“Kita akan ketahuan kalau berhenti dan istirahat,baiklah aku akan menggendongmu”. Sang prajurit menggendong Kintana menuju desa yang berjarak sekitar 4 kilometer lagi.
Para tentara musuh mulai menyerah mencari Kintana dan sang prajurit, mereka memutuskan untuk berhenti terlebih dahulu untuk istirahat. Mereka berhenti dan minum terlebih dahulu, untuk sekedar membasahi tenggorokan mereka yang kering. Salah satu tentara mendapat panggilan dari radio,
“sksksksk. skksksk.. Bravo3 Bravo3 Jawab” tentara itu pun menjawab
“disini bravo3.. ada apa komandan?” jawab si anak buah
“segera menuju ke desa.. koordinat 13 point 4.. kita diserang oleh Indonesia” komandan berkata.
“baik komandan” jawab si anak buah mengiyakan
Si tentara langsung mengajak teman-temanya untuk menuju desa yang sedang dalam serangan, Mereka bergegas menuju ke desa yang sama dituju oleh Kintana dan sang prajurit. Memang pasukan gerilya sedang menyerang desa yang dijajah oleh pasukan amerika dan sekutu, pasukan amerika merampas makanan yang ada di desa tersebut, menjarah rumah- rumah, menyandra warga desa dan bahkan merudapaksa wanita-wanita di desa tersebut untuk pemuas nafsu. Tidak sedikit warga terbunuh oleh tentara-tentara biadab, pembunuhan tidak beralaskan dasar yang kuat mereka membunuh sesuka hati bak tak punya dosa,
Jejak-jejak kaki yang sengaja dibuat berputar oleh sang prajurit berhasil mengecoh beberapa tentara yang berpencar untuk mencari prajurit dan Kintana. Sang prajurit dan Kintana sudah mulai melihat desa, sedang terjadi peperangan antara pasukan gerilya Indonesia dengan pasukan musuh. Sang prajurit menurunkan Kintana, “Kau cari tempat bersembunyi Kintana, aku akan membantu pasukan gerilya dan mencari makanan dan minuman untukmu” ucap sang prajurit. Sang prajurit bergegas meninggalkan Kintana dan menuju medan pertempuran, sedangkan Kintana berjalan perlahan mencari tempat perlindungan bagi dirinya. Ia menemukan sebuah rumah kosong, ia bersembunyi di sebuah kamar, menunggu pertempuran di luar usai.
Sang prajurit masuk ke dalam medan pertempuran melawan pasukan amerika yang bersenjatakan lengkap, sedangkan pasukan gerilya berisikan pribumi yang dilatih perang dan beberapa anggota TNI. Sang Prajurit melihat sebuah sniper yang berjarak satu blok, ia berlari mengambilnya sambil menembak pasukan musuh dengan pistolnya. Ia menembak dan berlari bagaikan pemain film Tom Cruz yang sedang berakting film action. Suara geranat, tembakan, teriakan, bercampur menjadi satu dalam medan pertempuran tersebut. Beberapa anggota pasukan gerilya ada yang gugur, ada yang terluka parah dan sekarat.
Aku harus mendapatkan sniper itu…
Aku harus mencari makanan dan minuman untuk Kintana, sebaiknya aku bunuh komandan mereka terlebih dahulu..
Sang Prajurit berusaha mencari komandan pasukan musuh, satu persatu tewas dengan tembakan jitu dari sang prajurit. “Arghhhh” teriak sang prajurit, tangannya terkena tembakan musuh dari jauh. Ia tidak melihatnya sehingga ia terkena tembakan dari musuh, sang prajurit berlari berusaha mencari tempat baru untuk membidik musuh. Ia berlari tersenggal-senggal sambil menahan lukanya agar tidak mengalami pendarahan.
Sang prajurit naik ke lantai dua sebuah rumah, ia kaget.. ia bertemu dengan komandan pasukan gerilya yang sudah menodongkan senjata ke arahnya, Sang prajurit berkata
“Aku orang Indonesia.... dari Pasukan Khusus Perang Divisi Utama”.
Komandan pasukan gerilya kaget, “Maafkan saya prajurit….Lapor, saya komandan pasukan gerilya,, saya Rusdly” jawabnya.
“Dalam perang ini kita sudah mengepung mereka pak, ada beberapa tahanan di ruang bawah tanah yang mereka Sandra.. sekitar 2 blok dari sini” Rusdly memberi laporan.
“Baiklah… Rusdly beri aku kain, tanganku terkena tembak” Sang prajurit berkata. Raut wajahnya menahan rasa sakit namun ia berusaha menutupi.
“Ini pak… saya ada kotak P3K” jawab Rusdly
Rusdly mengobati luka sang prajurit…. Setelah usai ia menuju markas para tentara musuh dengan anggota lain di belakang mencovernya. Kemenangan mulai terlihat di pihak pasukan gerilya, satu persatu musuh yang berada di luar markas tertembak.. beberapa diantaranya mundur masuk ke dalam markas.
Sedangkan di sisi lain Kintana tak tahan menahan laparnya, ia keluar dari kamar dan mencari makanan di dalam rumah tersebut. Namun tiba-tiba pasukan musuh menangkapnya dari belakang, ia dibawa ke markas musuh untuk dijadikan sandera.
Tentara gerilya yang dibantu oleh sang prajurit sudah berad di depan markas musuh, ia melihat Kintana yang sedang digendong dibawa masuk ke dalam markas musuh, Ia mencoba membidik dengan sniper namun ia takut tembakannya meleset mengenai Kintana. Pasukan gerilya maju perlahan memasuki markas musuh,”Maju perlahan kawan-kawan”perintah komandan Rusdly.. tembak-tembakan berlangsung sengit.. sekitar 10 menit adu tembak terus terjadi.
Kintana memberontak ingin melepaskan diri, namun apadaya cengkraman tentara musuh lebih kuat daripada tenaga Kintana yang sudah sangat menipis. Sejenak Kintana kaget, ia melihat Ibunya masih selamat. Setelah diturunkan Kintana langsung berlari menuju ibunya, ia langsung memeluknya sambil menangis.
“Ibuuuuuuu…. Aku rindu Ibu.. Ibu aku takut” ujar Kintana sambil menangis
“Kintanaa.. bagaimana keadaanmu nak.. apa kamu baik-baik saja.? Ibu juga merindukanmu” jawab Ibunya yang juga ikut menangis bahagia karena bertemu lagi dengan anaknya,
“Ibuu.. dimana Ayah? tanya Kintana
“Ayahh.. Ayah.. sudah tidak ada nak” jawab Ibu semakin sedih karena menjawab pertanyaan tersebut “Ayah tewas saat menyelamatkan Ibu” tambah ibunya
“Huu huuu.. Ayahh” Kintana menangis sambil memanggil ayahnya
Para sandera melihat kesedihan mereka berdua, nasib para sandera bahkan ada yang lebih parah .. orangtuanya meninggal, usai dirudapaksa, disiksa untuk informasi, dll.
Pasukan gerilya berhasil masuk ke dalam markas musuh, hanya tersisa lima orang musuh. Namun tiba-tiba bantuan pihak musuh datang, keadaan sedikit berbalik.. pasukan gerilya sempat dibuat terpojok oleh musuh. Namun berkat kecerdikan, dan insting perang yang kuat dari sang prajurit membuat tim musuh mati satu persatu. Hanya sisa dua orang, komandan dan tangan kanannya.. Tiba-tiba komandan pasukan musuh menyandera Ibu Kintana.
“Ibuuuuu… Lepaskan Ibuku” teriak Kintana
“No, aku akan kill dia.. Kalau kalian maju” ujar komandan amerika
“Lepaskan dia! “ bentak Sang Prajurit
“Licik kau! Lepaskan dia pecundang” tambah Rusdly
Rusdly memutuskan berlari mendekati si komandan yang menyandera ibu Kintana, “Dooorrr”… Ibu Kintana ditembak oleh si komandan amerika.
“Ibuuuuuuuuuuuu…. tidaaaaaak… Ibuuuu….” Kintana berteriak seakan tidak percaya Ibunya tertembak.
“Kintana, biarkan Ibu menyusul ayahmu nak” kata Ibu sambil tersenyum.
“Tidaak Ibuu.. Jangan tinggalkan Aku sendirian.. Ibuuu”ucap Kintana sambil merengek
Sang komandan yang sedang lengah tiba-tiba ditembak oleh sang Prajurit, namun tangan kanan si komandan berhasil melarikan diri ke hutan. Pertarungan dimenangkan pihak pasukan gerilya.
Kintana yang baru bertemu Ibunya dalam hitungan menit kini harus melihat ibunya mati didepan matanya sendiri. Kintana merasa benar-benar terpukul, ia tidak bisa berkata apa-apa, hanya tangisan yang terdengar darinya. Di umurnya yang masih sebelas tahun ia harus berjuang menempuh hidup tanpa kedua orang tuanya.

Maaf gan kalo ceritanya gajelas, hasil ngarang buat tugas
emoticon-Toast
0
759
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan