fsphoseboyAvatar border
TS
fsphoseboy
#7
Berkecamuk tidak karuan, rasa marah bingung dan kecewa, harapan untuk temukan dua kakak dan ibunya hilang sudah. Wisang berjalan dengan sepatu boot coklat kumal nya, menyusuri lereng gunung yang terjal, dua hari lalu ia lewati jalan yang sama, jalan memotong menuju Bandung bagian barat.

Memang sedikit terjal, harus lewati hutan kering dan tandus, namun bisa mempersingkat waktu pikirnya, tanpa harus turun gunung, tanpa harus hadapi terik matahari dan hawa yang ekstrim. Walau di gunung masih terasa terik mataharinya, namun hawa pegunungan sanggup bantu ia tidak cepat lelah.

Sayangnya hawa pegunungan tidak sama seperti dulu yang dingin dan sejuk, sekarang tidak sedingin atau sesejuk dulu, akibat matahari yang terus soroti bumi, hujan hampir jarang terjadi. Bisa di hitung dengan jari dalam sebulan hanya beberapa kali hujan dengan durasi paling lama lima jam.

Wisang menyusuri lereng gunung sambil berusaha mencari pembenaran akan perasaannya yang kecewa akan realita. Ia sepanjang jalan memainkan celurit hologram nya, sambil berfikir tentang bagaimana membalas kematian kedua kakak dan ibunya sampai terus bertanya tanya tentang tujuan komplotan tentara berseragam hitam itu. Sungguh buat ia lelah berfikir mencari jawab dan segala pembenaraan untuk tenangkan sedikit gundah.

Suara burung terdengar dari jauh, suara yang jarang sekali ada pikir Wisang, burung itu terbang jauh di atas kepala Wisang, berputar putar terbang di atas kepalanya seolah mencari sesauatu. Ketika kaki Wisang memasuki hutan kering tanda beberapa kilometer lagi sampai di wilayah Bandung barat tempat ia temukan rumput, burung itu masih terus berputar putar di atas kepalanya. Ia tidak mengetahui jenis burung apa, ia menengadah berusaha perhatikan burung tersebut, kemudian,

“GGAAAKKKKKKKKKK !!!!”, burung itu seperti mendadak menukikan badanya yang sedang terbang tenang mengarah ke arah Wisang, dengan sigap ia menghindar dari serangan burung itu. Betapa kagetnya dia begitu menyadari bahwa itu adalah burung elang,

"GAAKKKKKK, SRAKKK, GAKKK SRAAKKK!!!!" , elang itu sengaja menukikan badanya, bukan untuk menyerang Wisang namun menerkam ular hitam yang sedari tadi ikuti Wisang di belakang.

Burung elang itu kemudian terbang lagi sambil membawa ular hitam yang sudah mati di genggaman kakinya. Terbang menjauh dari Wisang yang terjatuh di tanah, yang berusaha bangkit dari kagetnya.

Menjauh kemudian beberapa meter turun kearah pohon jati tinggi, tempat seorang gadis yang sedari tadi ikuti Wisang dari jauh. Elang itu kemudian seperti jinak dan tau siapa tuannya, ia kemudian memberikan ular hitam yang sudah mati pada gadis itu, dan diam di pundak gadis bertudung hijau. Gadis itu tersenyum melihat Wisang dari jauh yang kaget akan elang miliknya menyerang.

Seperti layaknya ninja ia ikuti Wisang di belakang berjalan di hutan tandus itu, ikuti melompat dari satu dahan ke dahan yang lain.

Wisang tidak ambil pusing tentang elang tadi, ia hanya berpikir betapa beruntungnya ia, bila elang itu tidak ada ia sudah berhadap hadapan dengan ular hitam itu, paling buruk kena gigit ular itu.

Bola mata Wisang mendadak mematung dengan sungai yang sekarang sudah kering. Memori indah bersama dua kakak nya bermain di sungai itu muncul, bermain bersama kakaknya Abu Bimasena dan Ali Antasena. Bagaimana mereka ajari Wisang kecil berenang, memancing sampai lakukan kegitan tidak penting seperti mengumpulkan batu sungai mendadak berumunculan, memori indah yang hanya menambah luka di dada.

Kenangan yang tidak banyak, karena ketika berumur sepuluh tahun Wisang harus berpisah dengan mereka di tragedi satu kepala. Berpisah selamanya, hanya menyisakan kenangan kenangan yang tidak banyak, seperti kenangan di sungai yang sudah mengering ini. Ia kesampingkan semua kenangan dan kembali berjalan menuju lokasi rumput untuk binatang ternak nya yang sudah dekat.

Semenjak ia berpisah dari dua kakaknya dan ibunya, ia jadi bisa lebih mandiri, pribadi nya yang sedikit bicara banyak bekerja, buat dengan mudah membantu selesaikan tugas tugas ayahnya mengurusi binatang ternak miliknya. Sedari umur sebelas tahun ia sudah biasa mencari rumput hingga membuat tenda di suatu tempat, ayahnya sudah tahu akan itu, karena di setiap kantung selempang yang ia bawa terdapat tenda rakit yg bila di bungkus bisa kecil sekali. Selain itu ia amat mahir memainkan celurit hologramnya, ia bisa sangat cepat memotong rumput berkubik kubik dalam waktu setengah jam .

Selain itu di waktu senggangnya ia sering memainkan celurit hologramnya untuk ia mainkan seperti pendekar di film film. Sedari kecil sering mencari rumput hingga sekarang menginjak 18 tahun, insting nya di alam liar semakin berkembang, walau ular hitam yang di terkam elang telat ia sadari, akan tetapi ia tahu bahwa ia sedang di ikuti seseorang oleh sedari tadi.
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
597
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan