Layakkah Kita Miliki, Demi Status atau Apa (Memahami Sifat Konsumerisme)

Beranda
Komunitas
Entertainment
The Lounge
Layakkah Kita Miliki, Demi Status atau Apa (Memahami Sifat Konsumerisme)

iskrim

22-03-2017 17:51

Layakkah Kita Miliki, Demi Status atau Apa (Memahami Sifat Konsumerisme)

Layakkah Kita Miliki, Demi Status atau Apa
(Memahami Sifat Konsumerisme, Seberapa Jauh Kita)

“Kita (kaum muslimin) adalah kaum yang hanya makan bila lapar dan berhenti makan sebelum kenyang“

[ HT# 095 ]

Kehidupan yang dinamis dan terus berkembang ini menuntut manusia untuk terus bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup. Namun tanpa kita sadari, terkadang justeru kita suka lupa diri, nggak bisa ngerem, nggak bisa membedakan mana kebutuhan pokok dan 'non-pokok', ditambah lagi dengan sifat 'Konsumerisme' yang sepertinya tanpa sadar menjadi hal yang wajar dan kalau tidak kita sadari segera akan merugikan diri sendiri dan orang lain.

"Gw mampu beli (meski harus maksain diri), serah gw, mau gw apain, kek!"

Sifat Konsumerisme bagi seseorang tentunya berbeda-beda tingkatannya. Konsumerisme, merupakan paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok yang menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. wiki.

Lalu sifat konsumerisme apa aja sih yang bisa kita lihat dalam keseharian kita, kalau ente merasa seperti ini segeralah kembali ke jalan yang benar, taruhlah pada tempat semestinya, belilah atau lakukanlah apa yang dibutuhkan bukan karena emosi dan gengsi pribadi atau golongan sesaat.

Point 1

Spoiler for :

Mau Ditaruh Mana?

Quote:

Kalau kita berjalan di gang-gang komplek atau kampung pastinya kita sekarang ini banyak melihat mobil-mobil parkir dipinggir jalan. Anehnya menurut ane adalah, beli mobil saja mampu tapi kenapa nggak mampu bikin garasi?

Point 2

Spoiler for :

Kreatifitas Kebablasan?

Quote:

Kalau tadi adalah mobil, sekarang adalah kendaraan bermotor. Kita udah terlalu sering rasanya mendengar suara knalpot yang sangat bising, modifikasi lampu putih yang menyilaukan lawan arahnya, ugal-ugalan. Modifikasi sebenarnya diperuntukkan untuk kontes dan ada wadahnya, bukan justeru di jalan umum, mau ngebut? Yah silahkan saja di jalur trek balap, semua ada waktu dan tempat yang sewajarnya.

Point 3

Spoiler for :

Maksi Fitur Miskin Fungsi

Quote:

Udah jadi pembahasan umum orang saat ini kalau belum memiliki yang namannya smartphone pastinya dibilang gaptek. Membeli smartphone dengan fitur-fitur canggih dan mutakhir dianggap udah paling keren, padahal haya untuk chat sosmed aja. Mubajirkah, udah pasti iya. Coba ente lihat orang diluar sana pengguna hape jadul masih mnenjadi favorit, karena orang kita cenderung membeli cover, bukan membeli isi fungsi.

Point 4

Spoiler for :

Spek Level Dewa

Quote:

Kalau kita perhatikan ada loh beberapa orang yang sepertinya begitu bernafsu membeli komputer dengan spek level dewa, dengan harapan kerjaan lebih cepat selesai. Spek level dewa menjadi mubajirun karena hanya untuk main game 2D dan buat laporan keuangan saja.

Point 5

Spoiler for :

SKS

Quote:

Yeah, ini biasanya dilakukan bagi kalian yang masih pada makan sekolahan atau bangku kuliah. Akibat korupsi waktu tidak pada tempatnya, ujungnya pelajaran keteter. Sistem kebut semalam bisa menjadi andalan kalau emang udah kepepet karena besok mau ujian atau test panggilan kerja. Kalau saja semua dipersiapkan sedari awal jauh-jauh hari, tentunya belajar jadi lebih menyenangkan dan lebih siap.

Point 6

Spoiler for :

Jor Demi Status

Quote:

Kehidupan sosialita manusia sekarang ini emang cenderung boros. Seperti hanya soal pakaian, terutama para kaum hawa, membeli pakaian, sepatu, tas dan aksesoris lainnya bisa sampai akhirnya menumpuk berlusin-lusin tersimpan di lemari. Padahal hanya dipakai sekali atau duakali saja, apakah ini akan terus berlanjut, mubajirkah? Ane rasa ente udah tahu jawabannya.

Point 7

Spoiler for :

Melihat Terang Dalam Gelap

Quote:

Ini nih yang menurut ane lagi hangat-hangatnya di dunia politik. Sebenarnya ane malas bahas ini, tapi karena ini menyangkut kesejahteraan bersama maka sebaiknya mereka yang memang tidak menguasai bidangnya lebih baik mundur atau tidak mencalonkan diri. Jadilah pemimpin yang memang diinginkan dan sampai harus 'dipaksakan' dipilih rakyat, bukan justeru sebaliknya.