BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Mengail untung dari wisatawan Tiongkok

Warga Tiongkok sedang berjalan di depan gedung yang sedang dibangun di Central Business District, Beijing, (13/12 2016)
Sejumlah negara-negara dunia berebut wisatawan dari Tiongkok. Ini tidak lain karena jumlahnya menggiurkan. Selain dari segi jumlah, wisatawan asal Tiongkok juga terkenal royal berbelanja saat pelesir.

Data Bank Dunia periode 2007-2013 menyebutkan, jumlah wisatawan asal Tiongkok ke seluruh dunia meningkat dari 40,9 juta orang pada 2007 menjadi 98 juta orang pada 2013, atau meningkat 140 persen.

Nilai belanja pelancong asal negeri Tirai Bambu ini pun turut meningkat. Bila pada 2007 mencapai US$29,7 juta dari total US$920 miliar belanja seluruh wisatawan dunia, pada 2013 menjadi US$128 miliar. Sayang, data Bank Dunia paling mutakhir hingga 2013.

Untuk periode selanjutnya, data China National Tourism Administration yang dilansir Travel China Guide, bisa menjelaskan. Jumlah pelancong Tiongkok, pertama kali menembus angka 100 juta sejak November 2014. Adapun jumlah totalnya pada tahun itu mencapai 117 juta orang. Sejumlah 85,42 juta di antaranya, berkunjung ke kawasan Asia.

Melansir data China Tourism Research Institute (h/t Travel China Guide) , turis Tiongkok ke luar negeri pada 2015 naik lagi ke angka 120 juta orang. Nilai belanjanya pun tak kalah fantastis, berjumlah total US$104,5 miliar. Angka itu bila dikonversi ke dalam rupiah dengan kurs terkini (5/1/2017), nyaris mencapai Rp1.400 triliun.
Rebutan wisatawan Tiongkok
Sejumlah negara-negara Asia masih menjadi tujuan utama pelancong asal Tiongkok. Pada semester pertama 2015, pelancong Tiongkok menjadikan Korea Selatan sebagai destinasi utama. Namun sejak merebaknya virus MERS pada 20 Mei 2015 di negeri Gingseng itu, sejumlah pelancong Tiongkok membelokkan tujuan menuju Jepang.

Pada semester pertama 2015, pelancong asal Tiongkok lebih menyukai Jerman sebagai tujuan wisata untuk kawasan Eropa. Selebihnya adalah Prancis, Italia, dan Swiss. Jumlah kunjungan wisatawan Tiongkok ke Eropa itu dilaporkan menggerus jumlah wisatawan yang berkunjung ke Hong Kong sekitar 50 persen.

Situs berita China Daily menyebut, jumlah wisatawan asal Tiongkok adalah jumlah pelancong terbesar sedunia pada 2015. Adapun 10 tujuan wisata pelancong Tiongkok sepanjang 2015 yakni, Jepang, Thailand, Korea Selatan, Amerika Serikat, Singapura, Australia, Rusia, Indonesia, Selandia Baru, dan Inggris Raya.

China Daily juga menyebut, pelancong dari Tiongkok doyan belanja. Uang belanja ke pertokoan proporsinya 57,7 persen. Kemudian diikuti oleh biaya penginapan sebanyak 17,8 persen, transportasi 10,8 persen, makanan 5,8 persen, tiket atraksi 3,7 persen, hiburan 3,7 persen, dan uang tips 0,1 persen.

Studi InterContinental Hotels Group dan Oxford Economics, menunjukkan kota-kota yang menjadi tujuan wisatawan Tiongkok per tahun. Bali misalnya, menjadi tujuan bagi setidaknya 350 ribu orang pelancong asal Tiongkok per tahun. Ini menggambarkan persaingan memperebutkan minat para wisatawan itu ke masing-masing negara.

Khusus untuk Amerika Serikat (AS), menurut China Daily, pihak AS langsung mengajukan kerja sama dengan Tiongkok untuk promosi wisata masing-masing negara. Tak tanggung-tanggung, hubungan itu dilangsungkan dengan pertemuan dua pimpinan negara untuk mempererat hubungan yang selama ini renggang.

Sementara pihak swasta yang mengelola hubungan dua negara dalam bidang wisata adalah Brand USA yang dipimpin oleh Christopher Thompson. Ia menargetkan kunjungan sebanyak 3 persen dari 6 persen populasi penduduk Tiongkok yang punya paspor, "Potensinya luar biasa," tukasnya.

Upaya yang sama juga dilakukan Prancis, yang sudah membuktikan dampaknya dengan kunjungan 2 juta kunjungan pelancong dari Tiongkok pada 2015. Prancis mempermudah pengurusan visa kunjungan bagi pelancong Tiongkok. Jerman bahkan membuat riset dan perancangan dalam menyambut wisatawan Tiongkok pada 2017.
Target 10 juta wisatawan Tiongkok
Saat negara maju sedang memutar otak untuk menggaet wisatawan Tiongkok sebagai sumber ekonomi wisata, Indonesia pun tak mau kalah. Pada 26 Maret 2015, Presiden Joko "Jokowi" Widodo menandatangani kerja sama dengan Tiongkok, dalam hal ini Presiden Tiongkok, Xi Jinping.

Dalam pernyataan bersama tentang penguatan kerja sama kedua negara, tercantum butir-butir yang spesifik tentang kepariwisataan untuk Indonesia maupun Tiongkok. Misalnya, pemerintah Tiongkok saat itu menyambut baik rencana pembebasan visa kunjungan wisata warganya ke Indonesia.

Kedua belah pihak setuju untuk mempromosikan pariwisata masing-masing negara, untuk mencapai target jumlah kunjungan tahunan, sebanyak lebih dari 2 juta wisatawan, baik dari Tiongkok ke Indonesia, atau sebaliknya.

Upaya ini bagian dari rancangan kebijakan pembangunan sektor pariwisata dengan target mendatangkan 20 juta wisatawan asing pada 2019. Kebijakan ini termaktub dalam Rencana Strategis Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata 2015-2019, Kementerian Pariwisata RI. Pariwisata, terbukti dapat menyumbang devisa.

Untuk mencapai target itu, Menteri Pariwisata, Arief Yahya, pernah menyatakan setengahnya akan dicapai dengan menggaet wisatawan Tiongkok. "Presiden mencanangkan target pariwisata 2019 adalah 20 juta wisman. Dari jumlah itu, 10 jutanya ditargetkan dari Tiongkok," jelasnya kepada Okezone (14/8/2015).

Pernyataan ini pula yang sering diungkap Presiden Jokowi dalam berbagai kesempatan. Pernyataan yang kemudian berbelok menjadi isu mendatangkan pekerja dari Tiongkok. Padahal, pemerintah, sedang mencari devisa "mudah dan murah" lewat pariwisata.

"Pariwisata sebagai penyumbang PDB, devisa dan lapangan kerja yang paling mudah dan murah," demikian Menteri Pariwisata, Arief Yahya, dalam paparan Kementerian Pariwisata untuk ajang workshop Konten Informasi Digital (KIDi) ke-6 di Yogyakarta, pada September 2016 silam.

Dalam dokumen itu dijelaskan, biaya pemasaran yang diperlukan hanya 2 persen dari proyeksi devisa yang dihasilkan sektor pariwisata. Pariwisata juga dapat menciptakan lapangan kerja secara murah, ongkosnya US$5.000 per satu pekerjaaan, dibanding rata-rata industri lainnya yang butuh US$100.000 per satu pekerjaan.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...tawan-tiongkok

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Berantas hoax, Dewan Pers bakal sertifikasi media

- Ulah 'curut' yang berbuntut penangguhan kerja sama

- Penerimaan pajak masih rendah meski ada amnesti pajak

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
3.2K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan