Selamat datang di thread kece bikinan ane
_____________________________________________________________________________________________________________________
Satu-satunya yang konstan dari musik Slank
adalah mencoba berbeda dan di luar stereotip
_____________________________________________________________________________________________________________________
Quote:
Akhadi Wira Satriaji adalah ikon rock n' roll. Dengan tampilan kaca mata cengdem di jidat, tato dan suara serak yang bisa melengking seperti kucing kimpoi, dia merupakan bukti hidup warisan abadi Slank--kelompok musik legendaris berusia 33.
"Salah satu fokus pertanyaan kami adalah soal lirik lagu, kemudian tentang pasang surut band dan sikap politik Slank."
Siang itu Kaka terlihat lebih sterk. Dadanya yang tebal membayang dari luar kaosnya. Selain karena tak lagi minum alkohol, ia mengaku rutin olah raga menyelam.
Tampilan badan kerempeng, mata senantiasa merah hanya tinggal sejarah. Meski begitu gaya bicara sekenanya dan terkesan malas-masalan masih melekat.
Tapi ada satu hal yang dikhawatirkannya saat ini: rokok. "Sekarang gue jadi alergi (dengan rokok)," ujarnya sambil mengusap tenggorokan saat wawancara. Berikut perbincangannya selama satu jam:
Akhadi Wira Satriaji berpose di depan kamera pada Rabu siang (23/11/2016) di Markas Slank, Jalan Potlot III Nomor 14 Jakarta Selatan.
© Wisnu Agung Prasetyo /Beritagar.id
Quote:
Bagaimana rasanya jadi bagian Slank yang tetap eksis selama 33 tahun, bahkan lebih tua dari umur rezim Orde Baru?
Asyik ya. Kita mengalami situasi naik turun beberapa kali, baik itu personelnya atau kitanya sebagai band. Di tahun ke-33 ini posisi Slank sangat bagus, semakin matang dan hubungan antara personel tambah luwes.
Yang gue rasakan juga pergaulan Slank makin luas. Enggak cuma dengan preman, anak jalanan dan sopir, tapi juga politisi, pejabat, budayawan atau berinteraksi dengan anak sendiri di lingkungan keluarga.
Cermin apa memangnya pergaulan luas itu, lebih-lebih dengan politisi yang dulu mungkin diharamkan di Slank...
Bisa diartikan sebagai sosialisasi yang dewasa sih. Pola pikir kita jadi mencari solusi, bukan protes terus lewat lagu atau aksi seperti pas Orde Baru. Tapi sikap ini bukan berarti kadar kritis Slank turun, namun lebih jernih saja saat melihat persoalan dan lebih memakai hati.
Jadi apa bedanya berekspresi di zaman Orde Baru yang represif dengan saat ini yang cenderung lebih bebas?
Pada zaman Orde Baru siapa yang dilawan dan diprotes itu jelas. Kalau sekarang ya bukannya susah sih, tapi posisi Slank lebih ke menyemangati orang untuk do the right thing dan berani speak up. Kami lebih memosisikan diri untuk mendorong, ketimbang membuat hal anarki seperti bakar membakar.
Bukan karena Slank sekarang mendukung yang sedang berkuasa jadi agak kalem?
Gue melihatnya sebagai perubahan alami saja. Kritis ya tetap kritis. Tapi bukan kritis yang dibuat-buat atau karena tekanan. Memang sesuai umur juga. Dulu galak banget tapi kalau gue perhatikan materinya enggak dalam. Kalau sekarang, sedikit tapi justru lebih deep dan straight to the point. Harus begitu, kalau mutar-mutar terus kitanya keburu tua.
Perubahan ini diprotes Slankers?
Enggak. Kalau Slankers yang mengikuti kita dari dulu pasti saat ini usianya mapan dan punya pemikiran hampir sama. Jangan sampai generasi Slank masih berpikir kekanak-kanakan. Nah yang begitu itu yang harus disaring.
Kan bertahannya Slank juga karena bisa menyesuaikan lagu-lagunya dengan situasi terbaru, sehingga relevan, ya kan?
Artinya memang ada perbedaan penggunaan gaya bahasa dalam lirik lagu Slank saat ini dibandingkan dulu-dulu?
Dalam penuturannya pasti. Tapi kami selalu punya unsur sosial, politik, youth, alam dan romance di dalam sebuah album. Unsur-unsur ini yang jadi panduan kita sejak album kedua.
Kami menganggap formula ini cool buat fan yang merasa suaranya terwakili. Istilahnya, kalau Slank mau kasih makanan ke fan, harus dipastikan unsur gizinya lengkap.
Akhadi Wira Satriaji berpose di depan kamera pada Rabu siang (23/11/2016) di Markas Slank, Jalan Potlot III Nomor 14 Jakarta Selatan.
© Wisnu Agung Prasetyo /Beritagar.id
Quote:
Lagu-lagu Slank selalu terinspirasi dari peristiwa yang aktual?
Selain aktual, kita juga ambil dari hal yang pernah dirasakan. Hal itu memudahkan kita untuk menuangkannya dalam sebuah lagu, ketimbang harus mengira-ngira kisah orang.
Kalaupun Slank membuat lagu tentang sosok, misalnya penyair Chairil Anwar yang akan ada di album baru, maka kita akan mendalaminya dengan serius, sampai mendatangi keluarganya untuk mendapatkan materi.
Ide dari siapa mengangkat sastrawan Chairil Anwar ke dalam lagu?
Bimbim. Dia baru saja beli buku-bukunya. Dari ide Bimbim itu kita menyimpulkan Chairil itu mirip Slank 90-an, bahkan dia lebih liar lagi pemikirannya. Kita begitu mengapresiasi freedom mind-nya Chairil yang inspiratif. Judul lagunya nanti Orang Merdeka.
Oke, tapi apa aktualitas soal Chairil ini?
Semangatnya kan masih aktual. Lihat saja puisi-puisinya. Gue rasa kalau dia hidup pada zaman ini maka kelar sudah. Dia bakalan dihujat netizen.
Ya alhamdulillah Chairil menulisnya bukan sekarang, bisa-bisa dilaporkan ke Bareskrim juga. Tudingan jorok lah, itu lah, ini lah ha-ha.
Tapi semangatnya sebagai orang yang merdeka itu yang kita angkat. Orang Merdeka akan dibawakan dengan warna lagu yang cukup keras dan cepat.
Balik soal lirik. Siapa yang menjadi "redaktur bahasanya" untuk pemilihan kata?
Kita enggak ada redaktur bahasa begitu. Penentu atau proses akhirnya ya gue sama Bimbim, sebagai yang menyanyikan lagu. Kalau enggak enak ya liriknya ditambahkan atau dikurangi enggak usah pakai redaktur. Karena sudah berjalan bertahun-tahun ya gue dan Bimbim hampir sama gaya bahasanya.
Quote:
Tapi banyak karya-karya hebat Slank tercipta ketika masa-masa di bawah pengaruh drugs?
Drugs itu ya seperti doping. Bisa produktif memang membuat lagu. Tapi malah enggak selesai-selesai. Maunya terus saja buat lagu, tanpa henti dan tidur berhari-hari. Jatuhnya enggak efektif, karena setelah sadar, malah lupa sebelumnya membuat lagu apa ha-ha.
Bagaimana kehidupan masa kecil Anda yang ditinggal pergi Ibu saat masih sekolah dasar?
Gue terpisah dari saudara karena ikut tante yang di Kebon Jeruk. Enggak bisa protes juga pas kecil. Tapi senang tinggal di rumah tante yang kebetulan keluarga musik. Jadi kalau kumpul sama keluarga Bimbim (sepupu Kaka) sudah biasa tuh nyanyi Deep Purple atau The Rolling Stones.
Saat itu gue sudah suka main musik sejak sekolah dasar dan bermimpi bakal seperti Bimbim dan main dengan dia--karena keren juga ya melihat dia ngeband. Akhirnya terwujud pada 1989, saat gue bergabung ke Slank.
Bermain musik terus, sekolah tidak terlantar?
Enggak benar deh sekolah gue he-he. Gue dikeluarkan dari SMP 9 Megaria karena jadi biang keributan dengan sekolah lain. Ada siswa tergeletak karena tertusuk dengan pisau. Padahal pelakunya bukan gue.
Setelah dikeluarkan, gue coba ambil sekolah malam. Tapi enggak betah. Malam kan waktunya nongkrong, malah disuruh sekolah. Ya gue kabur lagi. Pada waktu kecil gue hobi menyendiri dan menghilang. Kalau sekarang menghilangnya karena cari spot diving.
Mungkin kah waktu kecil Anda merasa kesepian karena tidak memiliki Ibu?
Bisa jadi, karena enggak ada tempat mengadu. Tapi menghilangnya gue saat ini untuk menyendiri malah jadi terapi. Kalau gue mumet setelah manggung atau merasa bising di Jakarta, gue lari ke laut yang menawarkan kesepian. Ya bicara sama ikan ha-ha.
_____________________________________________________________________________________________________________________
“Happiness jangan lo tungguin, tapi harus diciptakan”
Kaka Slank
_____________________________________________________________________________________________________________________
Quote:
Ngomong-ngomong Anda akan memilih siapa dalam Pilkada DKI Jakarta mendatang
Nomor dua kayaknya. Ya simpel saja, lo make love ya harus sampai selesai, jangan kentang biar PR-nya kelar. Jadi nomor dua selesaikan dulu lah satu periode lagi.
Tapi nomor dua kan pro reklamasi, berseberangan dengan Slank yang pro lingkungan?
Sudah terlalu banyak manusia di Jakarta. Kalau sudah enggak muat lagi mau tidak mau harus reklamasi. Asalkan reklamasi itu sesuai aturan. Jangan mangroves juga dihajar. Lihat Amsterdam? Tidak ada masalah kan jika dilakukan dengan benar. Kalau pelaksanaannya ngawur memang akan banyak yang ketiban sial. Ini semacam piring isi kuah sayur dikasih nasi, kan airnya muncrat ke-mana-mana.
Akankah Slank jadi partai pada masa depan?
Selanjutnya, bisa ente baca disini ya gan.. masih panjang!!
#SLANKGAKADAMATINYA #SLANKERS
Hikmahnya adalah jangan pernah menyerah,
tetap pada satu ketekunan & keyakinan yang pasti.
Quote:
Buat liat infografik lengkapnya seperti yang di gambar bisa liat
disini gan
Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng deh
Jangan lupa cek thread ane yang lain gan
Quote: