BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Indonesia banding keputusan WTO

Pedagang menata kentang lokal yang berasal dari Dieng, Jawa Tengah di Jakarta, Jumat (9/12). Kentang adalah salah satu komoditas yang akan terdampak jika impor produk pertanian harus dibuka sesuai keputusan WTO.
Indonesia bakal banding atas keputusan organisasi perdagangan dunia atau World Trade Organization (WTO) yang memenangkan gugatan Amerika Serikat (AS) dan Selandia Baru.

WTO, Jumat lalu memenangkan dua negara itu yang menggugat pembatasan impor untuk produk hasil pertanian dan peternakan di Indonesia. Konsekuensinya, jika keputusan ini sudah tetap, Indonesia harus membuka pintu impor untuk produk-produk tersebut.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan akan mempelajari semua poin keputusannya. "Kita pasti akan banding," kata dia, Jumat (23/12) seperti dikutip dari Katadata.co.id.

Enggartiasto menjelaskan perkara ini berawal dari pengetatan impor pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Menurut CNN Indonesia, pada Maret 2015,Departemen Perdagangan AS menyatakan 18 aturan dagang di Indonesia mempengaruhi impor hortikultura, hewan dan produk hewan tak sesuai dengan aturan Persetujuan Umum tentang Tarif dan Perdagangan/General Agreement Tariffs and Trade (GATT).

Komoditas yang terpengaruh itu di antaranya mencakup apel, anggur, kentang, bawang, bunga, jus, buah kering, sapi, ayam dan daging sapi.

Namun di antara kebijakan-kebijakan tersebut banyak yang tidak berlaku lagi. Sebab, pemerintahan Presiden Joko Widodo sudah mendandani kebijakan lewat deregulasi. "Kita akan bilang ini sudah tidak ada persoalan karena sudah ada paket deregulasi," ujarnya.

Pemerintah Joko Widodo telah menggelontorkan deregulasi dalam wujud paket kebijakan ekonomi. Hingga kini, sudah ada 14 paket kebijakan.

Ketua Dewan Hortikultura Nasional (DHN) Benny Kusbini mengatakan, kekalahan pemerintah Indonesia di WTO berpotensi membuat impor produk holtikultura semakin meningkat.

Menurut Benny, proteksi terhadap produk lokal sangat dibutuhkan. "Kita tidak ingin buah-buahan asli Indonesia hilang digantikan dengan buah impor," kata Benny seperti dinukil dari Kontan.co.id.

Imbas lain yang bisa terjadi adalah banjir produk pangan dari dua negara itu. Menurut Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Bustanul Arifin, jika AS masuk pasar Indonesia, maka persaingan pasar dagung ayam di Indoensia akan lebih ketat.

Menurutnya harga ayam di AS hanya seharga US$30 sen atau sekitar Rp4 ribu. Sementara di Indonesia saat ini harga ayam mencapai Rp35 ribu per kg. Imbas yang lebih besar, banyak negara-negara lain yang mengantre untuk mengirim ayam ke Indonesia, seperti Brazil.

Sementara untuk Selandia Baru sudah bersiap untuk menjual produk-produk holtikultura seperti buah kiwi.

Mengutip data Kementerian Perdagangan yang dilansir Kompas.com, neraca perdagangan antara Indonesia-Selandia Baru sepanjang Januari-Oktober 2016 negatif. Dengan membukukan nilai US$832,48 juta. total ekspor senilai US$289,15 juta,namun impor mencapai US$543,32 juta.

Sedangkan Indonesia dan Amerika Serikat memiliki nilai perdagangan Indonesia positif dengan nilai US$19,268 miliar pada periode yang sama. Ekspor Indonesia mencapai US$13,24 miliar dan impor senilai US$6,02 miliar.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...-keputusan-wto

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Mengawal Natal: mengenang Gus Dur dan Riyanto

- Ancaman teror yang terus bikin sibuk Densus

- Jembatan Cisomang masih aman dilalui kendaraan kecil

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
13.8K
31
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan