Ananda tercinta
Ayahanda kan berkisah tentang hikayat suku kera
Maka pejamkanlah mata mu dan dengarkan kisah ayahanda
Peluklah bantal dan gulingmu sembari menyimak ayahanda bercerita

Disuatu masa, nun jauh di sana, didalam sejuknya pelukan Bunda Nusantara
di pulau dimana para dewa bertahta
di belantara hutan Ubud nan keramat dan menghijau
di antara bebatuan candi candi masa lalu

Tempat dimana suku kera berekor panjang bermukim gembira
Hidup damai, beranak pinak dan tak lupa berbahagia
sang waktu seolah enggan berdetak disana
tiada habis nya para kera tertawa ceria



Hari itu hari yang berbeda
Seekor kera jantan diangkat menjadi ketua suku kera, dipilih dari para kera jantan yang perkasa
Menggantikan ketua lama yang sudah tua
Seluruh desa kera bersorak gembira ria

Seekor anak kera ubud menangis sedih diantara semak rimba
ayahbundanya barusan tiada dan ia sebatangkara
Momon namanya, sang kera yang sudah yatim piatu di usia yang terlalu muda
Huhuhu.... ayahbunda, aku sebatangkara, isak tangis momon menyayat jiwa



Momon sang kera muda, walau jantan, badan nya kurus kecil, tak juga kekar
tenaga nya juga tak besar
wajahnya pun welas asih jauh dari kesan sangar
sangat jauh dari syarat ketua bagi sukunya yang besar



Tersebutlah seorang pintar dipulau dewata tengah singgah di desa kera
namanya pan balang tamak, dia tengah berlibur suka cita

Tangisan momon membuat pan balang tamak iba
wahai anak kera ubud, mengapa kau menangis ? walau ayahbunda tiada, janganlah terlalu lama berduka
wahai anak kera ubud yang menangis, kelak akan tiba masanya seluruh dunia berhutang budi pada ananda
usaplah air matamu dan mulailah berbuat baik kepada siapa saja, ayahbundamu pasti kan bahagia

Pan Balang tamak membelai sayang kepada momon sang kera
Sambil terisak menghentikan tangis momon mengganggukkan kepalanya
Wahai pan balang tamak, dukaku kehilangan ayahbunda sungguh tak terkira
namun amanatmu kan kulaksanakan tanpa cela

Pan Balang tamak tersenyum, mengangguk dan berlalu
begitu juga sang waktu

Momon sang kera yatim piatu kini mulai remaja
walau waktu berlalu, amanat pan balang tamak masih teringat takkan terlupa
Momon melaksanakan sebaik baiknya
Momon adalah anak suku kera yang baik hatinya

Hari ini hari yang berbeda
Di ujung desa kera terdengar isak tangis penuh duka
Diantara bebatuan candi dan hijaunya rimba
Seekor anak kucing menangis sebatangkara

kucing mungil yang malang, tiada bisa mendengar dan bicara
kucing mungil yang malang, kaki-kaki nya cedera
kucing mungil yang malang, kurus kurang makan dengan bulu bulu berselimut luka
momon kera baik yang berhati lembut tak sanggup meninggalkannya

Mulai hari ini, sang kucing tinggal di rumah momon sang kera
Momon yang mengasuh dan merawatnya
Mulai hari ini, sang kucing diberi nama 'Mimin' oleh Momon sang kera berhati mulia
Kemana mana momon selalu mengajak mimin dalam gendongannya

Momon sang kera kini tak sebatangkara
walau waktu berlalu, amanat pan balang tamak masih teringat takkan terlupa
Momon melaksanakan sebaik baiknya
Momon adalah anak suku kera yang baik hatinya

Momon sangat baik kepada Mimin dan semua warga rimba
Momon menyayangi Mimin dan Mimin menyayangi Momon juga
Mereka seperti sahabat dalam suka dan duka
Mereka seperti saudara yang berbeda wujudnya



Kadang momon menggendong Mimin ke puncak tertinggi di rimba ubud untuk melihat terbenamnya surya
atau sekadar menikmati terbitnya fajar surya
Kadang mimin dan mimin berbagi sarapan serangga
atau berpesta makan ala kadarnya

Begitulah, kasih sayang pada sesama ciptaanNya
dharma baik kepada sesama makhluk alam semesta
maka jadilah anak yang baik hatinya
agar alam semesta pun baik padamu, ananda

Tahun tahun berlalu
Sahabat sejati tak akan lekang oleh waktu

Suatu ketika pecah perang membara
Karena manusia telah lupa menjadi anak yang baik dan bersahaja
Begitulah nak, kala dharma baik dan toleransi terlupa
Maka lahirlah angkara murka

Perang yang membara akan membawa derita
Dan duka bagi manusia
Bahkan alam semesta akan menangis pula
Bahwa perang dan duka ini nyata adanya

Salah seorang tentara dari negeri menara baja tersesat di ubud rimba kera
Tak sengaja, sang perwira bertemu Momon kera
Momon kera tengah merawat Mimin dirumahnya
Kasih sayang dan cinta kasih antara makhluk yang berbeda terlihat disana

Sungguh sang perwira merasa malu
Mengapa manusia tak bisa sebijak satwa ini rimba
Kera dan Kucing bisa saling menyayangi dan berbagi dharma
Bukankah manusia adalah yang paling mulia ?

Sang perwira membawa kamera
Persahabatan momon dan mimin terfoto dengan indahnya

Dari sang perwira foto persahabatan momon dan mimin mengembara
dari satu perwira ke perwira satunya
dari satu negara ke negara lainnya, hingga seluruh manusia ramai bicara persahabatan dan cinta
hingga maraklah ajakan perdamaian dan berhenti perang yang tengah membara
hingga sampai ke depan mata para pemimpin negara yang sibuk berperang amurka

Para manusia itu merasa malu dan tersadar hatinya
Malu kepada momon dan mimin dan para satwa rimba
Angkara murka tiada layak berada diantara kita
bahwa budi baik lah yang selalu harus dilaksanakan tanpa cela

Kemudian berakhirlah perang dengan saling memaafkan dan berbaik sangka
Dan terbitlah perdamaian dan kebahagiaan dengan seksama

Foto gambar momon dan mimin menjadi duta perdamaian manusia
Dan seluruh dunia manusia merasa berhutang budi pada teladan momon sang kera

Demikianlah nak, jadilah anak yang baik senantiasa
maka alam semesta pun akan baik pada dirimu ananda