trendeziaAvatar border
TS
trendezia
Powerbank vs Hape Turbo Charging


HARI kedua Harbolnas 2016. Di saat orang-orang sudah memborong barang-barang incarannya, saya masih terjebak kebingungan klasik seorang blogger yang ingin eksis maksimal di jagat maya: beli powerbank atau smartphone baru dengan fitur turbo charging? Hmmm...

Pernah kehabisan baterai padahal acara yang diikuti belum selesai? Saya sering sekali mengalami seperti itu. Kejadian terbaru saat saya dan anak-istri mengikuti Tur Cokelat Bali bersama satu produsen susu, awal Oktober lalu. Selama lima hari empat malam berkeliling Bali, status saya di media sosial bisa dihitung dengan jari.

Padahal dalam tur tersebut ada kompetisi foto di media sosial dengan hadiah uang tunai. Jumlahnya lumayan untuk beli oleh-oleh. Apa boleh buat, karena hape lebih sering mati dalam perjalanan saya tak bisa aktif share. Yang ada late post, sebab saya baru bisa update begitu sampai di hotel menjelang tidur.

Kejadiannya selalu sama sejak hari pertama di Bali, baterai keburu habis di jalan. Begitu sampai di objek wisata yang dituju saya tidak bisa share karena hapenya mati. Mati gaya deh. Untungnya saya bawa kamera digital, jadi setiap momen berharga tetap dapat diabadikan untuk dibawa pulang.

Pengalaman lebih nyesek saya alami sewaktu tur dua hari dua malam di Palembang, Mei lalu. Pada hari kedua kami dijadwalkan ke Pulau Kemaro, sebuah pulau kecil di tengah-tengah Sungai Musi. Saya sudah berencana membuat video. Sebelum keluar dari hotel hape saya charge penuh-penuh. Begitu juga dengan baterai kamera.

Awalnya semua berjalan sesuai rencana. Saya berhasil mengabadikan momen mulai dari sarapan mie celor di sebuah warung terkenal, lalu naik perahu ketek di kawasan Benteng Kuto Besak, sampai mendarat di Pulau Kemaro. Dasar rejeki. Baru juga merekam sebagian pulau, baterai kamera habis. Lalu hape menyusul drop. Kelar deh

Itulah sebabnya saya tidak punya footage pagoda sembilan lantai di belakang Vihara Hok Tjing Rio. Padahal pagoda inilah landmark Pulau Kemaro. Vihara Hok Tjing Rio saja tidak semua direkam, padahal di bagian sampingnya ada satu pagoda kecil dan sebuah gerbang yang instagramable sekali.

Powerbank, Solusi atau..?
Kehabisan baterai sewaktu mengikuti event juga pernah. Akhir Agustus lalu saya ikut dua event di Semarang, dan di kedua acara tersebut hape saya ngedrop. Alhasil, saya cuma bisa update di media sosial sampai pertengahan acara saja. Selebihnya blong karena hape menancap di stop kontak yang ada di pojok ruangan.

Itulah sebabnya saya lebih suka bepergian dengan kereta api kalau harus keluar kota. Alasan utamanya, di gerbong kereta tersedia stop kontak. Lalu di area ruang tunggu setiap stasiun juga disediakan fasilitas charging gratis. Nggak khawatir mati gaya karena begitu baterai lemah bisa di-charge.

Cuma memang, saya tidak selalu bisa naik kereta api. Misalnya ya pas tur sekeluarga ke Bali itu tadi. Atau sewaktu mengunjungi kebun buah di Lampung Timur, akhir Agustus lalu. Waktu itu saya malah membuat teman-teman seperjalanan khawatir karena menjelang take off tak kunjung bisa dikontak.

Chat dan telepon via WhatsApp, lalu SMS dan telepon, semuanya tidak dapat saya respon. Kenapa? Baterai low, dan saya tidak sempat charge di bandara karena harus buru-buru check in lalu mencari gate keberangkatan.

Kalau pas mengalami kejadian begitu saya spontan teringat powerbank. Saya sempat dua kali beli powerbank, dan dua-duanya sudah tidak bisa dipakai. Rusak semua. Sejak itu tidak pernah beli lagi, terlebih setelah membaca efek buruk powerbank pada hape.




Masa sih? Setidaknya begitu dari referensi yang saya baca. Beberapa poin dampak buruk yang mungkin timbul akibat pemakaian powerbank sepanjang ingatan saya adalah:

1. Baterai cepat aus
Semestinya smartphone dimatikan terlebih dahulu saat dicas. Saya pernah baca, sangat dianjurkan untuk mendiamkan dahulu hape yang dimatikan selama beberapa saat sebelum dicas. Tujuannya agar baterai dalam keadaan dingin ketika di-charge. Ini akan membuat baterai lebih awet.

Namun seringkali kita justru mengecas hape menggunakan powerbank sembari terus menggunakannya. Hal ini menyebabkan baterai panas terus-menerus, tidak dapat melakukan pengisian daya secara maksimal, dan lama-lama aus. Rusak deh.

2. Dapat merusak SIM card
Saya tidak paham apakah ini berkaitan dengan letak SIM card yang berdekatan dengan baterai atau tidak. Namun pengecasan terus-menerus tanpa henti menggunakan powerbank, sembari smartphone terus digunakan, dapat berefek buruk pada kartu SIM. Bisa rusak lho. Memang sih kita bisa minta ganti kartu baru dengan nomor yang sama, tapi data-data kontak yang tersimpan di dalamnya bakal hilang.

3. Hape bisa meledak/terbakar
Rasanya ini ada kaitannya dengan poin pertama. Baterai yang terus-menerus panas, dan terlalu panas, dapat meledak atau terbakar. Kalau sudah begitu, hape kita bisa ikut rusak dibuatnya. Sayang, bukan? Apalagi kalau hape tersebut merupakan perangkat andalan dalam bekerja.

Sebagai tambahan, baterai dalam powerbank sendiri dapat meledak apabila terus-menerus berada dalam temperatur tinggi. Hal ini bisa disebabkan leh setidaknya dua hal, yakni kualitas baterai rendah atau kesalahan rangkaian sirkuit di dalamnya.

Hape Turbo Charging


Kalau ingat tiga dampak buruk tersebut saya jadi enggan beli powerbank lagi. Memang ini opsi murah meriah, hanya dengan beberapa ratus ribu rupiah kita mendapat baterai cadangan 2.000-3.000 mAh. Kalau mau keluar uang lebih banyak bisa dapat powerbank berkualitas lebih bagus.

Tapi setelah dipikir-pikir lagi saya rasa lebih baik membeli smartphone baru sekalian. Smartphone dengan kemampuan charging ekstra cepat sebagai solusi, sehingga baterainya tidak butuh waktu berjam-jam untuk dicas sampai penuh.

Normalnya, kita butuh waktu antara 3-4 jam untuk mengecas baterai berkapasitas standar 2.300 mAh sampai penuh. Dengan teknologi turbo charging, waktu pengisian bisa dipercepat menjadi hanya beberapa puluh menit saja. Itu artinya, kita bisa mengecas baterai sembari menunggu pesawat, menunggu kereta, atau sembari makan di warung, dan hape kembali bisa dipakai berjam-jam kemudian.

Kelebihan lain, tas tangan jadi lebih ringan tanpa membawa-bawa powerbank. Kalau biasanya dalam tas berisi hape, charger, ditambah powerbank bersama barang-barang pribadi lain, dengan berganti ke smartphone yang dilengkapi fitur turbo charging kita bisa tinggal powerbank di rumah.

Hape-hape keluaran terbaru sudah banyak yang menyediakan fitur turbo charging seperti ini. Salah satunya smartphone mewah besutan Polytron, Prime 7s. Kecepatan pengisian baterai jadi salah satu dari tujuh keunggulan yang ditawarkan Prime 7s. Bayangkan, cukup dengan mengecas selama 15 menit kita bisa memakai hape ini untuk menelepon selama 5 jam.

Yang membuat Prime 7s bisa mengisi baterai secara cepat adalah dayanya yang sebesar 9V 1.67A. Dengan daya sebesar ini, proses charging menjadi dua kali lebih cepat dari smartphone konvensional. Mengecas selama 40 menit saja sudah membuat baterainya yang berkapasitas 2.300 mAh terisi 75 persen.



Saya jadi ingat pengalaman kurang enak di Palembang. Sepulang dari Pulau Kemaro, saya dan teman-teman blogger lain diajak makan siang ke RM Pempek Pak Raden di Jl. Radial. Begitu hidangan makanan dan aneka pempek datang, teman-teman sibuk mengambil foto pakai smartphone dan kamera masing-masing. Untuk apa lagi kalau bukan share di media sosial?

Terus, saya? Cuma saya satu-satunya anggota rombongan yang sibuk mencari colokan listrik. Tanya ke pelayan yang mengantarkan pempek ke meja kami, akhirnya ketemu satu colokan yang tersembunyi di pojok ruangan.

Kira-kira satu jam kami makan, ngobrol-ngobrol, lalu dilanjut foto bersama. Saya berharap baterai hape sudah penuh, sehingga saya bisa share momen di RM Pempek Pak Raden sekalipun pempeknya sudah habis. Tapi rupanya daya yang terisi baru sedikit sekali. Hiks.

Andai waktu itu saya pakai hape dengan kemampuan turbo charging seperti Polytron Prime 7s, ngecas selama satu jam begitu pasti sudah full baterainya. Saya pun siap eksis lagi selepas makan siang hari itu. Hehehe...

"Oke, kalau sudah mantap mau beli hape dengan kemampuan turbo charging, ya sudah beli aja." Mungkin teman-teman bakal bilang begitu.

Nah, di situ masalahnya. Hape-hape begitu biasanya masuk kategori flagship, dan harganya kategori menengah ke atas. Polytron Prime 7s ini dibanderol Rp3.799.000. Mahal? Tidak ada kata mahal dalam kamus saya. Cuma yang sering terjadi sih uangnya belum ada. Jadi, kudu nabung dulu nih.

Sampai di sini saja. Semoga posting curcol ini bermanfaat. emoticon-Smilie

sumber : http://www.bungeko.com/2016/12/power...-charging.html
Diubah oleh trendezia 14-12-2016 16:21
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
2.5K
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan