Banyak suka dan ada duka di dalam kehidupan kita. Tapi suka duka di dalam thread ini, khas keluarga muda yang jarang atau bahkan tidak mungkin kita temukan di dalam kehidupan para single maupun mereka yang telah mapan keluarganya.

Selain usia yang belum cukup 5 tahun, keluarga muda juga ditandai dengan kondisi yang belum stabil. Yaitu masih dalam tahap membangun fondasi rumah tangga. Mulai dari persolan ekonomi seperti hunian hingga tabungan yang sangat minimalis, hingga kondisi emosi yang fluktuatif.

Jadi, keluarga muda yang dimaksud di sini tidak samadengan nikah dini. Meskipun menikah di usia 30 tahun, tetap saja disebut keluarga muda dalam lima tahun pertama pernikahan.

Dikaruniai Momongan, Hidup Kian Berubah dan Jiwa Tergerak Berbenah



Setiap manusia normal, pasti ingin memiliki generasi penerus. Ya, hal pertama yang ditunggu-tunggu pascamenikah, memiliki keturunan. Alangkah bahagia dua insan jika di dalam rahim istri telah bersemayam buah hati yang dinanti. Kebahagiaan itu berlipatganda manakala si buah hati lahir ke dunia dengan sempurna. Suara tangisannya yang khas, begitu indah terdengar sehingga membuat hati bergetar, “alhamdulillah, saya telah menjadi ayah/ibu”.

Penelitian Mikko Myrskyladari Max Planck Institute for Demographic Research dan Rachel Marolis dari University of Western Ontario’s Department of Sociology menemukan data ilmiah, bahwa kelahiran anak pertama memberikan dorongan terbesar dalam kebahagiaan orang tua. Dimana pada kelahiran anak kedua, tingkat kebahagiaan yang diperoleh menurun setegahnya.



Bisa Nyicil Hunian Permanen, Langkah Pasti Melalui Satu Tahap Kehidupan



Memiliki hunian permanen merupakan satu hal yang tidak mudah bagi masyarakat Indonesia. Faktanya, ada 25 juta keluarga Indonesia yang masih “kontraktor” alias tinggal di kontrakan. Bagi keluarga muda, bisa nyicil hunian permanen, apakah itu rumah atau apartemen, rasanya sangat lega sebab baru saja melalui satu tahap paling penting dalam hidup.

Beruntungnya, pemerintah cukup peduli dengan kebutuhan dasar ini dengan meluncurkan program satu juta rumah. Developer besar seperti Perumnas dan Agung Podomoro Land pun berpartisipasi menyukseskan program satu juta rumah untuk mengatasi backlog atau defisit suplai rumah berharga terjangkau. Perumnas membangun rumah tapak di daerah-daerah, sementara Podomoro membangun apartemen Podomoro Golf View yang menyasar keluarga muda.

Dikutip dari The New York Times, studi Professor Psikologi di University of British Columbia, Elizabeth Dunn bersama Michael Norton dari Harvard Business School menunjukkan bahwa memiliki hunian sendiri sangat membahagiakan. Karakteristik fisik dari rumah, termasuk lokasi, ukuran kamar hingga daya tarik arsitekturnya yang kontribusi meningkatkan kebahagiaan penghuni.

Tak heran jika pengembang besar berlomba membangun superblok yang ditunjang oleh berbagai fasilitas. Bahkan di kategori menengah pun, sudah mulai bermunculan hunian ala superblok seperti Loft Villes di Pamulang/Serpong dan Podomoro Golf View Cimanggis, persis di perbatasan Depok-Jakarta-Bogor.



Beli Perabot dan Mendesain Interior Rumah Sesuai Selera



Kebahagiaan lain yang juga khas kita dapati di keluarga muda adalah ketika rumah yang telah jadi milik pribadi atau dalam proses KPR, dipercantik dengan segala pernak perniknya. Karena rumah pertama keluarga muda umunya minimalis, maka tema desain retro, klasik atau pop kerap jadi pilihan. Perubahan tata letak furnitur seperti meja, kursi dan lemari kerap kali berganti karena ingin mencari format yang pas dengan hunian mungil agar tetap elegan dan homy.

Memiliki Kendaraan Pribadi Menenangkan Hati, Minimal Roda Dua. Syukur-Syukur Roda Empat



Punya momongan, rasanya tidak tega ngajak pergi jauh berjalan kaki atau tersengat terik. Maka setelah urusan hunian selesai, biasanya nih, bapak/ibu muda rundingan untuk memiliki kendaraan. Maunya sih roda empat agar aman dari panas dan hujan, meskipun harus kredit. Tapi sebaiknya memang tidak dipaksakan, sebab kendaraan roda dua yang dibayar tunai juga sudah cukup kok. Hidup tenang tanpa tagihan bulanan.

DUKA


Bertengkar, Lalu Pasangan Minggat ke Rumah Ortu


Bertengkar atau berselisih paham, mungkin duka paling popular di keluarga muda. Ya, namanya juga anak muda, masih egois dan belum lama saling menyesuaikan diri, pasti ada hal-hal tak menyenangkan yang ditemukan pada diri pasangan.

Cuma memang agak masalah jika pada saat bertengkar, salah satunya kabur ke rumah orang tua. Biasanya para istri yang melakukan hal ini. Padahal, dalam Islam Istri "dilaknat" alais dilarang keras jika durhaka pada suami. Kabur ke rumah ortu, salah satu jenis kedurhakaan tersebut.

Alasannya bisa dijelaskan secara logis. Sebab ketika ada selisih paham lantas salah satunya pergi, maka masalah tidak selesai. Hanya reda sesaat. Lama-lama, akan kembali lagi bekobar. Solusi untuk soal pertengkaran ini tentu saja bervariasi bagi setiap pasangan. Salah satunya dengan bersikap tenang. Bila situasi telah memungkinkan, bangun komunikasi yang baik. (Agan dan Sista punya cerita soal riak-riak keluarga ini? Monggo, share di mari)

Anak Sakit Tapi Tak Ada Biaya Berobat



Rasa sedih, takut dan khawatir bercampur baur manakala anak sedang sakit. Lalu bagaimana jika pada saat itu pas konidisi kas keluarga juga lagi bokek, tak punya tabungan ataua saet yang bisa digadein? Mungkin berujung panik. Begitulah duka yang dirasakan keluarga muda ketika anak sakit. Ortu kita dulu mungkin juga pernah merasakan hal sama ketika kita sakit tapi ortu tak punya uang buat ke puskesmas.

Kontrakan Jatuh Tempo, Tidak Tenang dan Rasanya Diuber-Uber



Tenggat waktu bayar kontrakan atau kos-kosan jatuh tempo, tapi uang belum punya. Mau minta penangguhan, tapi gak enak karena sebelumnya juga bayar nunggak. Hmmm, gimana tuh? Pasti rasanya tidak karuan.

Demikian thread original dari ane. Berdo’a semoga keluarga muda agan dan sista bergelimang suka serta dihindarkan dari duka. Jika pun disambangi duka, bisa diarungi dengan tenang.