AkhmadyahinAvatar border
TS
Akhmadyahin
Rehabilitasi Medik : Rehabilitasi Pada Gagal Jantung Kronik
REHABILITASI PADA GAGAL JANTUNG KRONIK


Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah jantung (Cardiac Output) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang komplek dengan gejala-gejala yang tipikal seperti sesak napas (dispneu) dan mudah lelah (fatique) yang dihubungkan dengan gangguan fungsi maupun struktur dari jantung yang mengganggu kemampuan Ventrikel untuk mengisi dan mengeluarkan darah ke perifer. Terdapat 2 mekanisme utama terjadinya penurunan curah jantung dan gagal jantung yaitu disfungsi sistolik dan disfungsi diastolik ventrikel kiri.
Disfungsi sistolik ventrikel kiri berarti ventrikel tidak berkontraksi cukup baik untuk memompakan darah yang teroksigenisasi secara adekuat ke sirkulasi perifer. Disfungsi diastolik ventrikel kiri berarti ventrikel kiri gagal untuk mengisi karena kekakuan dinding ventrikel atau aliran darah ke dalam ventrikel kiri yang tidak adekuat melalui katup mitral yang mengalami kerusakan.
Latihan rekondisi penderita dengan gagal jantung menimbulkan perbaikan kapasitas fungsional dan kualitas hidup, mengurangi gejala mortalitas dan frekuensi rawat inap akibat gagal jantung. Adaptasi perifer (otot skeletal) meningkatkan toleransi terhadap latihan fisik.

2. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi gagal jantung kronik diprediksi akan makin meningkat seiring dengan meningkatnya penyakit hipertensi, diabetes mellitus dan iskemi terutama pada populasi usia lanjut. Semakin tua dan berhasilnya pengobatan infark miokard akut maka prevalensi gagal jantung makin meningkat. Prevalensi meningkat sesuai dengan usia berkisar dari <1% pada usia kurang dari 50 tahun hingga 5% pada usia antara 50 – 70 tahun dan 10 % pada Usia lebih dari 70 tahun.


3. ETIOLOGI
Penyebab gagal jantung dapat diklasifikasikan dalam 6 kategori utama, yaitu :
1. Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas miokard, dapat disebabkan oleh hilangnya miosit (infark miokard, kontraksi yang tidak terkoordinasi / left bundle branch block), kurangnya kontraktilitas (kardiomiopati)
2. Kegagalan yang berhubungan dengan overload (hipertensi)
3. Kegagalan yang berhubungan dengan katub
4. Kegagalan yang disebabkan abnormalitas ritme jantung (takikardi)
5. Kegagalan yang disebabkan abnormalitas perikard atau efusi perikard (tamponade)
6. Kelainan / congenital jantung

4. KLASIFIKASI

Klasifikasi gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA) functional classification.
Kelas I Tidak ada keterbatasan aktivitas fisik.
Aktivitas fisik biasa tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi, sesak napas atau nyeri angina.
Kelas II Keterbatasan ringan dalam aktivitas fisik.
Merasa nyaman saat istirahat, tetapi aktivitas fisik biasa menimbulkan kelelahan, palpitasi, sesak napas atau nyeri angina.
Kelas III Keterbatasan yang nyata dalam aktivitas fisik.
Merasa nyaman saat istirahat, tetapi aktivitas yang lebih ringan dari biasa menimbulkan kelelahan, palpitasi, sesak napas atau nyeri angina.
Kelas VI Tidak dapat melakukan setiap aktivitas fisik tanpa rasa ketidaknyamanan. Gejala-gejala gagal jantung terlihat bahkan pada saat istirahat. Pada setiap aktivitas fisik timbul peningkatan ketidaknyamanan.

5. PERMASALAHAN
Masalah yang mungkin terjadi pada penderita gagal jantung adalah risiko terjadinya infark miokard, stroke dan atrial fibrillation serta risiko kematian disamping masalah keterbatasan melakukan aktivitas fisik, masalah psikososial dan penurunan kualitas hidup.

6. PENATALAKSANAAN
Konsep rehabilitasi jantung tidak hanya program latihan fisik saja, tetapi mencakup seluruh aspek medis, fisik dan perubahan perilaku psikososial yang semuanya berhubungan erat dengan kualitas hidup pasien. Dari bidang kardiologi mengatasi sindroma gagal jantung, menangani faktor pencetus atau kelainan yang mendasari dan mencegah komplikasi tromboemboli. Dari bidang rehabilitasi medik memberikan program edukasi, program latihan fisik, terapi okupasi dan penanganan masalah psiko sosial.

6.1 Medikamentosa
Pemberian obat ditujukan untuk :
a. Menurunkan after load : ACE inhibitor, antagonis kalsium
b. Menurunkan “Preload” : Nitrat, diuretik, vasodilator dan membatasi pemberian cairan.
c. Meningkatkan kontraktilitas jantung : digitalis, dopamine, dobutamin

6.2 Program Rehabilitasi Medik
a. Edukasi
Edukasi kepada penderita dan keluarganya tentang penyakit gagal jantung, factor penyebab dan pencetus, risiko akibat gagal jantung, pemakaian obat secara benar, diet rendah garam dan rendah lemak, aktivitas fisik sesuai kemampuan fungsional, latihan dengan dosis yang sesuai, dan perlunya dukungan psikologis.

b. Program Latihan Fisik
Tidak semua penderita gagal jantung bisa mengikuti program latihan fisik, yang boleh mengikuti program latihan fisik adalah :
- Kondisi medis stabil
- Tidak mengalami exercise induced ventricular arrhythmia
- Tidak ada kontraindikasi absolute (decompensated CHF, obstruksi left ventricular outflow, threatening arrhythmia)
- Kapasitas latihan > 3 METs
Untuk itu diperlukan uji latih dengan six minute walk test dengan monitor.

Selama mengikuti program latihan fisik perlu juga monitoring tentang kondisi medis, keluhan dan gejala yaitu :
- Pemeriksaan rutin fungsi jantung dan paru
- Memperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Mencatat secara rutin berat badan dan tekanan darah sebelum latihan
- Monitoring tekanan darah dan EKG
- Keluhan dengan gejala yang menunjukan penurunan kondisi medis seperti lelah berlebihan, sesak bertambah berat, timbul angina, edema, berat badan mendadak bertambah, disaritmia bertambah berat
- Monitor Borg Scale, Angina Scale dan Dyspneu Scale

Latihan rekondisi
Latihan rekondisi pada gagal jantung meliputi latihan ketahanan (Endurance) dan latihan dengan beban (Resistance). Perlu diperhatikan tentang peresepan latihan yang sesuai (cara/mode, intensitas, durasi dan frekuensi latihan)

Latihan Ketahanan (Endurance)
 Intensitas Latihan : pada fase awal dimulai dengan intensitas 40 – 60% V02 peak. Progresi latihan dengan meningkatkan intensitas menjadi 40 – 75% V02 peak atau 70 – 80% peak heart rate dari hasil uji latih.
RPE : 11 – 14 (Light to somewhat hard)
Angina Scale : tidak melebihi +2 (moderate to bothersome)
Dyspnea Scale : tidak melebihi +2 (mild, some difficult)

 Durasi dan Frekuensi Latihan
Pada fase awal 2 – 6 menit, 2 – 3 kali perhari diberikan dengan interval (periode istirahat 1 – 2 menit). Progresi latihan dengan menambah durasi secara bertahap hingga mencapai 30 menit (20 – 40 menit) sesuai toleransi latihan. Frekuensi latihan minimal 3X/minggu, selama ≥12 minggu.

 Cara/Mode Latihan
Dapat dengan berjalan atau bersepeda statis.

Latihan dengan beban (Resistance)
 Light – to – moderate resistance training
 2 – 3x /minggu (low resistance dan high repetition)
 Indikasi : - Penderita gagal jantung kronik NYHA kelas I atau 2
- Sudah menyelesaikan minimal 6 – 12 minggu program latihan tanpa komplikasi

c. Terapi Okupasi
Sebelum memberikan terapi okupasi harus menilai respon kardiovaskuler setelah latihan dan aktivitas dengan Borg Scale, mengukur tekanan darah dan denyut jantung.
Edukasi dan Latihan meliputi :
- Konservasi energy
- Activities of Daily Living (ADL)
- Tehnik “Stress Management” dan latihan relaksasi terutama bila terdapat masalah psikologis.

d. Penanganan Masalah Psikososial
- Penderita perlu mendapat dukungan psikologis
- Bila diperlukan, merajuk ke psikiater


KEPUSTAKAAN
1. Braith RW, 2001. Exercise for Chronic Heart Failure and Heart Transplant patients. In: Thompsom PD (Ed). Exercise & Sports Cardiology. Singapore, Mc Graw-Hill International Edition, 317-353.
2. Cahalin LP, 1994. Cardiac Muscle Dysfunction. In: Hillegass EA and Sadowsky HS (Eds). Essentials of Cardiopulmonary Physical Therapy. USA, W.B. Saunders Company, pp 123-188
3. Franklin BA, Whaley MH and Howley ET, 2000. ACSM’s Guidelines For Ezercise Testing and Prescription. 6th ed. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins, pp 186-187
4. Williams MA, 1999. AACVPR Guidelines for Cardiac Rehabilitation and Secondary Prevebtion Programs. 3th ed. USA, Human Kinetics, pp 150-154


Penulis : dr Akhmad Yahin Sp.KFR
Pembimbing modul : dr Sunaryo BS Sp.KFR (Kepala Departemen IKFR Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung)
0
2.2K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan