berdikaricenter
TS
berdikaricenter
UPAYA BANGUN KEMANDIRIAN PANGAN JAUH DARI HARAPAN
Quote:




Hidup matinya suatu bangsa ditentukan oleh ketahanan pangan negara", itulah salah satu kutipan dari pidato Bung Karno, presiden pertama RI saat peletakan batu pertama Fakultas Pertanian Universitas Indonesia. Kutipan ini dapat dijadikan cambuk motivasi untuk menjaga dan meningkatkan ketahanan maupun kemandirian pangan Indonesia. Dalam penyediaan danpengelolaan pangan untuk rakyatnya, pemerintah harus mewujudkan ketahanan pangan, kemandirian pangan, bahkan kedaulatan pangan. Kenyataan menunjukkan masih rentannya kondisi per-panganan kita. Jelas bahwa ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan pangan Indonesia belum kokoh. Saat memberikan sambutan dalam acara Puncak Peringatan Hari Pangan Sedunia ke-36 Tingkat Nasional Tahun 2016, yang digelar pada Sabtu, 29 Oktober, di Boyolali, Presiden Joko Widodo menyatakan "Pangan merupakan salah satu dari tiga hal yang akan diperebutkan dalam era kompetisi antar negara, selain air dan energi. Oleh karenanya setiap negara harus terus mempersiapkan kedaulatan persiapa pangan nasional dengan baik". Dalam kesempatan itu, Presiden Joko Widodo mengakui bahwa Indonesia yang merupakan negara subur namun masih impor sejumlah bahan pangan dari negara lain. Tahun 2015, beras, kedelai, jagung, buah-buahan, gula masih impor, ungkap Presiden. Harapan pemerintah Indonesia untuk kemandirian pangan, nyatanya memang masih jauh dari kenyataan. Pasalnya, impor bahan pangan sampai Juli 2016 lebih tinggi dari tahun 2015. Pemerintah mengimpor gandum, beras, hingga bawang merah karena ketersediaan di dalam negeri tidak bisa mencukupi permintaan masyarakat dalam negeri.


Dengan tren impor yang naik terus, tentu ini bisa dikatakan jauh dari mandiri. Bahkan yang lebih membuat miris, jika dikonfirmasi dari data Global Food Security Index, kemandirian dan ketahanan pangan Indonesia masih jauh dibanding negara-negara agraris lainnya. Dari hasil survey yang dilakukan Global Food Security Index terhadap 113 negara di dunia termasuk negara agraris yang letaknya di Asia Tenggara, Indonesia di urutan 71, Vietnam di 57, Malaysia di peringkat 35. Tak dapat dipungkiri, bahwa Ondonesia memiliki 252 juta penduduk yang mayoritas memiliki makanan pokok beras. Setiap tahun minimal harus menyediakan 33 juta ton beras, 16 juta ton jagung, 2,2 juta ton kedelai, 2,8 juta ton gula serta 484 ribu ton daging sapi. Jumlah penduduk miskin masih memiliki proporsi yang besar (11,4% dari jumlah penduduk ). Sehingga masalah peningkatan produksi padi dan masalah gizi mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Selain itu, pemerintah menghadapi tantangan konversi lahan pertanian 100 ribu ha/tahun dan tidak terkendali. Sebaran produksi pangan tidak merata, baik antar daerah maupun antar waktu.


Di Indonesia, indikator kelangkaan pangan dapat dilihat dari meningkatnya nilai impor bahan makanan. Banyak bahan pangan termasuk daging yang diimpor dari luar negeri hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Indikator kelangkaan pangan tidak sebatas nilai impor, fakta tingginya kasus kekurangan protein turut menjadi cermin kelangkaan pangan di negeri ini. Untuk mengatasi kondisi kekurangan pangan dapat dilakukan dengan peningkatan produksi pertanian/peternakan, serta pemanfaatan sumber daya lokal untuk dikonsumsi. Langkah mudah yang biasa ditempuh oleh pemerintah untuk mencegah krisis maupun kekurangan pangan adalah dengan mengimpor dari negara tetangga. Apabila situasi memungkinkan sudah selayaknya pemerintah menjadikan kebijakan impor sebagai opsi terakhir, karena akan berdampak kurang baik pada usaha tani dalam negeri. Kebijakan lain yang bisa ditempuh oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya krisis ataupun kekurangan pangan adalah dengan menggalakkan kembali program diversifikasi makanan pokok berbasis produk lokal. Warga masyarakat di daerah-daerah yang menghasilkan komoditas pertanian yang bisa dimanfaatkan menjadi makanan pokok sehari-hari (jagung, ketela, sagu, dll), dianjurkan untuk mengkonsumsi bahan pangan produk lokal tersebut dan mengurangi konsumsi beras, walaupun ini bukanlah pekerjaan mudah. Hal itu karena mereka telah terbiasa mengkonsumsi beras, yaitu sejak ada kebijakan penyeragaman makanan pokok oleh rezim orde baru.


Diversifikasi pangan juga merupakan pilar utama dalam mewujudkan kedaulatan pangan nasional. Melalui diversifikasi pertanian, pendapatan petani dapat meningkat. Indonesia dengan kondisi geografi yang berbeda dari Timur ke Barat menyebabkan jenis tanah, jumlah air, dan suhu tiap daerah berbeda. Padi bukanlah tanaman yang bisa ditanam dimana saja. Ketika ketersediaan dan cadangan pangan tidak lagi mampu memenuhi permintaan yang terus meningkat seiring pertumbuhan jumlah penduduk, cadangan pangan bisa diinisiasi dengan pembangunan ketahanan pangan yang berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal. Penguatan ketahanan pangan berbasis sumberdaya lokal di tengah kian terbukanya pasar bebas, Indonesia menghadapi persoalan yang sangat serius. Pemerintah patut lebih sungguh-sungguh melakukan penyebaran teknologi tepat guna untuk mendorong inovasi terkait pangan, khususnya menuju pengembangan pangan berbasis sumberdaya lokal yang berkelanjutan. Pemanfaatan pangan berbasis sumberdaya lokal sebagai amunisi kedaulatan pangan dapat menekan ketergantungan pada impor.

Ketahanan dan kemandirian pangan menurut UU Pangan No 18 Tahun 2012 tentang pangan, dapat dicapai dengan pengembangan potensi dan penganekaragaman pangan lokal. Pembangunan sistem pangan lokal memerlukan dukungan pemerintah pusat dan daerah, terutama kebijakan dalam peraturan perundangan dan dana untuk menginisiasi sistem pangan lokal di suatu wilayah. Sistem pangan lokal sebaiknya dibangun berdampingan dengan program swasembada pangan atau paling tidak melengkapi program tersebut. Selain itu pembangunan sistem pangan lokal yang berkelanjutan akan meningkatkan ketahanan pangan wilayah dan dapat berkontribusi kepada ketahanan pangan nasional. Sistem pangan lokal juga dapat memotong peran perantara yang terlibat dalam pengolahan, pengemasa, pengangkutan, dan penjualan pangan, sehingga harga komoditas terjangkau bagi masyarakat umum. Tingginya harga pangan saat ini yang disertai dengan over-produksi di suatu wilayah dan dengan kelangkaan di wilayah lain, cukup menyulitkan pemerintah untuk mengendalikannya.


Disisi lain, ada wilayah yang terpaksa membuang produk pangannya karena harganya terlalu murah tidak sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan. Secara nasional maupun regional, madalah ini akan mengganggu ketahanan pangan. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dikembangkan sistem pangan yang disesuaikan dengan kondisi "agroekologi" dan sumber daya yang ada di setiap wilayah di Indonesia. Sistem pangan lokal cocok dikembangkan di Indonesia yang penduduknya tersebar di berbagai pulau besar dan kecil serta tersebar dari Aceh sampai Papua. Oleh karena itu, dalam gegap gempitanya peringatan "Hari Pangan Sedunia", kita tetap harus mengupayakan terwujudnya kemandirian dan kedaulatan pangan kita. Kebijakan pangan tidak hanya berhenti pada ketahanan pangan (keyersediaan pangan), namun harus diarahkan pada upaya pencapaian kemandirian dan kedaulatan pangan. Selain itu, perlu mengurangi ketergantungan pangan masyarakat Indonesia terhadap beras dengan memberdayakan potensi bahan pangan lokal lainnya. Peringatan "World Food Day" hanyalah acara seremonial belaka, esensi pentingnya acara ini seharusnya dapat memberikan inspirasi, motivasi, semangat, dan dorongan untuk mewujudkan ketahanan pangan kita. Kita semua mendukung optimisme Presiden Joko Widodo yang berujar bahwa "Dengan kerja keras dan semangat perubahan yang tinggi, maka kedaulatan persediaan pangan nasional akan terwujud". Masalah pangan, masalah pemenuhan kebutuhan perut dan hajat hidup jutaan masyarakat Indonesia yang perlu diberi makan ini memang sungguh kompleks.

Sumber

0
1.1K
5
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan