- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Kenangan Sepucuk Surat Usang
TS
mistertobo
Kenangan Sepucuk Surat Usang
Sinar emas menyeruak ke satu arah, gua masih bersandar, memegang sepucuk surat yang kini telah usang, tanpa rasa bosan gua menatapnya, membuka, mengeluarkan dan membaca isinya, entah untuk yang keberapa kalinya, dan lagi, senyum merekah di bibir gua, mengenang betapa indah kenangan yang tersirat di dalamnya, ratusan, ribuan bahkan mungkin jutaan. Gua kembali melipat dan menatapnya, membayangkan masa-masa indah saat bersamanya. Kini sore berganti malam, dan gua semakin dekat dengan tujuan, kereta api dengan cepat menembus gelapnnya malam, melalui ramainya perkotaan dan damainya pedesaan. Perlahan mata gua mulai terpejam dan senyum masih merekah di bibir gua, hanya beberapa saat sebelum gua benar-benar terlelap, sepatah kata terucap di bibir gua. 'Nis.. gua datang!' Dan mimpi pun terurai, menemani perjalanan panjang dalam hidup gua.
Spoiler for Part 1 : Anisa:
Part 1 : Anisa
Kriiiiiiiiiiiiiiing!!! Sebuah alarm membangunkan gua tepat jam 6 pagi, gua membuka mata secara perlahan lalu menutupnya kembali saat cahaya terang terasa menyilaukan, cahaya yang gua pastikan berasal dari jendela kamar, gua membalikkan badan membelakangi jendela kemudian kembali membuka mata secara perlahan, menunggu hingga mata gua mampu beradaptasi dengan kondisi cahaya di kamar saat itu, gua meregangkan badan berapa saat kemudian berdiri dan berjalan ke arah jendela dan membukanya, seketika cahaya menyeruak masuk ke seluruh penjuru kamar, dengan bermalas-malasan gua berjalan pelan kearah kamar mandi, beberapa menit kemudian sudah berada di meja makan sederhana yang berukuran gak begitu besar. Di meja makan gua hanya mengobrol singkat dengan Bapak, selama sekolah gua emang jarang sarapan dirumah, gua lebih suka makan di kantin sekolah pas jam istirahat, setelah basa basi dengan Bapak, gua langsung keluar rumah menuju garasi, mengambil sepeda kesayangan gua, menungganginya lalu kedua kaki gua secara bergantian berayun-ayun menggerakkan pedal sepeda, sedangkan kedua tangan gua sesekali bergerak kekiri dan kekanan, mengerahkan sepeda kearah rumah sohib gua, udara pagi ini benar-benar segar, gak ada asap motor-motor butut yang mencemari udara pagi, hembusan angin yang membuat kulit terasa sejuk, kian sejuk seiring dengan semakin cepatnya kaki gua memutar pedal sepeda, kicauan-kicauan burung yang merdu menghiasi suasana pagi ini.
Dari kejauhan gua melihat sohib gua sedang menunggu di depan pagar rumahnya, lengkap dengan baju sekolah yang di kenakannya, ransel yang melekat di punggungnya dan sepeda yang sedang di tungganginya.
“duul!!” teriak gua
“Lama bener lo”
“yang ada juga lo yang kecepetan”
“lihat jam broo!! Lihat jam!!”
“baru juga 6:30”
“ehh.. kampret, lo kira perjalanan ke sekolah Cuma 5 menit”
“udah.. udah.. yok berangkat!!”
Gua dan temen gua ini akhirnya berangkat berbarengan ke sekolah, jarak dari rumah gua ke rumah temen gua hanya 10 menit kalau naik sepeda, sedangkan untuk melanjutkan perjalanan ke sekolah sekitar 20 menit, jadi totalnya 1 jam, iyaaa!! 1 jam kalau ketemu cewek cantik di jalan, momen yang dapat menghabiskan waktu bermenit-menit hanya untuk membicarakan selusin omong kosong ke setiap cewek yang kami temui, bukan gua, tapi sohib gua ini, Ikbal, seorang raja gombal yang dengan modal tampang pas-pasan dan rasa percaya diri yang berlebihan atau lebih tepatnya gak tau malu, menggoda setiap cewek yang di laluinya saat perjalanan ke sekolah, gak setiap juga sih sebenarnya.
“dul! dul!, cewek cantik tuh” kata gua ke Ikbal
“ck.. entar telat kalo godain cewek mulu”
Tapi hari ini sepertinya kita bakal sampai lebih cepat. Beberapa puluh meter dari gerbang sekolah Ikbal yang berada di depan gua tiba-tiba berhenti.
“napa dul ?”
Bukannya menjawab pertanyaangua Ikbal justru memberikan sebuah seringai aneh, seakan-akan menantang dan gua mengerti maksudnya.
“siapa takut”
“1...2...3....” hitung kami bersamaan
Dengan cepat sepeda kami melesat melewati siswa-siswa yang sedang berjalan kaki menuju gerbang sekolah, Ikbal hanya unggul beberapa centi di depan gua, jelas gua gak mau kalah, dengan mengerahkan semua tenaga gua mengayuh pedal sekencang-kencangnya.
“yeeeaaa!!” teriak gua saat berhasil melewati Ikbal
Hanya beberapa meter dari gerbang yang akan menghantarkan gua ke sebuah kemenangan, tiba-tiba saat akan berbelok tajam melewati gerbang sekolah sorang siswi menghalangi jalan gua, tangan gua secara refleks menekan rem dengan keras sehingga gua terlempar ke depan dan..
‘BRUG...’
Gua terhampas cukup keras, Ikbal lebih beruntung karena masih sempat mengerem, secepat Kilat Ikbal meninggalkan sepedanya dan berlari ke arah gua.
“lo gak apa-apa jam ?”
Gua gak bisa menjawab pertanyaan Ikbal, gua mencoba mengatur nafas, mencoba menghilangkan rasa shock dengan kejadian barusan.
“huuhh.. gua gak apa-apa”
Gua melirik ke arah lengan gua yang terasa sakit.
“eehh.. tangan lo berdara jam” ujar Ikbal dengan sedikit kengerian di wajahnya
“gua gak apa-apa, lecet dikit doang” kata gua santai mencoba menutupi rasa sakit yang gua alami.
“eh.. tuh cewek kenapa dul”
Seketika Ikbal melirik kearah gua menatap, gua melihat seorang cewek sedang di bantu berdiri oleh temannya, gua berdiri di bantu Ikbal dan berlari kecil ke arah cewek tersebut.
“lo gak apa-apa ?” tanya gua panik
“Nizam!!” kata cewek di sebelahnya
“lo tuh kalo naik sepeda hati-hati dong!! temen gua jadi ketabrak nih!!” gertaknya ke gua
“perasaan tadi gua gak nabrak siapa-siapa”
“gak usah ngeles!!” gertaknya
“sorry ca.. sorry” kata gua penuh penyesalan
“eh.. lo gak apa-aa.... pa kaan”
Gua terpaku saat mata gua dan mata cewek yang katanya gua tabrak bertatapan, entah kenapa hati gua serasa meleleh, cewek yang gua tabrak, wajahnya manis, dengan rambut hitam yang di ikat ke belakang menyisahkan poni di depan yang berbentuk sedikit bergelombang, rambutnya yang berayun tertiup angin berhasil membuat gua terpesona.
“iya..gua gak apa-apa kok” jawabnya sambil tersenyum
Gua masih menatap wajahnya, senyumannya benar-benar membuat gua merasa sesuatu, menyejukkan, kejadian buruk yang baru saja gua alami seakan tersapu pergi bersama pikiran gua yang entah kemana, sesaat gua merasa seperti tak sadarkan diri, seperti sedang berada di alam mimpi, dia benar-benar membuat gua merasa sesuatu, inikah ? inikah rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama ?.
“woi.. kok malah bengong!!” Caca menyadarkan gua
“eh.. anu..emm.. sori banget yah, gua gak sengaja”
“gak sengaja !?” geram Caca
“jelas-jelas tadi lo balap-balapan!! sekarang malah bilang gak sengaja!!” kali ini dia mulai membentak
“gak sengaja nabrak dia maksudnya ca”
“lain kali hati-hati dong!!”
“ yaudah yuk Nis, aku hantar keruang guru” katanya ke cewek yang gua tabrak tadi
“anjirrr! gua bakal di laporin ke ruang guru dul”
“sabar bro, lo emang salah”
Seketika gua memandang ke arah Ikbal dengan tatapan kesal.
“eh dekil! lo yang ngajak gua balapan”
Ikbal tersenyum bodoh ke gua, membuat tangan gua terasa gatal melayangkan satu pukulan keras ke kepalanya.
“jam, kita di liatin banyak orang nih, ke kelas yuk” ajak Ikbal ke gua yang kemudian gua balas dengan anggukan kepala
Kami mendorong sepeda ke tempat parkir lalu berlari kecil ke arah kelas, sesampainya di kelas gua langsung duduk di bangku,berusaha menenangkan pikiran, melupakan kejadian yang baru saja gua alami, tiba-tiba gua teringat kembali dengan cewek yang tadi gua tabrak, entah gua harus senang karena tadi ketemu cewek cantik atau harus sedih karena cewek cantiknya malah gua tabrak. Beberapa menit kemudian Caca masuk ke dalam kelas kemudian duduk di bangkunya yang berada di samping bangku gua, gua menggeser kursi gua mendekati Caca dan bertanya.
“ca, temen lo gimana? gak apa-apa kan ?”
“gak apa-apa” jawabnya singkat
“bagus deh.. kok muka lo kusut gitu sih”
Tiba-tiba dia menatap gua dengan tatapan membunuh, gua menelan ludah lalu menggeser bangku gua kembali ke tempatnya.
Oh iya, dari tadi cerita mulu, gua belum ngenalin diri dan temen-temen gua.
Yang bersepeda bareng gua kesekolah itu namanya Ikbal, tapi gua panggil Gundul, dia itu Sahabat gua dari SMP, orangnya baik banget, setia kawan, tapi ngeselin, kalau ngomong suka ngaco, posturnya lumayan tinggi, sedikit lebih tinggi dari gua, gak hitam gak putih, cakep, imut, imut di gampar tapi.
Kalau yang barusan natap gua dengan tatapan membunuh itu namanya Salsabila Aisha, di panggil Caca, sahabat gua dari kelas 3 SD, dia itu putih luar biasa, gak lebih tinggi dari gua, baik, cantik, manis, mukanya agak arab-arab gitu, katanya sih kakeknya orang Pakistan, jadi gua sama sekali gak heran kalau hidungnya super mancung, selain itu Caca orangnya pinter, gak sombong, kaya tapi gak pelit, buktinya dia sering banget traktir gua dan Ikbal saat tau kantong kita lagi gak ada isinya, tapi gak tau kenapa hari ini wajahnya memancarkan aura pembunuh, lagi ada tamu bulanan kali yak, tau lah kalau cewek lagi kedatangan tamu bulanan horornya tuh gimana.
Dan gua sendiri ? nama gua Muhammad Nizam, biasa dipanggil Nijam, manusia paling ganteng sejagat raya, untuk ukuran cowok seumuran gua, gua terbilang tinggi, kulit gua lumayan putih, tapi masih kalah sama putihnya Caca, hidung gua mancung, pun masih kalah sama hidungnya Caca, gak pintar dan gak bodoh, buktinya taun lalu dari 40 siswa di kelas gua masih bisa masuk 20 besar (bego kok bangga) waktu SMP gua tergolong sebagai siswa cupu, tapi sekarang udah nggak, untuk urusan cewek gua masuk dalam kategori pecundang, seumur hidup gua belum pernah ngerasain yang namanya pacaran, yah gimana mau pacaran, nembak cewek aja belum pernah, soalnya gua tuh kalau ketemu sama orang yang gua suka, gua jadi gimana gitu. Pernah suatu hari gua minta di buatin surat sama Caca buat orang yang gua suka, gua berjalan pelan ke arah kelasnya, pas sampai di pintu kelas doi gua nanya ke salah satu cewek yang dulunya teman sekelas gua pas SMP.
“eh.. Nizam, tumben kesini”
“iya nih..”
“nyari siapa ?”
Tau aja kalau gua lagi nyari seseorang.
“emm.. anu.. intannya ada ?”
“ciee.. nyari-nyari intan”
Anjirrr malu gua, padahal Cuma di cie-ciein
“tuh ada di dalem” katanya sambil menunjuk ke arah Intan
“eh.. bentar-bentar, itu surat apa zam”
“eh.. anu.. bukan apa-apa kok, hehehe..”
Dengan sigap gua menyembunyikan surat yang sedang gua genggam
“bentar deh gua panggilin Intannya”
Gua menunggu di ambang pintu sambil memperhatikan Intan dari jauh, kayaknya doi lagi ngerjain tugas.
“INTAAN!! NIZAM NYARI KAMU, DIA BAWA SURAT CINTAH TUH!!” teriak cewek tadi
Sontak gua kaget, bukan karena suaranya yang keras, tapi apa yang barusan dia katakan benar-benar bikin gua malu, nyali yang susah payah gua bangun selama berhari-hari menciut dalam sekejap, gua langsung berlari meninggalkan kelasnya doi sebelum doi sempat melihat keberadaan gua, gua berlari ke arah kelas, bergegas ke bangku gua, mengambil ransel, membuka dan memasukkan kepala gua ke dalamnya.
“ngapain jam ?”
“gak ngapa-ngapain”
“lha! terus kenapa tuh kepala di masukin ke tas”
“pengen tidur”
“ohh.. eh gimana, udah lo kasi suratnya”
“udah” gua berbohong
“terus ? gimana”
Gua mengeluarkan kepala gua dari tas, celingak-celinguk, mengengok kekiri dan kekanan, lalu menanyakan ke Caca keberadaan Ikbla di kelas, pertanyaan yang gua lontarkan hanya untuk mengalihkan pembicaraan. Segitu pecundangnya kah gua ? .
Kriiiiiiiiiiiiiiing!!! Sebuah alarm membangunkan gua tepat jam 6 pagi, gua membuka mata secara perlahan lalu menutupnya kembali saat cahaya terang terasa menyilaukan, cahaya yang gua pastikan berasal dari jendela kamar, gua membalikkan badan membelakangi jendela kemudian kembali membuka mata secara perlahan, menunggu hingga mata gua mampu beradaptasi dengan kondisi cahaya di kamar saat itu, gua meregangkan badan berapa saat kemudian berdiri dan berjalan ke arah jendela dan membukanya, seketika cahaya menyeruak masuk ke seluruh penjuru kamar, dengan bermalas-malasan gua berjalan pelan kearah kamar mandi, beberapa menit kemudian sudah berada di meja makan sederhana yang berukuran gak begitu besar. Di meja makan gua hanya mengobrol singkat dengan Bapak, selama sekolah gua emang jarang sarapan dirumah, gua lebih suka makan di kantin sekolah pas jam istirahat, setelah basa basi dengan Bapak, gua langsung keluar rumah menuju garasi, mengambil sepeda kesayangan gua, menungganginya lalu kedua kaki gua secara bergantian berayun-ayun menggerakkan pedal sepeda, sedangkan kedua tangan gua sesekali bergerak kekiri dan kekanan, mengerahkan sepeda kearah rumah sohib gua, udara pagi ini benar-benar segar, gak ada asap motor-motor butut yang mencemari udara pagi, hembusan angin yang membuat kulit terasa sejuk, kian sejuk seiring dengan semakin cepatnya kaki gua memutar pedal sepeda, kicauan-kicauan burung yang merdu menghiasi suasana pagi ini.
Dari kejauhan gua melihat sohib gua sedang menunggu di depan pagar rumahnya, lengkap dengan baju sekolah yang di kenakannya, ransel yang melekat di punggungnya dan sepeda yang sedang di tungganginya.
“duul!!” teriak gua
“Lama bener lo”
“yang ada juga lo yang kecepetan”
“lihat jam broo!! Lihat jam!!”
“baru juga 6:30”
“ehh.. kampret, lo kira perjalanan ke sekolah Cuma 5 menit”
“udah.. udah.. yok berangkat!!”
Gua dan temen gua ini akhirnya berangkat berbarengan ke sekolah, jarak dari rumah gua ke rumah temen gua hanya 10 menit kalau naik sepeda, sedangkan untuk melanjutkan perjalanan ke sekolah sekitar 20 menit, jadi totalnya 1 jam, iyaaa!! 1 jam kalau ketemu cewek cantik di jalan, momen yang dapat menghabiskan waktu bermenit-menit hanya untuk membicarakan selusin omong kosong ke setiap cewek yang kami temui, bukan gua, tapi sohib gua ini, Ikbal, seorang raja gombal yang dengan modal tampang pas-pasan dan rasa percaya diri yang berlebihan atau lebih tepatnya gak tau malu, menggoda setiap cewek yang di laluinya saat perjalanan ke sekolah, gak setiap juga sih sebenarnya.
“dul! dul!, cewek cantik tuh” kata gua ke Ikbal
“ck.. entar telat kalo godain cewek mulu”
Tapi hari ini sepertinya kita bakal sampai lebih cepat. Beberapa puluh meter dari gerbang sekolah Ikbal yang berada di depan gua tiba-tiba berhenti.
“napa dul ?”
Bukannya menjawab pertanyaangua Ikbal justru memberikan sebuah seringai aneh, seakan-akan menantang dan gua mengerti maksudnya.
“siapa takut”
“1...2...3....” hitung kami bersamaan
Dengan cepat sepeda kami melesat melewati siswa-siswa yang sedang berjalan kaki menuju gerbang sekolah, Ikbal hanya unggul beberapa centi di depan gua, jelas gua gak mau kalah, dengan mengerahkan semua tenaga gua mengayuh pedal sekencang-kencangnya.
“yeeeaaa!!” teriak gua saat berhasil melewati Ikbal
Hanya beberapa meter dari gerbang yang akan menghantarkan gua ke sebuah kemenangan, tiba-tiba saat akan berbelok tajam melewati gerbang sekolah sorang siswi menghalangi jalan gua, tangan gua secara refleks menekan rem dengan keras sehingga gua terlempar ke depan dan..
‘BRUG...’
Gua terhampas cukup keras, Ikbal lebih beruntung karena masih sempat mengerem, secepat Kilat Ikbal meninggalkan sepedanya dan berlari ke arah gua.
“lo gak apa-apa jam ?”
Gua gak bisa menjawab pertanyaan Ikbal, gua mencoba mengatur nafas, mencoba menghilangkan rasa shock dengan kejadian barusan.
“huuhh.. gua gak apa-apa”
Gua melirik ke arah lengan gua yang terasa sakit.
“eehh.. tangan lo berdara jam” ujar Ikbal dengan sedikit kengerian di wajahnya
“gua gak apa-apa, lecet dikit doang” kata gua santai mencoba menutupi rasa sakit yang gua alami.
“eh.. tuh cewek kenapa dul”
Seketika Ikbal melirik kearah gua menatap, gua melihat seorang cewek sedang di bantu berdiri oleh temannya, gua berdiri di bantu Ikbal dan berlari kecil ke arah cewek tersebut.
“lo gak apa-apa ?” tanya gua panik
“Nizam!!” kata cewek di sebelahnya
“lo tuh kalo naik sepeda hati-hati dong!! temen gua jadi ketabrak nih!!” gertaknya ke gua
“perasaan tadi gua gak nabrak siapa-siapa”
“gak usah ngeles!!” gertaknya
“sorry ca.. sorry” kata gua penuh penyesalan
“eh.. lo gak apa-aa.... pa kaan”
Gua terpaku saat mata gua dan mata cewek yang katanya gua tabrak bertatapan, entah kenapa hati gua serasa meleleh, cewek yang gua tabrak, wajahnya manis, dengan rambut hitam yang di ikat ke belakang menyisahkan poni di depan yang berbentuk sedikit bergelombang, rambutnya yang berayun tertiup angin berhasil membuat gua terpesona.
“iya..gua gak apa-apa kok” jawabnya sambil tersenyum
Gua masih menatap wajahnya, senyumannya benar-benar membuat gua merasa sesuatu, menyejukkan, kejadian buruk yang baru saja gua alami seakan tersapu pergi bersama pikiran gua yang entah kemana, sesaat gua merasa seperti tak sadarkan diri, seperti sedang berada di alam mimpi, dia benar-benar membuat gua merasa sesuatu, inikah ? inikah rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama ?.
“woi.. kok malah bengong!!” Caca menyadarkan gua
“eh.. anu..emm.. sori banget yah, gua gak sengaja”
“gak sengaja !?” geram Caca
“jelas-jelas tadi lo balap-balapan!! sekarang malah bilang gak sengaja!!” kali ini dia mulai membentak
“gak sengaja nabrak dia maksudnya ca”
“lain kali hati-hati dong!!”
“ yaudah yuk Nis, aku hantar keruang guru” katanya ke cewek yang gua tabrak tadi
“anjirrr! gua bakal di laporin ke ruang guru dul”
“sabar bro, lo emang salah”
Seketika gua memandang ke arah Ikbal dengan tatapan kesal.
“eh dekil! lo yang ngajak gua balapan”
Ikbal tersenyum bodoh ke gua, membuat tangan gua terasa gatal melayangkan satu pukulan keras ke kepalanya.
“jam, kita di liatin banyak orang nih, ke kelas yuk” ajak Ikbal ke gua yang kemudian gua balas dengan anggukan kepala
Kami mendorong sepeda ke tempat parkir lalu berlari kecil ke arah kelas, sesampainya di kelas gua langsung duduk di bangku,berusaha menenangkan pikiran, melupakan kejadian yang baru saja gua alami, tiba-tiba gua teringat kembali dengan cewek yang tadi gua tabrak, entah gua harus senang karena tadi ketemu cewek cantik atau harus sedih karena cewek cantiknya malah gua tabrak. Beberapa menit kemudian Caca masuk ke dalam kelas kemudian duduk di bangkunya yang berada di samping bangku gua, gua menggeser kursi gua mendekati Caca dan bertanya.
“ca, temen lo gimana? gak apa-apa kan ?”
“gak apa-apa” jawabnya singkat
“bagus deh.. kok muka lo kusut gitu sih”
Tiba-tiba dia menatap gua dengan tatapan membunuh, gua menelan ludah lalu menggeser bangku gua kembali ke tempatnya.
Oh iya, dari tadi cerita mulu, gua belum ngenalin diri dan temen-temen gua.
Yang bersepeda bareng gua kesekolah itu namanya Ikbal, tapi gua panggil Gundul, dia itu Sahabat gua dari SMP, orangnya baik banget, setia kawan, tapi ngeselin, kalau ngomong suka ngaco, posturnya lumayan tinggi, sedikit lebih tinggi dari gua, gak hitam gak putih, cakep, imut, imut di gampar tapi.
Kalau yang barusan natap gua dengan tatapan membunuh itu namanya Salsabila Aisha, di panggil Caca, sahabat gua dari kelas 3 SD, dia itu putih luar biasa, gak lebih tinggi dari gua, baik, cantik, manis, mukanya agak arab-arab gitu, katanya sih kakeknya orang Pakistan, jadi gua sama sekali gak heran kalau hidungnya super mancung, selain itu Caca orangnya pinter, gak sombong, kaya tapi gak pelit, buktinya dia sering banget traktir gua dan Ikbal saat tau kantong kita lagi gak ada isinya, tapi gak tau kenapa hari ini wajahnya memancarkan aura pembunuh, lagi ada tamu bulanan kali yak, tau lah kalau cewek lagi kedatangan tamu bulanan horornya tuh gimana.
Dan gua sendiri ? nama gua Muhammad Nizam, biasa dipanggil Nijam, manusia paling ganteng sejagat raya, untuk ukuran cowok seumuran gua, gua terbilang tinggi, kulit gua lumayan putih, tapi masih kalah sama putihnya Caca, hidung gua mancung, pun masih kalah sama hidungnya Caca, gak pintar dan gak bodoh, buktinya taun lalu dari 40 siswa di kelas gua masih bisa masuk 20 besar (bego kok bangga) waktu SMP gua tergolong sebagai siswa cupu, tapi sekarang udah nggak, untuk urusan cewek gua masuk dalam kategori pecundang, seumur hidup gua belum pernah ngerasain yang namanya pacaran, yah gimana mau pacaran, nembak cewek aja belum pernah, soalnya gua tuh kalau ketemu sama orang yang gua suka, gua jadi gimana gitu. Pernah suatu hari gua minta di buatin surat sama Caca buat orang yang gua suka, gua berjalan pelan ke arah kelasnya, pas sampai di pintu kelas doi gua nanya ke salah satu cewek yang dulunya teman sekelas gua pas SMP.
“eh.. Nizam, tumben kesini”
“iya nih..”
“nyari siapa ?”
Tau aja kalau gua lagi nyari seseorang.
“emm.. anu.. intannya ada ?”
“ciee.. nyari-nyari intan”
Anjirrr malu gua, padahal Cuma di cie-ciein
“tuh ada di dalem” katanya sambil menunjuk ke arah Intan
“eh.. bentar-bentar, itu surat apa zam”
“eh.. anu.. bukan apa-apa kok, hehehe..”
Dengan sigap gua menyembunyikan surat yang sedang gua genggam
“bentar deh gua panggilin Intannya”
Gua menunggu di ambang pintu sambil memperhatikan Intan dari jauh, kayaknya doi lagi ngerjain tugas.
“INTAAN!! NIZAM NYARI KAMU, DIA BAWA SURAT CINTAH TUH!!” teriak cewek tadi
Sontak gua kaget, bukan karena suaranya yang keras, tapi apa yang barusan dia katakan benar-benar bikin gua malu, nyali yang susah payah gua bangun selama berhari-hari menciut dalam sekejap, gua langsung berlari meninggalkan kelasnya doi sebelum doi sempat melihat keberadaan gua, gua berlari ke arah kelas, bergegas ke bangku gua, mengambil ransel, membuka dan memasukkan kepala gua ke dalamnya.
“ngapain jam ?”
“gak ngapa-ngapain”
“lha! terus kenapa tuh kepala di masukin ke tas”
“pengen tidur”
“ohh.. eh gimana, udah lo kasi suratnya”
“udah” gua berbohong
“terus ? gimana”
Gua mengeluarkan kepala gua dari tas, celingak-celinguk, mengengok kekiri dan kekanan, lalu menanyakan ke Caca keberadaan Ikbla di kelas, pertanyaan yang gua lontarkan hanya untuk mengalihkan pembicaraan. Segitu pecundangnya kah gua ? .
Part 2 : Hoki
Part 3 : Masalah
Diubah oleh mistertobo 13-10-2016 13:20
anasabila memberi reputasi
1
1.8K
Kutip
11
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan