purnama29wahyuAvatar border
TS
purnama29wahyu
SAK KLEK VS ULUL ALBAB




Nabi bersabda bahwa wewangian itu sangat dianjurkan saat beribadah mahdlah, seperti beribadah shalat Jumat. Kalau berpikirnya sak klek pasti yang terpenting dapat parfumnya, entah dengan membeli atau sekalian jadi reseler parfum. Kalau ulul albab ya berarti riset di sekitarnya, ada nggak tetumbuhan yang bisa jadi minyak wangi, lalu diproses jadi minyak wangi, lalu dijual secara mandiri. Ilmu soal minyak wangi akan lebih bagus lagi jika dishare massal sehingga setiap umat Islam bisa bikin minyak wangi sendiri.
Nabi bersabda bahwa pakaian yang baik adalah yang menutup aurat, tidak ketat, dan sopan. Yang berpikirnya sak klek dan sudah tercuci nafsu bisnis akan mati-matian mempertahankan gaya busana yang sudah mainstream, maksudnya biar tinggal belanja dan jadi reseler. Vulgarnya bilang, "itu pakaian kafir, tidak Islami, yang Islami itu seperti ini, yang saya jual, jadi belilah di tempat kami". Kalau yang ulul albab ya berarti bikin kreativitas busana dengan kriteria dasar menutup aurat. Sehingga di zona ulul albab yang rame adalah jual kain, soal desain pakaian itu kreativitas di rumah masing-masing.

Allah memerintahkan kita memakan makanan yang halal dan thayyib. Kalau berpikirnya sak klek plus praktis adalah beli makanan yang ada label halalnya. Lupa bahwa yang dibeli makanan praktis, berpengawet, dan banyak hal-hal yang aneh dari makanan semacam itu kan. Kalau ulul albab ya berarti setup zona pertanian organik sendiri, bangun tradisi kuliner kreatif dalam skala keluarga, banyak sharing-sharing makanan sehat bersama, dan tidak akan ada industri makanan berskala raksasa seperti zaman sekarang ini. Karena industri tetap mempertimbangkan halal dan thayyib berdasarkan daya produksi, daya tahan, dan kualitas makanannya, sehingga mereka akan membuat distribusi industri di setiap zona, tidak main borongan kayak sekarang. Apa dampaknya? Lapangan kerja lebih luas kan.

Masih banyak perintah Allah dan contoh dari Rasulullah yang seharusnya kita aplikasikan menggunakan pendekatan ulul albab, bukan sak klek bin cepet untung thok. Inilah zona kita bersyukur karena karunia akal yang Allah anugerahkan kepada kita. Dikasih akal tapi nganggur, bisa jadi kelak kita ditagih pertanggungjawabannya di akhirat. Setidaknya tersenyum saja jika kelak malaikat tidak misuh-misuh sambil mengejek kita karena saking pekoknya kita yang tidak mau berpikir dan menggunakan akal kita.
Tidak perlu menyalahkan industri dan perbankan secara buta, di dalamnya juga ada saudara-saudara kita yang mencari rezeki dan harus menghidupi orang lain juga. Tapi lawan saja dengan proses tauhid, bukan dengan perang. Jika cara berpikir masyarakat yang menjadi pasarnya berubah, industri nanti juga akan menyesuaikan diri sesuai perkembangan kesadaran masyarakat. Ini memang terlihat mustahil, tapi zaman dulu dakwahnya Rasulullah kan juga seperti itu. Pola pikir yang diperbaiki, yang lainnya akan mengikuti.

Nah kecuali, cara berpikir kita sepraktis politisi yang nggedebus di panggung orasinya lalu ngomong bahwa mengubah keadaan itu praktis seperti membalikkan telapak tangan. Saya pun tak menyalahkan politisi, wong mereka berbuat benar dengan berkampanye seperti itu. Yang bodoh ya kita yang percaya dengan atraksi semacam itu itu. Lebih bodoh lagi yang milih lalu dikemudian hari kecewa dan mengumpat orang yang dipilihnya, itu bodoh kuadrat bahkan mungkin pangkat 5 bodohnya. Yang cerdas yang tetap santai, baik dulu tidak memilih maupun memilih, karena apa pun yang terjadi semua harus diatasi bersama-sama lagi. Wong namanya hidup bebarengan, mosok arep ngidak-idak ndase kancane.



Yuli Ardika Prihatama
0
1.1K
6
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan