BANDUNG – Masyarakat Relawan Indonesia/MRI salahsatu organisasi kerelawanan yang dilahirkan dari rahim ACT, sudah lama berkiprah melakukan aksi kemanusiaan dan kerelawanan. MRI menjadi garda terdepan dalam misi kemanusiaan yang dijalankan ACT, membantu korban bencana alam dan bencana sosial.

Relawan MRI yang diturunkan ke tempat bencana, sudah terampil dan menguasai teknik penyelamatan berbagai bencana yang terjadi, seperti melakukan penyelamatan dalam fase emergensi warga korban banjir, korban kebakaran, korban longsor, korban erupsi gunung berapi dan korban bencana lainnya.

Karena sebelum para relawan MRI terjun ke tempat bencana, mereka dibekali dengan berbagai pelatihan seperti: pelatihan water rescue, fire rescue, vertical rescue, first aid dan pelatihan lainnnya. Berbagai pelatihan penanganan bencana pun terus digelar untuk para relawan yang belum mendapatkan materi pelatihan rescue.

Untuk meningkatkan kapasitas skill para relawan dalam penanganan kebencanaan, relawan MRI pun sering dilibatkan ACT dalam berbagai pelatihan penanganan bencana, baik yang digelar ACT maupun lembaga lainnya.

Seperti Pelatihan Dasar Panjat Tebing dan Vertical Rescue yang digelar Sekolah Panjat Tebing Merah Putih Indonesia (merupakan bagian dari Komunitas Indonesia Climbing Ekspedition/ICE), pada Jumat-Minggu, 22-24 Juli 2016. Dalam pelatihan tersebut ACT mengirimkan timnya, yaitu dari ACT dan relawan MRI menjadi peserta pelatihan yang digelar di Tebing Citatah 125, Padalarang – Bandung Barat.

Selama 3 hari mereka dilatih dengan berbagai materi pelatihan, diantaranya: Rock Climbing Introduction (pengenalan panjat tebing), Belay System (teknik pengamanan pemanjat), Free Climbing (memanjat bebas), Top Rope Climbing (pemanjatan tali terpasang), Leading Climbing (pemanjatan perintisan), Ascending (memanjat menggunakan alat mekanik), Descending (turun menggunakan tali), Knot and Hitch (teknik simpul dan jerat), Anchoring (pemasangan pengaman), Topping Aut at The Anchor (lepas libat), Belay Escape (lepas beban), Hauling and Lowering (menaikan dan menurunkan beban), Aid Climbing (pemanjatan dengan bantuan) dan Pengenalan Vertical Rescue.

Menurut Adi Cahyadi Wibowo (32), Divisi Operasi dan Latihan dari Sekolah Panjat Tebing Merah Putih, 65 peserta yang mengikuti pelatihan ini berasal dari berbagai daerah, diantaranya dari Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Semarang, Solo, Palangkaraya, Palembang dan Padang. “Para peserta terdiri dari berbagai kalangan, ada dari mahasiswa pecinta alam/Mapala, pramuka, organisasi kerelawanan dan individu,”terangnya.

Lukman Solehudin, dari Disaster Emergency and Relief Management/DERM-ACT, mengungkapkan skill panjat tebing yang merupakan ilmu dasar untuk vertical rescue, sangat penting dimiliki oleh setiap individu maupun lembaga kemanusiaan, khususnya yang begerak di bidang kebencanaan. “Alhamdulillah, kami dari Tim ACT sudah menggutus beberapa anggota kami dari ACT dan MRI untuk mengikuti pelatihan ini,”tuturnya.

Melalui Pelatihan ini, ACT akan menindaklanjuti dengan membangun kerjasama dengan Tim Sekolah Panjat Tebing Merah Putih dengan menggelar pelatihan untuk para relawan MRI.

“InsyaAllah dalam waktu dekat, kami dari ACT akan membuka kelas pelatihan vertical rescue yang khusus untuk melatih relawan MRI sebagai upaya meningkatkan kapasitas kemampuan rescue relawan yang akan menjadi mitra kerja ACT dalam penanganan daruratbencana,”tekad Lukman.

Adi Cahyadi Wibowo, sangat menyambut baik rencana sinergi (kerjasama) antara ACT dengan Sekolah Panjat Tebing Merah Putih. “Kami sangat senang dipercaya menjadi rekanan ACT untuk bekerjasama menggelar pelatihan untuk para relawan MRI. Menurut kami adanya MRI sangat baik, karena potensi bencana di Indonesia begitu besar sedangkan personel yang diberangkatkan ke medan bencana juga sangat terbatas. Dengan adanya MRI mudah-mudahan bisa memback-up penanganan bencana. Kami siap melatih skill teman-teman MRI dalam vertical rescue,”pungkasnya penuh semangat.[]

Penulis: Muhajir Arif Rahmani