Kamis, 30 Juni 2016 | 21:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) melaporkan, posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN) Indonesia pada akhir kuartal I 2016 naik 2,3 miliar dollar AS atau 1,1 persen secara kuartalan (qtq) menjadi 214,6 miliar dollar AS. Kenaikan tersebut terutama dipengaruhi peningkatan posisi cadangan devisa dan didukung meningkatnya posisi aset investasi langsung dan investasi portofolio.
Selain karena transaksi yang terjadi pada periode laporan, kenaikan posisi AFLN juga dipengaruhi faktor kenaikan nilai aset sejalan dengan pelemahan dollar AS terhadap beberapa mata uang utama dunia lainnya dan peningkatan harga beberapa obligasi global yang dimiliki residen.
Sementara itu, posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) Indonesia pada akhir kuartal I 2016 meningkat 26,3 miliar dollar AS atau 4,6 persen (qtq) menjadi 604,4 miliar dollar AS.
Peningkatan tersebut didorong aliran masuk modal asing pada investasi langsung dan investasi portofolio, termasuk dari hasil penerbitan sukuk global pemerintah pada Maret 2016. "Selain itu, peningkatan posisi KFLN juga dipengaruhi faktor kenaikan nilai instrumen investasi berdenominasi rupiah sejalan dengan kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pelemahan dolar AS terhadap rupiah," kata BI dalam pernyataan resmi, Kamis (30/6/2016).
Dengan demikian, Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia pada akhir kuartal I 2016 mencatat net kewajiban sebesar 389,8 miliar dollar AS atau 45 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini meningkat 24 miliar dollar AS atau 6,6 persen dibandingkan posisi net kewajiban pada akhir kuartal IV 2015 yang sebesar 365,8 miliar dollar AS atau 42,5 persen dari PDB. "Peningkatan net kewajiban PII Indonesia tersebut dipengaruhi oleh kenaikan Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan Aset Finansial Luar Negeri (AFLN)," tulis bank sentral.
Perkembangan tersebut sejalan dengan transaksi modal dan finansial pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mengalami surplus pada kuartal I 2016. Ini terjadi seiring membaiknya prospek ekonomi domestik dan berlanjutnya pelonggaran kebijakan moneter di negara-negara maju. "Bank Indonesia memandang perkembangan PII Indonesia sampai dengan triwulan I 2016 masih cukup sehat. Namun demikian, Bank Indonesia terus mewaspadai risiko net kewajiban PII terhadap perekonomian," ungkap bank sentral.
Ke depan, BI yakin kinerja PII Indonesia akan semakin sehat. Ini sejalan dengan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang ditempuh BI.
Berita yg ga menarik, walaupun banyak diharapkan pelaku usaha, semoga surplus terus dan makin cepat peningkatannya