act.idAvatar border
TS
act.id
Hari ini, Bantuan untuk Korban Banjir Bandang Sangihe Didistribusikan

SANGIHE – Akibat banjir bandang disertai longsor yang menimpa daerah perbukitan di 6 Kecamatan, yaitu: Kecamatan Tahuna, Kecamatan Tahuna Barat, Kecamatan Tahuna Timur, Kecamatan Manganitu, Kecamatan Kendahe, Kecamatan Tamoko, Kecamatan Manganitu Selatan dan Kecamatan Tatoareng, di Kabupaten Sangihe - Sulawesi Utara, menyebabkan sekitar 1.917 jiwa dari 557 Kepala Keluarga/KK mengungsi ke tempat lebih aman.

Seperti dilaporkan Lukman Solehudin, Koordinator Tim Tanggap Bencana ACT yang tiba di lokasi bencana pada Jumat (26/6), ada beberapa titik yang menjadi posko pengungsian untuk menampung korban, yaitu: di Gereja Moria Kelurahan Kol. Akembawi, di Gereja Lohongtulumang, di Gereja Sion Kelurahan Kol. Beha, di rumah-rumah penduduk Kelurahan Kol. Beha Baru, di SD GMIST Sion Beha, di rumah penduduk Kelurahan Tapuang dan di rumah penduduk kelurahan Enempahembang.

“Tadi kami bersama tim relawan telah selesai melakukan rapid assessment, memetakan kondisi bencana dan pengungsi saat ini, InsyaAllah Minggu (26/6), kami akan mendistribusikan bantuan natura untuk pengungsi korban bencana banjir bandang dan longsor,”terangnya.

Menurut hasil asesmen yang dilakukan Tim Tanggap Bencana ACT. Kebutuhan mendesak selain bantuan natura, yang dibutuhkan para pengungsi adalah pengadaan dapur umum, air bersih, MCK darurat dan manajemen pengungsian.

“Mereka para pengungsi sudah dihimbau oleh aparat setempat untuk tidak kembali kerumah terlebiha dahulu, karena dikhawatirkan akan terjadi longsor susulan. Para pengungsi memang sudah semestinya direlokasi ke tempat yang lebih aman, karena mengingat potensi longsor susulan masih besar dan intensitas hujan yang masih tinggi,” tutur Lukman.

Menurut Budhi, dari Tim Reaksi Cepat - Badan Nasional Penanggulangan Bencana /TRC-BNPB Pusat, dalam penanganan pengungsi bencana banjir dan longsor Sangihe ini akan sedikit panjang, mengingat kondisi daerah yang berbukit bukit. “Ini menyulitkan kami dalam membuat huntara (hunian sementara), tapi kami akan berupaya bagaimanpun caranya mereka agar bisa membersihkan atau mengosongkan gereja sebagai pengungsian dan pindah ke tempat yang lebih layak sebelum natal nanti,”jelasnya

Menurut keterangan dari Waroka Takumansan (68), seorang pelaut di Sangihe yang juga merupakan korban banjir bandang dan tanah longsor, bencana ini tidak diduga terjadi. “Sebelumnya kami bersiap dan berkemas bukan untuk menghadapi banjir dan longsor, akan tetapi bersiap untuk mengungsi dari Gunung Awu yang sudah siaga tiga. Soalnya daerah kami ini sebagai tempat pengungsian jika gunung Awu aktif. Pada waktu itu hujan turun sangat lebat kurang lebih selama 30 jam disertai angin kencang dari arah barat dan pada waktu itu juga ketinggian ombak dikisaran 3-4 meter. Di tempat ini saja terjadi 5 kali longsoran yang mengepung dan memporak porandakan rumah-rumah kami,”terangnya.

Para korban selain mengalami kerugian material rumah dan harta benda, mereka juga kehilangan hasil kebunnya (pala, kelapa dan cengkeh) yang hancur dihantam banjir bandang disertai longsor yang terjadi Selasa (21/6) pagi.

“Kami mengharapkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan kami di pengungsian. Kedepannya kami juga membutuhkan kempat tinggal serta perlengkapan berkebun dan melaut sekarang telah hilang ditelan tanah longsor dan banjir bandang,”pungkasnya.[]

Penulis: Muhajir Arif Rahmani
Foto: Lukman Solehudin

Ayo Berpartisipasi



0
1.5K
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan