sleepyodore
TS
sleepyodore
Sudah Tepatkah Peran Sekolah Sebagai Sarana Pendidikan?
SUDAH TEPATKAH PERAN SEKOLAH SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN?




Anak usia sekolah menghabiskan rata-rata 5 jam dalam sehari berada di sekolah, sekitar 20.83% dari 24 jam. Dengan kata lain selain keluarga dan lingkungan, sekolah juga berperan penting dalam membentuk karakter seseorang. Dan bicara soal sekolah, tentu saja kita bicara tentang para guru. Sebelum kita membahas lebih jauh mari kita telaah dulu apa itu SARANA PENDIDIKAN.

Menurut KBBI online,
SARANA adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan.
PENDIDIKAN adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Jadi bisa disimpulkan bahwa SARANA PENDIDIKAN adalah segala sesuatu yang dapat dipakai dalam proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.


Lalu, sudahkan sekolah memenuhi tujuan tersebut?



Mari kita melihat kebelakang dimana masyarakat menganggap lumrah jika para pendidik menggunakan sedikit kekerasan dalam mendidik murid. Murid tersebutlah yang kemudian menjadi orangtua murid dari generasi berikutnya.

Belajar dari pengalaman, ada kewaspadaan dari beberapa orangtua murid. Mereka khawatir anaknya mendapat kekerasan yang sama. Kewaspadaan ini kemudian berubah menjadi tindakan agresif ketika mereka mendapat aduan bahwa anaknya mengalami kekerasan oleh gurunya di sekolah. Tanpa mengusut lebih jauh kebenaran dan sebabnya, keegoisan orangtua ini memicu mereka melakukan tindakan diluar kendali terhadap sang guru. Hal-hal seperti ini malah berbuntut panjang dalam dunia pendidikan saat ini.

Benarkah sedikit kekerasan yang digunakan dalam mendidik di masa itu tidak ada manfaat positifnya? Tidak sepenuhnya benar. Kebanyakan orangtua yang memprotes perlakuan guru tersebut adalah mereka yang telah sukses dalam karirnya. Kita juga harus mempertimbangkan peran guru dalam kesuksesan yang mereka raih. Seharusnya orangtua juga tidak boleh terlalu agresif dalam menanggapi hal seperti ini. Kita bisa menggunakan cara yang lebih dewasa untuk mengingatkan para pendidik bahwa kekerasan seperti itu tidak lagi dibutuhkan dalam pendidikan.

Jelas terlihat bahwa sekolah pada masa itu telah gagal mendewasakan manusia dan kekerasan bukanlah bentuk upaya pengajaran dan pelatihan yang benar.



Dari kejadian ini, generasi berikutnya telah mengambil kesempatan untuk memanfaatkan perlindungan dari orangtuanya. Para murid berlomba menggunakan orangtuanya sebagai tameng untuk melawan para guru. Menghadapi hal tersebut, para pendidik mulai mengubah cara mereka mendidik. Pelan namun pasti, para pendidik telah mengacuhkan pendidikan moral terhadap para anak didiknya dikarenakan para orangtua murid yang terkadang dianggap terlalu ikut campur. Para guru kemudian hanya mewajibkan dirinya sendiri sebagai pemberi materi pelajaran bukan sebagai pengajar dan pelatih.

Hal ini berlarut-larut dan menghasilkan generasi yang egois. Akhirnya sekolah pada masa itu pun kembali gagal memenuhi fungsi dari sekolah itu sendiri.



Di tahun 2003, alih-alih ingin menyamakan mutu tingkat pendidikan di setiap daerah pemerintah melakukan kesalahan fatal dengan menerbitkan sistem Ujian Nasional yang kemudian dipakai sebagai penentu kelulusan. Padahal pemerataan pendidikan di setiap daerah belum terlaksana.

Guru kembali kehilangan peranan sebagai penentu kelulusan para muridnya. Padahal dalam menentukan kelulusan, banyak hal yang harus diperhatikan selain nilai dari sebuah ujian.

Untuk mempertahankan citra positif sekolahnya, para guru kemudian berbondong-bondong membantu murid melakukan kecurangan dalam Ujian Nasional agar dapat lulus. Hal seperti ini malah menghasilkan generasi yang tidak jujur. Dan sekali lagi, sekolah gagal menunaikan fungsinya.



Setelah kehilangan semua fungsinya sebagai guru, akhirnya profesi guru tidak lagi diminati dengan tujuan memberi pendidikan kepada anak bangsa. Tanpa kita sadari, kita telah menghasilkan guru-guru yang hanya tertarik pada gaji bukan pada profesinya. Banyak guru pada masa kini tidak lagi kompeten. Tidak sedikit para pendidik terjerat kasus kekerasan terhadap murid maupun kasus pelecehan seksual terhadap murid yang terjadi di lingkungan sekolah. Bahkan tidak jarang pula kita mendengar anak sekolah yang melakukan risak terhadap temannya yang berujung kematian dan sekali lagi hal itu terjadi di lingkungan sekolah. Sekolah akhirnya tidak lagi bisa dipercaya sebagai tempat mendidik.

Lalu sudahkah kita memiliki solusi akan hal ini?

Quote:
Diubah oleh sleepyodore 12-06-2016 16:55
0
3.6K
39
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan