fadealismAvatar border
TS
fadealism
cerpen Aku Untuk Anakku
Aku Untuk Anakku
Ditulis oleh Muhammad Rizky Fade


“Ayah!!!!, Bintang laper kapan ayah pulang bawa makanan?”.
*****
Sore itu Bintang tak berhenti menangis, dibawah pelukan gubuk yang kecil terletak disebuah bedeng. Ayahnya tak lebih dari seorang pemulung terlahir dengan tangan satu dan buta, dipaksa membanting tulang demi menghidupi anak perempuan sebatang karanya.
*****
Bintang adalah seorang anak perempuan, tidak bersekolah akibat krisis abadi yang dialami oleh ayahnya. “Aku tahu anakku selalu lapar, bukan aku jahat, bahkan untuk melihat Bintangpun aku tidak bisa, rasaku campur aduk. Terkadang aku tidak bisa membedakan marah, sedih ataupun bahagia”, desis Marno sang ayah. Marno sangat jarang berbicara lebih sering berdesis dalam hati tentang perasaan terdalamnya.
****
Lampu 5 watt berusaha menerangi gubuk yang hanya memiliki satu ruang, deru burung hantu menyempurnakan suasana malam yang suram. Bintang sedang asyik memainkan boneka kusam kesayangannya yang sudah ia anggap sebagai teman bahkan terkadang sebagai ibunya sendiri. “Tok tok tok!!!”, suara pintu diketuk menghentikan kegiatan Bintang seketika. Tak disangka ayahnya pulang, membawa makanan, suatu hal yang sangat jarang terjadi mengingat sudah dua hari Bintang hanya menikmati air rebusan kali dibelakang gubuknya.
****
“Ayah, Bintang sayang sama ayah, soalnya Bintang bisa makan hari ini. Apakah ayah bisa bawa ini lagi besok?”, tanya Bintang penuh pengharapan. Marno hanya terdiam sambil menerawang makanan apa yang bisa ia curi lagi esok hari. Bintangpun kembali melahap makanannya tanpa memperdulikan ayahnya yang tak kunjung menjawab.
****
Hari semakin malam, Bintang sudah pulas mendengkur dan Marno tak henti berfikir akan anaknya yang malang, bisikan setanpun kian semakin mengisi lamunan malamnya. Sambil mengusap manja anaknya yang sedang tertidur, Marno menangis merasakan penderitaan anaknya yang selalu kelaparan dan terkesan tidak ter-urus.
****
Tepat pukul satu malam, lamunan Marno semakin menjadi. Sampai akhirnya diapun membaringkan badannya disebelah Bintang yang sudah pulas tertidur, suara Bintang mendengkur semakin membuatnya pilu dan kacau. Hingga kemudian ketika Marno tengah menyelipkan tangannya dibawah bantal , Marnopun menangis diikuti satu pandangan tajam dengan suatu pemikiran yang nampaknya akan Marno jadikan jalan keluar masalahnya.
****
“ Nak, bangunyuk, ayah punya permainan sebentar saja. Ayah yakin kamu bisa Kenyang dan tidak perlu menderita lagi”, ujar Marno sambil mencium kening sang anak. “ Ayah! Bintang sedang tidur kenapa ayah tega bangunin Bintang?”, ujar Bintang memelas. Setelah Bintang terbangun kemudian Marno duduk disamping badan mungil Bintang yang masih terbaring diikuti dengan decitan ranjang tua yang berukuran tidak lebih dari 150cm lebarnya.
“Bintang, kamu tahu gak siapa yang menciptakan kita?”, tanya marno dengan lembut. “Tuhan yah”, tegas Bintang. “ Bintang yakin gak Tuhan punya segalanya?”, kembali Marno bertanya. “Bintang yakin yah, Tuhan aja bisa menciptakan kita, pasti apapun bisa Tuhan miliki!”, jawab Bintang dengan antusias, mengingat ayahnya akan mengajaknya bermain. “Sekarang coba Bintang tutup mata perlahan”, Perintah Marno sambil tersenyum sambil meneteskan air mata.
****
Hari semakin gelap, malampun hampir mencapai sepertiga. Bintang sudah melaksanakan perintah ayahnya, dengan penasaran dan antusias, menutup mata dengan raut wajah polos seorang anak kecil, anak kecil yang bisa dibilang menjadi korban krisis ekonomi abadi. Suasanapun sedikit hening dan sekitar satu menit Bintang menunggu permainan sang ayah, akhirnya Marno memecah keheningan, sambil menangis tersedu – sedu, Marnopun mengelus dan meraba wajah Bintang dengan penuh kasih. “Ayah kenapa menaaaangiiii….”, Zaaaappp!!!!, belum sempat Bintang menyelesaikan pertanyaannya, Marno langsung membekapkan muka Bintang dengan bantal yang ia gunakan sehari – hari untuk tidur. “Ayaahh!!! Bintang lagi diapain yahhh??? Bintang gak bisa bernafas!!!!!!”, teriak Bintang dengan suara samar. Dengan hati, jiwa, pikiran yang berguncang hebat diikuti badan yang menggigil Marno berteriak “Nak!! Ayah sayang sama Bintang”, ayah gak bisa terima kamu kelaparan dan sengsara. Ayah mau Bintang ketemu Tuhan ya nak, maafin ayah….”. “Ayyaaahhh…aaaayaaaaahhh…aaayyaaaahh…..aaaaaa…”, teriak Bintang dan kemudian hening.
****
Suara burung hantu menderu semakin lantang diikuti jangkrik yang seolah ikut menangis mendengar suara histeris yang baru saja berlangsung dari dalam sebuah gubuk. Marno hanya terdiam dan terus meneteskan air mata, tak ada lagi suara yang bisa ia dengar dalam gubuk itu, tak ada lagi suara lembut anaknya yang bisa ia dengar. Rasa bersalah, sedih dan mati rasa tengah menghantui Marno dengan seketika.
****
Marno kemudian membuka bantal yang masih menempel dimuka Bintang, Marno meraba muka Bintang yang sudah menganga dengan mata terbuka lebar menahan sakit. Marno meratapi tubuh anaknya yang sudah membujur kaku dan membaringkan tubuhnya disamping jasad anaknya yang membiru.
0
987
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan