- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Jejak Sutami di Gedung MPR/DPR
TS
lagunas88
Jejak Sutami di Gedung MPR/DPR
Quote:
INTERMESO
Jejak Sutami di Gedung MPR/DPR
Kubah berwarna hijau, oleh arsiteknya, diibaratkan kepakan sayap burung. Ditemukan dari cetakan kue serabi.
Selain Jembatan Semanggi, gedung MPR/DPR, yang berbentuk kubah berwarna hijau, pun diakui banyak pihak sebagai salah satu karya monumental Ir Sutami. Berkat kepiawaian dan kecermatannya, pembuatan kubah itu dapat terwujud seperti sekarang ini. Kompleks MPR/DPR itu merupakan hasil rancangan arsitek lulusan Berlin, Soejoedi Wirjoatmodjo, dan salah satu stafnya, Ir Nurpontjo.
Kompleks itu dibangun untuk menggelar Conference of the New Emerging Force (Conefo), dan bangunannya harus bisa menandingi gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York. Konferensi itu guna menggalang kekuatan di kalangan negara-negara baru untuk membentuk tatanan dunia
“Hal menarik dan unik dari kompleks itu adalah gedung kubah warna hijau. Itu bisa dibangun tanpa pilar-pilar penyangga di bawahnya berkat perhitungan Pak Sutami,” kata Emir Sanaf saat berbincang dengan detikX di Bandung, Kamis, 14 April 2016. Insinyur sipil lulusan Institut Teknologi Bandung pada 1971 itu punya kedekatan khusus dengan Sutami, sehingga dianggap sebagai anaknya.
Gedung kubah warna hijau itu bisa dibangun tanpa pilar-pilar penyangga di bawahnya berkat perhitungan Pak Sutami."
Pemancangan tiang pertama pembangunan kompleks Conefo itu dilakukan pada 19 April 1965. Padahal konferensi internasional sudah harus digelar setahun kemudian. Sebagai pelaksana lapangan, Sutami menyanggupi pembangunan kompleks itu dalam tempo setahun. Untuk mempercepat penyelesaian, Bung Karno mengontak Uni Soviet dan RRC guna membantu pendanaan. Beberapa kapal pengangkut bahan bangunan berdatangan dari RRC.
Menurut arsitek Budi A. Sukada dalam buku Membuka Selubung Cakrawala Arsitek Soejoedi, Soejoedi menerapkan pola pemikiran arsitek Prancis, Le Corbusier, dalam merancang kompleks MPR/DPR tersebut. Dia memasukkan fungsi-fungsi utama sebuah kawasan political venues, yaitu persidangan, sekretariat, dan kegiatan pendukung.
Atap gedung ini mirip dengan prinsip struktur sayap. Semula atap akan berbentuk kubah murni. Tapi Sutami selaku ahli struktur bangunan mengingatkan hal itu akan memunculkan masalah serius. Sebab, hal ini menyangkut pemerataan penyaluran beban gaya vertikal ke tiang-tiang penopang kubah. Satu saja di antara tiang tersebut melorot akan menimbulkan akibat berantai. Seluruh kubah bakal mengalami keretakan, pecah, dan akhirnya runtuh. Selain itu, pemakaian kubah murni memerlukan banyak tiang penyangga, yang akan mengganggu pembagian ruang-ruang sidang di lantai dasar.
Selain Jembatan Semanggi, gedung MPR/DPR, yang berbentuk kubah berwarna hijau, pun diakui banyak pihak sebagai salah satu karya monumental Ir Sutami. Berkat kepiawaian dan kecermatannya, pembuatan kubah itu dapat terwujud seperti sekarang ini. Kompleks MPR/DPR itu merupakan hasil rancangan arsitek lulusan Berlin, Soejoedi Wirjoatmodjo, dan salah satu stafnya, Ir Nurpontjo.
Kompleks itu dibangun untuk menggelar Conference of the New Emerging Force (Conefo), dan bangunannya harus bisa menandingi gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York. Konferensi itu guna menggalang kekuatan di kalangan negara-negara baru untuk membentuk tatanan dunia baru.
“Hal menarik dan unik dari kompleks itu adalah gedung kubah warna hijau. Itu bisa dibangun tanpa pilar-pilar penyangga di bawahnya berkat perhitungan Pak Sutami,” kata Emir Sanaf saat berbincang dengan detikX di Bandung, Kamis, 14 April 2016. Insinyur sipil lulusan Institut Teknologi Bandung pada 1971 itu punya kedekatan khusus dengan Sutami, sehingga dianggap sebagai anaknya.
Gedung kubah warna hijau itu bisa dibangun tanpa pilar-pilar penyangga di bawahnya berkat perhitungan Pak Sutami."
Pemancangan tiang pertama pembangunan kompleks Conefo itu dilakukan pada 19 April 1965. Padahal konferensi internasional sudah harus digelar setahun kemudian. Sebagai pelaksana lapangan, Sutami menyanggupi pembangunan kompleks itu dalam tempo setahun. Untuk mempercepat penyelesaian, Bung Karno mengontak Uni Soviet dan RRC guna membantu pendanaan. Beberapa kapal pengangkut bahan bangunan berdatangan dari RRC.
Menurut arsitek Budi A. Sukada dalam buku Membuka Selubung Cakrawala Arsitek Soejoedi, Soejoedi menerapkan pola pemikiran arsitek Prancis, Le Corbusier, dalam merancang kompleks MPR/DPR tersebut. Dia memasukkan fungsi-fungsi utama sebuah kawasan political venues, yaitu persidangan, sekretariat, dan kegiatan pendukung.
Atap gedung ini mirip dengan prinsip struktur sayap. Semula atap akan berbentuk kubah murni. Tapi Sutami selaku ahli struktur bangunan mengingatkan hal itu akan memunculkan masalah serius. Sebab, hal ini menyangkut pemerataan penyaluran beban gaya vertikal ke tiang-tiang penopang kubah. Satu saja di antara tiang tersebut melorot akan menimbulkan akibat berantai. Seluruh kubah bakal mengalami keretakan, pecah, dan akhirnya runtuh. Selain itu, pemakaian kubah murni memerlukan banyak tiang penyangga, yang akan mengganggu pembagian ruang-ruang sidang di lantai dasar.
Ketika pengecoran atap kubah, tak kurang dari 27 ribu orang terlibat langsung siang-malam seperti armada semut."
Dalam keadaan mendesak, Soejoedi menugasi Nurpontjo untuk membikin maket kubah alternatif. Sebagai insinyur muda yang baru lulus dari ITB, Nurpontjo pun kelabakan. Hingga suatu saat dia memotong cetakan kuali untuk kue serabi menjadi dua bagian. Tujuannya adalah menghasilkan bentuk kubah yang tidak retak. Percobaan belum tuntas, Soejoedi telanjur datang dan melihatnya.
“Wah, bagus ini! Akan saya tanyakan kepada Pak Sutami sebagai pelaksana teknis apakah bentuk seperti ini bisa terealisasi,” ujar Nur mengenang seperti ditulis Intisari edisi Oktober 1991.
Ternyata Sutami, yang kemudian membuat sketsa dan perhitungan teknisnya, menjamin kubah semacam itu bisa dikerjakan. Sebab, desain tersebut tak berbeda dengan prinsip struktur kantilever pada pesawat tebang. Dia malah berani menjamin, dengan bentangan 100 meter pun, bentuk struktur ini masih dapat dipertanggungjawabkan. Sebab, yang berfungsi sebagai badannya adalah dua buah busur beton yang dibangun berdampingan dan akan bertemu pada satu titik puncak.
Demo mahasiswa digedung DPR pada 1998
“Ketika pengecoran atap kubah, tak kurang dari 27 ribu orang terlibat langsung siang-malam seperti armada semut,” tutur Nurpontjo.
Keberhasilan Sutami sebagai pelaksana proyek dan juga turut andil dalam merealisasi atap berbentuk kubah mengundang pujian dari gurunya semasa di ITB, Ir Roosseno. Ahli beton itu mengakui gedung Conefo sebagai karya besar Sutami.
“Kehebatan dia adalah kemampuan organisatorisnya. Membangun gedung sebesar itu, dengan bentuk kubah raksasa yang unik, pengalaman belum dimilikinya, dan dengan segala keterbatasan pada waktu itu, ditambah lagi dengan singkatnya waktu yang diberikan oleh Bung Karno, adalah sebuah tantangan besar bagi seorang insinyur muda seperti Sutami,” tutur Roosseno seperti diceritakan kembali oleh Hendropranoto Suselo, yang pernah menjadi salah satu staf Sutami di Departemen Pekerjaan Umum.
* * *
Gonjang-ganjing politik pasca-Gerakan 30 September 1965 membuyarkan segenap ambisi Presiden Sukarno. Cita-citanya menggelar konferensi internasional sebagai tandingan Sidang Umum PBB kandas. Oleh Jenderal Soeharto, sebagai Ketua Presidium Kabinet Ampera, kompleks Gedung Conefo yang sudah jadi itu kemudian dimanfaatkan sebagai gedung MPR/DPR.
Menjelang kejatuhan Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998, banyak mahasiswa yang menduduki kompleks MPR/DPR. Mereka melakukan aksi di atas kubah itu. Nyatanya, meski sudah berusia lebih dari 30 tahun, konstruksi kubah itu masih kokoh. Kekhawatiran bahwa kubah itu akan ambrol tak terbukti, hingga sekarang.http://x.detik.com/detail/intermeso/...gi-4/index.php
Quote:
Melongok Lounge Mewah Gedung DPR
Jakarta - Jika sebelumnya karpet merah untuk pimpinan DPR ramai diperbincangkan, kini muncul lagi 'aura' mewah di gedung parlemen. Seperti yang terlihat di lounge DPR tempat untuk menjamu tamu pimpinan dan anggota dewan.
Tak mudah bagi setiap orang untuk bisa naik ke ruang-ruang yang ada di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat. Sebab di gedung inilah kantor para pimpinan dewan berada.
Namun jika mencoba melongok ke lantai 2 Gedung Nusantara III, pengunjung dapat melihat interior luks. Salah satu ruangan yang ada di lantai ini dipergunakan untuk tempat perjamuan, khususnya bagi tamu-tamu kenegaraan.
Saat detikcom menyambangi ruang yang biasa disebut lounge DPR itu, Selasa (19/4/2016), konsep mentereng memang sangat terasa. Begitu keluar dari lift, tamu akan disambut oleh sejumlah Pamdal dan staf yang berjaga.
Berbeda dengan lobi di lantai Gedung DPR lainnya, tampilan meja penerima tamu di lantai 2 ini tidak biasa. Terlihat meja kayu bundar berbentuk lingkaran yang cantik di tengah lobi. Bahan marmer menjadi tatakan di atas meja.
Terdapat lampu minimalis yang biasa ditemukan di bangunan bergaya modern. Karpet berwarna magenta menjadi alas untuk meja penerima tamu unik itu.
Di dekat lobi inilah, lounge DPR berada. Anda langsung bisa melihat betapa lantai ini terlihat 'wah'. Pintu-pintu ruangan terbuat dari kayu jati dengan ukiran motif daun yang ingin mempertontonkan keindahan dari ruangan itu. Bentuk pintunya sangat tinggi seolah ingin menyampaikan kemegahan.
Masuk ke ruangan lounge, ukiran kayu jati semakin banyak menyapa di berbagai sudut. Seluruh ruangan dialasi karpet terbal berwarna cokelat. Meja-meja di dalam lounge ini masih senada dengan meja penerima tamu, yakni kayu dengan pelapis marmer di atasnya.
Kursi-kursinya memang tidak terlalu tampak wah, namun dipastikan sangat empuk. Untuk tamu kenegaraan dan anggota DPR yang memimpin jalannya pertemuan, kursi agak sedikit instimewa. Seperti yang terlihat saat Badan Kerja Sama antar Parlemen (BKSAP) DPR menerima kunjungan persahabatan dari senat Prancis hari ini.
Interior luks juga dapat dilihat dari plafon atau atap ruangan yang beda dibanding ruangan pada umumnya. Plafon tersebut dibuat bermotif dan agak abstrak. Hiasan menarik dari lounge ini juga ada di bagian dinding ruangan yang tidak sama di ke empat sisi. Ada yang dari ukiran kayu di samping jendela, ada bagian dinding berpelapis total kayu polos, dan ada juga yang berpelapis kaca bermotif.
Gedung ini tampaknya memang ingin bermain di unsur kayu. Sebab di luar ruangan lounge, pelapis-pelapis dinding kayu juga dipasang di ruangan lainnya. Tentu saja tidak dengan motif 'biasa-biasa' saja.
"Wah mewah banget ya (lantai ini), berkat Pak Setnov (Setya Novanto)," ujar salah satu staf yang ikut naik ke Lantai 2 Gedung Nusantara III ini.
Diketahui lantai ini memang belum lama selesai direnovasi. Renovasi dilakukan sekitar kurang lebih satu tahun lalu saat DPR masih dipimpin oleh Setya Novanto.
Masih belum diketahui apakah gaya interior ruangan ini dibuat atas keinginan Novanto. Namun saat menjadi Ketua DPR, ruangan kantor Novanto memang memiliki interior yang mewah. Sekjen DPR Winantuningtyastiti saat dihubungi belum merespons.
(ear/van)http://m.detik.com/news/berita/31914...wah-gedung-dpr
Jakarta - Jika sebelumnya karpet merah untuk pimpinan DPR ramai diperbincangkan, kini muncul lagi 'aura' mewah di gedung parlemen. Seperti yang terlihat di lounge DPR tempat untuk menjamu tamu pimpinan dan anggota dewan.
Tak mudah bagi setiap orang untuk bisa naik ke ruang-ruang yang ada di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat. Sebab di gedung inilah kantor para pimpinan dewan berada.
Namun jika mencoba melongok ke lantai 2 Gedung Nusantara III, pengunjung dapat melihat interior luks. Salah satu ruangan yang ada di lantai ini dipergunakan untuk tempat perjamuan, khususnya bagi tamu-tamu kenegaraan.
Saat detikcom menyambangi ruang yang biasa disebut lounge DPR itu, Selasa (19/4/2016), konsep mentereng memang sangat terasa. Begitu keluar dari lift, tamu akan disambut oleh sejumlah Pamdal dan staf yang berjaga.
Berbeda dengan lobi di lantai Gedung DPR lainnya, tampilan meja penerima tamu di lantai 2 ini tidak biasa. Terlihat meja kayu bundar berbentuk lingkaran yang cantik di tengah lobi. Bahan marmer menjadi tatakan di atas meja.
Terdapat lampu minimalis yang biasa ditemukan di bangunan bergaya modern. Karpet berwarna magenta menjadi alas untuk meja penerima tamu unik itu.
Di dekat lobi inilah, lounge DPR berada. Anda langsung bisa melihat betapa lantai ini terlihat 'wah'. Pintu-pintu ruangan terbuat dari kayu jati dengan ukiran motif daun yang ingin mempertontonkan keindahan dari ruangan itu. Bentuk pintunya sangat tinggi seolah ingin menyampaikan kemegahan.
Masuk ke ruangan lounge, ukiran kayu jati semakin banyak menyapa di berbagai sudut. Seluruh ruangan dialasi karpet terbal berwarna cokelat. Meja-meja di dalam lounge ini masih senada dengan meja penerima tamu, yakni kayu dengan pelapis marmer di atasnya.
Kursi-kursinya memang tidak terlalu tampak wah, namun dipastikan sangat empuk. Untuk tamu kenegaraan dan anggota DPR yang memimpin jalannya pertemuan, kursi agak sedikit instimewa. Seperti yang terlihat saat Badan Kerja Sama antar Parlemen (BKSAP) DPR menerima kunjungan persahabatan dari senat Prancis hari ini.
Interior luks juga dapat dilihat dari plafon atau atap ruangan yang beda dibanding ruangan pada umumnya. Plafon tersebut dibuat bermotif dan agak abstrak. Hiasan menarik dari lounge ini juga ada di bagian dinding ruangan yang tidak sama di ke empat sisi. Ada yang dari ukiran kayu di samping jendela, ada bagian dinding berpelapis total kayu polos, dan ada juga yang berpelapis kaca bermotif.
Gedung ini tampaknya memang ingin bermain di unsur kayu. Sebab di luar ruangan lounge, pelapis-pelapis dinding kayu juga dipasang di ruangan lainnya. Tentu saja tidak dengan motif 'biasa-biasa' saja.
"Wah mewah banget ya (lantai ini), berkat Pak Setnov (Setya Novanto)," ujar salah satu staf yang ikut naik ke Lantai 2 Gedung Nusantara III ini.
Diketahui lantai ini memang belum lama selesai direnovasi. Renovasi dilakukan sekitar kurang lebih satu tahun lalu saat DPR masih dipimpin oleh Setya Novanto.
Masih belum diketahui apakah gaya interior ruangan ini dibuat atas keinginan Novanto. Namun saat menjadi Ketua DPR, ruangan kantor Novanto memang memiliki interior yang mewah. Sekjen DPR Winantuningtyastiti saat dihubungi belum merespons.
(ear/van)http://m.detik.com/news/berita/31914...wah-gedung-dpr
Jangankan kedalamnya pegang pagarnya aja ane belom pernah
Diubah oleh lagunas88 19-04-2016 16:22
0
4.8K
Kutip
10
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan