- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ahok, Sunny, dan Aguan
TS
lagunas88
Ahok, Sunny, dan Aguan
Quote:
Ahok, Sunny, dan Aguan
"Bagi saya, Sunny, siapa pun, terserah mau kasih masukan, tapi enggak bisa pengaruhi saya."
Senin, 18 April 2016
Koko Ahok, demikian Sunny Tanuwidjaja memanggil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama. Nama panggilan itu terekam dalam sadapan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi sebelum menangkap anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta, Muhammad Sanusi.
Sanusi ditangkap ketika menerima uang suap terkait pembahasan rancangan peraturan daerah terkait reklamasi Teluk Jakarta pada Kamis, 31 Maret 2016. Total ia menerima uang Rp 2 miliar dari PT Agung Podomoro Land, salah satu pengembang reklamasi.
Pengacara Sanusi, Krisna Murti, mengaku berita acara pemeriksaan yang didapatnya menyebutkan pembicaraan itu berisi kompensasi pengembang sebesar 15 persen dalam raperda. Sunny mempertanyakan molornya pembahasan dua raperda itu.
"Teman-teman (DPRD) oke saja, tapi koko kamu bagaimana?"
Namun Sanusi mengaku tidak tahu. Setahu Sanusi, rekan-rekannya di DPRD sudah sepakat. "Sanusi mengaku tidak tahu. Setahu saya, kata Bang Uci, ada tarik-menarik mengenai (kewajiban pengembang) 15 persen itu," kata Krisna.
"Teman-teman (DPRD) oke saja, tapi koko kamu bagaimana?" ucap Krisna menirukan pembicaraan Sanusi dengan Sunny.
Tidak sekali itu saja pembicaraan Sunny terkait dengan reklamasi Teluk Jakarta itu dipantau KPK. Sumber detikX menyebutkan Sunny kerap berbincang dengan Chairman PT Agung Sedayu Group Sugianto Kusuma alias Aguan.
Agung Sedayu Group, yang mengelola reklamasi melalui anak perusahaan miliknya, PT Kapuk Naga Indah, mendapat jatah lima pulau, yakni A, B, C, D, dan E. Sedangkan Agung Podomoro Land mengelola reklamasi Pulau G melalui anak perusahaannya, PT Muara Wisesa Samudra.
Bahkan, masih menurut sumber itu, ada transfer uang kepada Sunny setiap kali Aguan hendak bertemu dengan Ahok. Transfer itulah yang menguatkan keputusan KPK mencekal Sunny. "Transfer uang inilah yang menjadi dasar pencekalan," ucap sumber tersebut.
Pada Rabu, 13 April 2015, Sunny diperiksa KPK sebagai saksi untuk Sanusi. Ikut diperiksa pula Aguan. Keduanya datang dalam jangka waktu berdekatan dan saling melempar senyum saat bertemu. Sunny mempersilakan Aguan duduk di sampingnya.
Cawe-cawe Sunny dalam pembahasan perda reklamasi membuat Ahok ikut juga disorot. Bukan menjadi rahasia lagi, Ahok memang berhubungan cukup erat dengan Sunny. Keduanya pertama kali bertemu pada 2009 ketika Ahok masih menjabat Bupati Belitung Timur.
Sunny merupakan Direktur Eksekutif Center for Democracy and Transparency, yang pernah mendukung pasangan Ahok-Eko Cahyono di pilkada Bangka Belitung, meski akhirnya gagal. Sejak itu, Sunny selalu mengikuti kegiatannya untuk keperluan disertasi politik tentang Ahok di Northern Illinois University, Amerika Serikat.
Sunny pun akhirnya ikut Ahok ke Balai Kota DKI Jakarta. Namun statusnya tidak jelas. Sunny disebut-sebut menjadi staf ahli Gubernur DKI. Namun ada juga versi lain yang menyebutkan ia hanya magang. Ahok sendiri menyatakan tidak punya staf resmi.
Menurut Ahok, Sunny, yang juga pernah berkecimpung di lembaga Center for Strategic and International Studies, adalah penasihat politiknya. Ia pernah mengajak Sunny bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Nasional Demokrat Surya Paloh.
Dalam proses menuju pilkada DKI 2017, Sunny dikabarkan ikut juga berperan dalam proses pengumpulan dukungan independen oleh organisasi Teman Ahok. Namun, Ahok mengatakan, Sunny hanya sebagai pemantau. "Tidak terlibat langsung," ucapnya.
Dalam kasus dugaan suap reklamasi, Sunny diduga berperan sebagai perantara dalam lobi-lobi pembahasan raperda reklamasi. Sunny membantah bila dikatakan membantu lobi. Dia menyebutkan hanya menghubungkan kepentingan pengusaha dengan Ahok.
"Intinya, saya menerima informasi dari pengembang dan saya menyampaikannya kepada Pak Gubernur serta eksekutif," kata dia.
Ia tidak memungkiri memiliki kedekatan dengan pengembang, salah satunya Aguan. Komunikasi yang dilakukannya hanya terkait pengaturan jadwal pertemuan dengan Ahok. "Kalau sama Pak Aguan, sebulan sekalilah. Yang lain juga begitu ketemunya, sebulan sekali, kok," tutur Sunny.
Namun Sunny mengklaim tidak tahu-menahu tentang aliran uang untuknya ataupun untuk dana kepentingan pilkada Ahok. "Enggak ada. Itu juga tidak ditanyakan (KPK)," tuturnya.
Ahok memang memiliki kedekatan dengan Aguan. Ia sering bertemu sekadar makan bersama. "Gue sama Aguan dekat. Kadang makan pempek tiga minggu sekali, kadang sebulan sekali di Tzu Chi (yayasan keagamaan tempat Aguan menjadi aktivis). Enggak salah, kan?" kata dia.
Meski dekat dengan siapa pun, Ahok mengatakan mereka tidak akan bisa menyetir kebijakannya. Termasuk keinginan para pengembang agar kompensasi reklamasi diturunkan dari 15 persen menjadi 5 persen. "Bagi saya, Sunny, siapa pun, terserah mau kasih masukan, tapi enggak bisa pengaruhi saya," katanya.
http://x.detik.com/detail/investigas...ta-2/index.php
Rupanya mau Korupsi Berjamaah nih dprd
0
1.1K
Kutip
6
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan