- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Masih sandera WNI, kini Abu Sayyaf culik empat ABK Malaysia
TS
virgoboyz96
Masih sandera WNI, kini Abu Sayyaf culik empat ABK Malaysia
Quote:
Masih sandera WNI, kini Abu Sayyaf culik empat ABK Malaysia
Merdeka.com - Setelah menyandera 10 WNI yang hingga kini belum diketahui kabarnya, kelompok Islam garis keras Filipina Abu Sayyaf kembali menculik empat anak buah kapal (ABK) asal Malaysia.
Media lokal melaporkan, empat awak kapal asal Malaysia itu tengah menyandarkan kapal di wilayah perairan Sabah. Wilayah ini juga yang diduga dilewati oleh kapal Brahma 12 dan Anand 12 milik Indonesia sebelum dibajak.
Komisioner Kepolisian Sabah Abdul Rashid Harun mengatakan otoritasnya tengah melakukan investigasi. Penculikan ABK itu diketahui pada Jumat kemarin.
"Wilayah itu luas dan kami memiliki wewenang di sana. Jadi kami saat ini sedang menyelidiki apakah itu terjadi di perairan Filipina atau Malaysia," kata Abdul kepada media lokal Bernama, yang dikutip oleh Manila Times, Sabtu (2/4).
Laporan mengenai besar kapal masih simpang siur, karenanya kepolisian laut Malaysia berusaha untuk mencari tahu kejadian yang sebenarnya.
Wilayah selatan Filipina memang diketahui banyak bajak laut. Pemerintah juga mengatakan, sebagian besar wilayah selatan dihuni oleh penduduk muslim Filipina, di sana juga diketahui sebagai basisnya kelompok Abu Sayyaf.
Kelompok ini mengklaim sering menculik dan menyandera anak buah kapal dari berbagai negara. Mereka juga terlibat dalam penyekapan dua turis Kanada dan seorang pemilik resor asal Norwegia.
(mdk/pan)
http://m.merdeka.com/dunia/masih-san...-malaysia.html
Merdeka.com - Setelah menyandera 10 WNI yang hingga kini belum diketahui kabarnya, kelompok Islam garis keras Filipina Abu Sayyaf kembali menculik empat anak buah kapal (ABK) asal Malaysia.
Media lokal melaporkan, empat awak kapal asal Malaysia itu tengah menyandarkan kapal di wilayah perairan Sabah. Wilayah ini juga yang diduga dilewati oleh kapal Brahma 12 dan Anand 12 milik Indonesia sebelum dibajak.
Komisioner Kepolisian Sabah Abdul Rashid Harun mengatakan otoritasnya tengah melakukan investigasi. Penculikan ABK itu diketahui pada Jumat kemarin.
"Wilayah itu luas dan kami memiliki wewenang di sana. Jadi kami saat ini sedang menyelidiki apakah itu terjadi di perairan Filipina atau Malaysia," kata Abdul kepada media lokal Bernama, yang dikutip oleh Manila Times, Sabtu (2/4).
Laporan mengenai besar kapal masih simpang siur, karenanya kepolisian laut Malaysia berusaha untuk mencari tahu kejadian yang sebenarnya.
Wilayah selatan Filipina memang diketahui banyak bajak laut. Pemerintah juga mengatakan, sebagian besar wilayah selatan dihuni oleh penduduk muslim Filipina, di sana juga diketahui sebagai basisnya kelompok Abu Sayyaf.
Kelompok ini mengklaim sering menculik dan menyandera anak buah kapal dari berbagai negara. Mereka juga terlibat dalam penyekapan dua turis Kanada dan seorang pemilik resor asal Norwegia.
(mdk/pan)
http://m.merdeka.com/dunia/masih-san...-malaysia.html
Update
Quote:
Sempat diculik Abu Sayyaf, tiga WNI di kapal Malaysia dilepaskan
Merdeka.com - Menurut laporan dari harian the Star yang mengutip sumber militer Filipina, sekitar delapan orang pria bersenjata membajak kapal Malaysia pada Jumat malam di perairan sebelah timur Sabah.
Dua dari pembajak itu mengklaim mereka adalah anggota kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina, seperti dilansir situs International Business Times, Sabtu (2/4).
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal mengatakan telah terjadi perampokan dan penculikan ABK terhadap kapal Tug Boat bendera Malaysia "MASSIVE 6" Highline Shipping Sdn Bhd di perairan Ligitan pada pukul 18.15 kemarin.
Dalam pesan singkat yang diterima merdeka.com, Iqbal menuturkan, kapal itu terdiri dari sembilan anak buah kapal (ABK) (4 orang WN Malaysia; 2 orang WN myanmar; dan 3 orang WNI).
Dari 9 ABK tersebut hanya 4 orang yang diculik dan masih disandera. Yang lainnya dibebaskan. Seluruh ABK yg disandera adalah WN Malaysia.
"dua WN Myanmar dan tiga WNI telah dilepaskan," kata Iqbal.
Kelima ABK tersebut sudah diselamatkan oleh otoritas Malayisa dan saat ini sudah berada di Tawau untuk dimintai keterangan oleh otoritas Malaysia.
Peristiwa itu hanya berselang beberapa hari setelah 10 WNI diculik kelompok Abu Sayyaf saat dalam perjalanan memakai kapal menuju Filipina. Mereka hingga kini masih disandera.
(mdk/pan)
http://m.merdeka.com/dunia/sempat-di...ilepaskan.html
Merdeka.com - Menurut laporan dari harian the Star yang mengutip sumber militer Filipina, sekitar delapan orang pria bersenjata membajak kapal Malaysia pada Jumat malam di perairan sebelah timur Sabah.
Dua dari pembajak itu mengklaim mereka adalah anggota kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina, seperti dilansir situs International Business Times, Sabtu (2/4).
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal mengatakan telah terjadi perampokan dan penculikan ABK terhadap kapal Tug Boat bendera Malaysia "MASSIVE 6" Highline Shipping Sdn Bhd di perairan Ligitan pada pukul 18.15 kemarin.
Dalam pesan singkat yang diterima merdeka.com, Iqbal menuturkan, kapal itu terdiri dari sembilan anak buah kapal (ABK) (4 orang WN Malaysia; 2 orang WN myanmar; dan 3 orang WNI).
Dari 9 ABK tersebut hanya 4 orang yang diculik dan masih disandera. Yang lainnya dibebaskan. Seluruh ABK yg disandera adalah WN Malaysia.
"dua WN Myanmar dan tiga WNI telah dilepaskan," kata Iqbal.
Kelima ABK tersebut sudah diselamatkan oleh otoritas Malayisa dan saat ini sudah berada di Tawau untuk dimintai keterangan oleh otoritas Malaysia.
Peristiwa itu hanya berselang beberapa hari setelah 10 WNI diculik kelompok Abu Sayyaf saat dalam perjalanan memakai kapal menuju Filipina. Mereka hingga kini masih disandera.
(mdk/pan)
http://m.merdeka.com/dunia/sempat-di...ilepaskan.html
Quote:
Indonesia tidak akan beri uang tebusan ke kelompok penculik 10 WNI
Merdeka.com - Indonesia bertekad tidak akan tunduk terhadap permintaan uang tebusan dari para penyandera yang diduga kelompok Abu Sayyaf. Hal itu disampaikan Kepala Badan Intelijen Negara, Sutiyoso.
"Itu prinsip kita, kita akan upayakan pembebasan tanpa syarat," ujar Sutiyoso seperti dikutip dari Antara, Sabtu (2/4).
Walau tidak akan tunduk alias membayar uang tebusan, kata dia, pemerintah tetap akan menggunakan cara-cara dengan kekuatan halus (soft power) untuk menyelesaikan kasus penyanderaan 10 WNI yang disandera di Filipina.
"Dalam masalah WNI kita disandera di Filipina itu, kita tetap akan melakukan soft power dengan negosiasi ini lebih kuat dan menguntungkan saya lihat karena minim korban jiwa dan biaya," kata Sutiyoso.
Pemerintah, kata dia, telah mengirimkan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, untuk merundingkan pembebasan 10 WNI yang disandera ini dengan pemerintah Filipina terkait opsi dan cara yang akan diambil.
"Kami kan perlu tahu itu, jika misalnya akan dilakukan dengan aksi militer, kami minta dilibatkan di dalamnya dan mungkin meminta izin," ujar Sutiyoso, yang pensiunan letnan jenderal TNI AD dan "besar" di lingkungan Komando Pasukan Khusus TNI AD itu.
Dalam karir militernya, Sutiyoso pernah terjun dalam operasi penggalangan di Timor Timur, dengan rekan-rekan pada masanya, di antaranya Yunus Yosfiah.
Terkait kemungkinan penggunaan operasi militer untuk membebaskan sandera jika nanti pemerintah Filipina tidak mengizinkan militer Indonesia masuk dan tidak ada upaya serius dari pemerintah setempat, sementara tenggat waktu tinggal enam hari lagi, Sutiyoso menekankan menunggu perkembangan yang dibawa Marsudi.
"Untuk operasi militer tergantung mereka izinkan masuk atau tidak. Kita liat aja perkembangannya khan Bu Retno belum pulang, nanti dari Bu Retno kami tahu sikap Filipina dan apa cara yang diambil, kami harus sesuaikan," kata dia.
"Kami juga terus lakukan pendekatan dengan kelompok itu melalui agen BIN yang sudah masuk agar dilakukan pembebasan tanpa syarat," ujarnya.
Sebelumnya, berdasarkan laporan yang beredar, Abu Sayyaf meminta tebusan 50 juta peso atau setara Rp 14,2 miliar, dengan tenggat pada 31 Maret 2016 untuk membebaskan 10 WNI yang disandera dalam kapal tunda Brahma dan kapal tongkang Anand 12.
(mdk/hhw)
http://m.merdeka.com/peristiwa/indon...ik-10-wni.html
Merdeka.com - Indonesia bertekad tidak akan tunduk terhadap permintaan uang tebusan dari para penyandera yang diduga kelompok Abu Sayyaf. Hal itu disampaikan Kepala Badan Intelijen Negara, Sutiyoso.
"Itu prinsip kita, kita akan upayakan pembebasan tanpa syarat," ujar Sutiyoso seperti dikutip dari Antara, Sabtu (2/4).
Walau tidak akan tunduk alias membayar uang tebusan, kata dia, pemerintah tetap akan menggunakan cara-cara dengan kekuatan halus (soft power) untuk menyelesaikan kasus penyanderaan 10 WNI yang disandera di Filipina.
"Dalam masalah WNI kita disandera di Filipina itu, kita tetap akan melakukan soft power dengan negosiasi ini lebih kuat dan menguntungkan saya lihat karena minim korban jiwa dan biaya," kata Sutiyoso.
Pemerintah, kata dia, telah mengirimkan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, untuk merundingkan pembebasan 10 WNI yang disandera ini dengan pemerintah Filipina terkait opsi dan cara yang akan diambil.
"Kami kan perlu tahu itu, jika misalnya akan dilakukan dengan aksi militer, kami minta dilibatkan di dalamnya dan mungkin meminta izin," ujar Sutiyoso, yang pensiunan letnan jenderal TNI AD dan "besar" di lingkungan Komando Pasukan Khusus TNI AD itu.
Dalam karir militernya, Sutiyoso pernah terjun dalam operasi penggalangan di Timor Timur, dengan rekan-rekan pada masanya, di antaranya Yunus Yosfiah.
Terkait kemungkinan penggunaan operasi militer untuk membebaskan sandera jika nanti pemerintah Filipina tidak mengizinkan militer Indonesia masuk dan tidak ada upaya serius dari pemerintah setempat, sementara tenggat waktu tinggal enam hari lagi, Sutiyoso menekankan menunggu perkembangan yang dibawa Marsudi.
"Untuk operasi militer tergantung mereka izinkan masuk atau tidak. Kita liat aja perkembangannya khan Bu Retno belum pulang, nanti dari Bu Retno kami tahu sikap Filipina dan apa cara yang diambil, kami harus sesuaikan," kata dia.
"Kami juga terus lakukan pendekatan dengan kelompok itu melalui agen BIN yang sudah masuk agar dilakukan pembebasan tanpa syarat," ujarnya.
Sebelumnya, berdasarkan laporan yang beredar, Abu Sayyaf meminta tebusan 50 juta peso atau setara Rp 14,2 miliar, dengan tenggat pada 31 Maret 2016 untuk membebaskan 10 WNI yang disandera dalam kapal tunda Brahma dan kapal tongkang Anand 12.
(mdk/hhw)
http://m.merdeka.com/peristiwa/indon...ik-10-wni.html
Update
Quote:
Tiga WNI dilepas Abu Sayyaf telah dikontak tim KJRI Tawau
Merdeka.com - Pemerintah menyatakan identitas tiga Warga Negara Indonesia yang baru saja dilepas oleh militan Abu Sayyaf telah diperoleh tim Konsulat Jenderal di Tawau, Sabah, Malaysia. Tim KJRI akan mengusahakan mereka segera dibawa ke lokasi aman.
Inisial tiga WNI bekerja sebagai awak kapal Malaysia itu adalah H (asal JakartaPusat), PK (Jawa Timur), dan IB (Sulawesi Selatan). "(Ketiganya) sudah dihandle oleh konsul RI Tawau," kata Lalu Muhammad Iqbal, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri melalui pesan singkat diterima merdeka.com, Minggu (3/4).
Kasus tiga WNI yang dilepas ini berbeda dari rombongan 10 WNI lainnya yang disekap di sekitar Kepulauan Sulu. Ketiganya adalah awak apal Tug Boat bendera Malaysia "MASSIVE 6" Highline Shipping Sdn Bhd yang sedang berlayar di Perairan Ligitan.
Pada Jumat (1/4) malam waktu setempat, delapan pria bersenjata menyerbu kapal, lantas menawan seluruh kelasi dan nahkoda. Dari 10 ABK di kapal tersebut hanya 4 orang yang diculik dan masih disandera, sisanya dibebaskan. Seluruh ABK yang disandera berpaspor Malaysia.
Komisioner Kepolisian Sabah, Abdul Rashid Harun, mengatakan timnya tengah melakukan investigasi. Penculikan ABK itu diketahui pada Jumat kemarin.
"Wilayah itu luas dan kami memiliki wewenang di sana. Jadi kami saat ini sedang menyelidiki apakah itu terjadi di perairan Filipina atau Malaysia," kata Abdul kepada Kantor Berita Bernama.
http://m.merdeka.com/dunia/tiga-wni-...jri-tawau.html
Merdeka.com - Pemerintah menyatakan identitas tiga Warga Negara Indonesia yang baru saja dilepas oleh militan Abu Sayyaf telah diperoleh tim Konsulat Jenderal di Tawau, Sabah, Malaysia. Tim KJRI akan mengusahakan mereka segera dibawa ke lokasi aman.
Inisial tiga WNI bekerja sebagai awak kapal Malaysia itu adalah H (asal JakartaPusat), PK (Jawa Timur), dan IB (Sulawesi Selatan). "(Ketiganya) sudah dihandle oleh konsul RI Tawau," kata Lalu Muhammad Iqbal, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri melalui pesan singkat diterima merdeka.com, Minggu (3/4).
Kasus tiga WNI yang dilepas ini berbeda dari rombongan 10 WNI lainnya yang disekap di sekitar Kepulauan Sulu. Ketiganya adalah awak apal Tug Boat bendera Malaysia "MASSIVE 6" Highline Shipping Sdn Bhd yang sedang berlayar di Perairan Ligitan.
Pada Jumat (1/4) malam waktu setempat, delapan pria bersenjata menyerbu kapal, lantas menawan seluruh kelasi dan nahkoda. Dari 10 ABK di kapal tersebut hanya 4 orang yang diculik dan masih disandera, sisanya dibebaskan. Seluruh ABK yang disandera berpaspor Malaysia.
Komisioner Kepolisian Sabah, Abdul Rashid Harun, mengatakan timnya tengah melakukan investigasi. Penculikan ABK itu diketahui pada Jumat kemarin.
"Wilayah itu luas dan kami memiliki wewenang di sana. Jadi kami saat ini sedang menyelidiki apakah itu terjadi di perairan Filipina atau Malaysia," kata Abdul kepada Kantor Berita Bernama.
http://m.merdeka.com/dunia/tiga-wni-...jri-tawau.html
Update
Quote:
Pemerintah ke depankan dialog bebaskan 10 WNI ditawan Abu Sayyaf
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo menegaskan pemerintah berkomitmen penuh untuk membebaskan 10 awak kapal asal Indonesia yang disandera oleh kelompok garis keras Abu Sayyaf di Filipina. Untuk membebaskan 10 WNI itu, opsi dialog akan dikedepankan oleh pemerintah Indonesia.
"Opsi dialog tetap dilakukan, untuk menyelamatkan yang disandera," kata Jokowi usai menonton babak pertama final Bhayangkara di Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (3/4).
Saat ditanya apakah pemerintah akan membayar uang tebusan 50 juta Peso seperti yang diminta oleh kelompok Abu Sayyaf apabila sudah mentok, dia kembali hanya menyatakan opsi dialog akan diutamakan.
"Ya ini tadi yang terakhir opsi dialog," ujarnya.
Jokowi juga telah meminta Menteri Luar Negeri Retno L Marsudi terbang ke Filipina untuk melakukan koordinasi dengan pemerintahan Filipina.
"Kita sudah mengutus secara khusus Menteri Luar Negeri untuk berbicara dengan pemrintah Filipina dan kita harus tahu itu kejadiannya ada di wilayah Filipina sehingga kita tidak bisa masuk seenaknya. Gak bisa
Meski demikian, Jokowi menegaskan telah menginstruksikan pasukan TNI untuk bersiaga di daerah terdekat dengan Filipina, yaitu di Tarakan, Kalimantan Utara.
"Kita juga sudah menyiapkan psukan reaksi cepat kita di Tarakan, terus saya pantau terus. Baik mulai latihan, mulai simulasi kalau diperlukan. Tetapi kalau masuk negara lain harus ada izin dan memang kesulitannya kemarin dilaporkan dari Menteri Luar Negeri menjadi satu saya kontak harus ada izin dari parlemen nah ini yang masih belum," ujarnya.
http://m.merdeka.com/peristiwa/pemer...bu-sayyaf.html
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo menegaskan pemerintah berkomitmen penuh untuk membebaskan 10 awak kapal asal Indonesia yang disandera oleh kelompok garis keras Abu Sayyaf di Filipina. Untuk membebaskan 10 WNI itu, opsi dialog akan dikedepankan oleh pemerintah Indonesia.
"Opsi dialog tetap dilakukan, untuk menyelamatkan yang disandera," kata Jokowi usai menonton babak pertama final Bhayangkara di Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (3/4).
Saat ditanya apakah pemerintah akan membayar uang tebusan 50 juta Peso seperti yang diminta oleh kelompok Abu Sayyaf apabila sudah mentok, dia kembali hanya menyatakan opsi dialog akan diutamakan.
"Ya ini tadi yang terakhir opsi dialog," ujarnya.
Jokowi juga telah meminta Menteri Luar Negeri Retno L Marsudi terbang ke Filipina untuk melakukan koordinasi dengan pemerintahan Filipina.
"Kita sudah mengutus secara khusus Menteri Luar Negeri untuk berbicara dengan pemrintah Filipina dan kita harus tahu itu kejadiannya ada di wilayah Filipina sehingga kita tidak bisa masuk seenaknya. Gak bisa
Meski demikian, Jokowi menegaskan telah menginstruksikan pasukan TNI untuk bersiaga di daerah terdekat dengan Filipina, yaitu di Tarakan, Kalimantan Utara.
"Kita juga sudah menyiapkan psukan reaksi cepat kita di Tarakan, terus saya pantau terus. Baik mulai latihan, mulai simulasi kalau diperlukan. Tetapi kalau masuk negara lain harus ada izin dan memang kesulitannya kemarin dilaporkan dari Menteri Luar Negeri menjadi satu saya kontak harus ada izin dari parlemen nah ini yang masih belum," ujarnya.
http://m.merdeka.com/peristiwa/pemer...bu-sayyaf.html
Diubah oleh virgoboyz96 03-04-2016 17:11
0
3.4K
Kutip
35
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan