Lima puluh tahun sudah Surat Perintah Sebelas Maret hilang tak berbekas. Upaya untuk menemukan dokumen asli surat yang memberikan kekuasaan besar kepada Jenderal Soeharto dari tangan Presiden Soekarno hingga kini tak menuai hasil. Tiga dokumen yang sejak dulu tersimpan di Arsip Nasional ternyata kesemuanya bukanlah surat asli.

Setiap tanggal 11 Maret, cerita di balik keluarnya surat yang berisi kalimat 'untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi keamanan' membuat polemik di republik. Apalagi dengan surat itu pula pembunuhan sejumlah orang Indonesia pasca Gerakan 30 September terjadi.

Menurut Sidarto Danusubroto, mantan ajudan Soekarno yang kini menjadi anggota dewan pertimbangan presiden Jokowi, presiden Soekarno saat itu merasa ditikung oleh Soeharto. Menurutnya dengan Super Semar itu pula, gerak-gerik Bung Karno dibatasi oleh Soeharto. Bahkan termasuk untuk bertemu keluarganya sekalipun. Hingga menjelang ajal Bung Karno hidup sendirian, tanpa ada keluarga yang mendampingi.

Hari-hari terakhir Bung Karno memang bukanlah hari-hari yang membahagiakan, meski ia adalah sosok pemimpin besar di republik ini. Di akhir hayatnya, hidup presiden pertama Indonesia ini justru dibuat menderita oleh penguasa saat itu, rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto.

Bung Karno dikarantina. Tidak boleh ke mana-mana. Bahkan, sekali lagi, untuk bertemu keluarganya pun sangat dipersulit. Dalam kondisi seperti itu, Bung karno menjadi lebih sering sakit dan semakin lama sakitnya justru semakin kompleks.

Hingga pada akhirnya, pada 21 Juni 1970 Pukul 19.00, Bung karno wafat,. Indonesia kehilangan proklamator dan pemimpin besar yang telah memerdekakan bangsa ini dari penjajahan. Tetapi, kita sendiri tidak mampu memberikan penghormatan yang layak di akhir hayatnya.

Dusclaimer : Maaf Gan..Sis, masih kaku. Maklumlah, masih nyubi. Jadi ya begini. Semoga informasinya dapet.

http://darulazis.blogspot.co.id/2016...hayat.html?m=1