kaskusiandehloAvatar border
TS
kaskusiandehlo
Haruskah Kita Membenci Plastik?
Beberapa daerah di Indonesia saat ini sudah menetapkan kebijakan kantong plastik berbayar, terutama di peritel besar seperti Alfamart, Indomaret, Carrefour dan lain sebagainya. Ada kemungkinan pasar tradisional juga akan dikenai kebijakan tersebut. Kebijakan yang cukup baik saya kira, karena bertujuan mengurangi calon timbunan sampah berdasarkan prinsip 3R : “Reduce, Reuse, Recycle“. Yang dituju oleh pemerintah saat ini adalah R yang pertama, yaitu Reduce.







Plastik merupakan material pertama yang disasar pemerintah untuk dikurangi, karena sifatnya yang menurut mereka undegradable alias sulit untuk diurai oleh alam. Klaim mereka, plastik membutuhkan waktu 100 – 500 tahun hingga bisa hancur sempurna oleh alam. Bahkan ada sebuah lelucon yang mengatakan seperti ini,



“Kalau dunia kiamat, yang hancur terakhir kali itu adalah plastik!”



Benci boleh, tapi terlalu benci juga jangan. Terlalu benci terhadap sesuatu kadang membuat kita tidak bisa lagi bersikap objektif terhadap suatu masalah, seperti pada komentar di atas tersebut. Ayolah, banyak plastik yang sudah lebih green saat ini, mudah diurai oleh alam dengan berbagai mekanismenya.



Jika kita melihat dari kacamata lain, plastik sebenarnya bisa kita anggap sebagai penyelamat, karena bisa menggantikan penggunaan kertas yang bahan bakunya adalah pulp, yang dihasilkan dari kayu alias pohon. Plastik, dengan kriteria tertentu, juga dapat menggantikan logam sehingga dapat meminimalisir ongkos produksi dari sebuah produk, karena tentu saja plastik jauh lebih murah dibanding logam.



Jika saya boleh berbagi, memang benar lumrahnya, plastik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bisa dihancurkan oleh alam, dengan berbagai mekanismenya. Namun, harap digarisbawahi: OLEH ALAM. Jika dan hanya jika OLEH ALAM. Artinya hanya oleh panas, tekanan, mikroba, dan lain sebagainya. Tapi bagaimana jika di tangan mesin pencacah, atau mesin penggiling? Dalam hitungan menit, mereka akan hancur dan menjadi barang yang kembali mempunyai nilai guna.



Bombastisnya pemberitaan mengenai peraturan kantong plastik berbayar, jangan lantas membuat kita melupakan sengkarutnya waste management atau tata kelola sampah di negeri ini. Masih banyak segmen yang bisa dikelola untuk mengoptimalkan sampah dari sesuatu yang tidak berguna, menjadi sesuatu yang mempunyai nilai guna lebih, seperti waste recycle (daur ulang sampah), waste to energy (sampah menjadi energi), dan bahkan banyak industri kreatif yang menggunakan berbagai jenis sampah sebagai bahan bakunya.



Namun untuk mencapai hal tersebut, sangat sulit setidaknya untuk saat ini, karena pemilahan sampah berdasarkan jenisnya masih jauh dari kata optimal. Di beberapa negara maju, sampah sudah dipisahkan berdasarkan jenisnya (plastik, kertas, kaleng, dan organik) mulai dari rumah tangga. Artinya, ketika pembantu rumah tangga membuang sampah, dia harus sudah memisahkannya berdasarkan jenis tersebut. Jika sampah masih tercampur, sangat mungkin keluarga tersebut akan dikenakan denda.









Apa sih tujuan dari pemilahan tersebut? Tak lain agar memudahkan industri daur ulang untuk melakukan tugasnya, sehingga persentase sampah yang dibuang dan yang didaur ulang kembali menjadi lebih tinggi.



Faktanya, di Indonesia, sampah masih tercampur-campur antara sampah rumah tangga, plastik, kertas, kaleng, beling, dan lain sebagainya. Akibatnya, para pemulung sebagai garda terdepan industri daur ulang, mengalami kesulitan untuk memilahnya. Jikapun mereka sudah berhasil memilah berdasarkan jenisnya, kebanyakan dalam kondisi kotor sehingga bisa menyulitkan dan mengurangi kualitas produk daur ulangnya.



Berdasarkan info yang saya dapat, saat ini industri daur ulang plastik di Indonesia mengalami shortage alias mengalami kekurangan terhadap pasokan bahan baku. Intinya, mereka kekurangan sampah. Untuk mendapatkan sampah dari para pengepul (alias pemulung), mereka harus deposit sejumlah uang dulu dan mendapatkan sampahnya setelah beberapa waktu, karena sampahnya dalam kondisi indent! Masalahnya ya itu, para pengepul kesulitan dalam memisahkan berbagai jenis material di gunungan sampah Bantar Gebang!





Bayangkan jika pemilahan sampah sudah dilakukan secara optimal, mulai dari hulu ke hilirnya, bayangkan berapa jenis industri yang akan berkembang pesat pada akhirnya, dan selanjutnya akan menaikkan taraf hidup masyarakat. Kualitas bahan baku untuk industri daur ulang (plastik dan kertas) juga akan meningkat karena terpisah dari sampah organik. Juga, timbunan sampah yang menggunung di tempat pembuangan akhir (TPA) seperti Bantar Gebang juga akan jauh berkurang, karena sampah-sampah sudah dapat diolah kembali bahkan sebelum dibuang ke landfill.



Intinya adalah, jangan berlebihan terhadap segala sesuatu. Bijaklah.

Bijak untuk tidak menggunakan plastik.

Kalau belanja di Indomaret cuma rokok 1 bungkus, nggak usah minta plastik.

Bijak dalam menggunakan plastik.

Kalau belanja di Alfamart 1 kantong plastik udah cukup, jangan minta 2.

Buang sampahnya jangan sembarangan.

Kalau bisa dipakai lagi, ya dipakai lagi.

Bijak dalam membuang plastik.

Kalau ketemu tempat sampah yang dipisah berdasarkan jenisnya (biasanya merah, kuning atau hijau), buang sesuai peruntukannya. Jangan dicampur-campur.



Jangan musuhi plastiknya, tapi rubah kebiasaannya.


Spoiler for Notes::
0
2.2K
29
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan