Metrotvnewscom Jakarta: Kawasan Kalijodo jadi bahan pemberitaan dua pekan ini. Penyebabnya, rencana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menggusur kawasan yang juga dijadikan tempat hiburan malam tersebut.

Rencana lelaki yang akrab disapa Ahok itu barang tentu bukan semata menggusur warga. Ahok punya rencana membikin kawasan bantaran kali tersebut jadi taman asri.

Boleh jadi, Ahok punya rencana. Boleh pula, warga punya pendapat. Keduanya kini bersawala dengan renjana yang berbeda.

Warga RW 005 Kelurahan Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, punya tafsir sendiri buat lahan yang mereka tempati. Di lokasi yang kerap disebut lokalisasi itu, warga sudah tinggal hingga beranak pinak. Di lahan samping kali itu pula, mereka mengais rezeki.

Tapi, Ahok tak sepemahaman. Suami Veronika Tan punya interpretasi sendiri buat lahan yang warga duduki. Meski ada 3.032 warga dan 1.356 kepala keluarga, Ahok tetap berniat merelokasi mereka. Buat Ahok, bantaran kali tak layak ditempati dan bakal diperuntukan ruang terbuka hijau.


Jumlah warga Kalijodo (MTVN.Arga Sumantri)

Rencana sudah disiapkan sejak empat tahun ke belakang, tepatnya 2012. Sosialisasi perdana soal relokasi sudah didengungkan kala Ahok masih jadi wakil Jokowi di Pemprov DKI. Empat tahun berlalu, relokasi tak kunjung melaju.

Riak penolakan warga di awal 2012 sempat mendengung. Seiring waktu, riak hilang, dan rencana hampir usang. Nahas, Riki pengendara Toyota Fortuner malah bikin ulah. Pengendara motor tewas ditabrak Riki yang mengantuk usai keluyuran mengicip hiburan di Kalijodo. Kejadiannya, tepat di perayaan Imlek 2567.

Ahok pun berang. Hiburan malam malah bikin nyawa orang melayang. Rencana lama yang tak kunjung jalan, kembali digas. Warga kudu angkat kaki dari Kalijodo. Warga pun kembali beriak. Mereka tak mau angkat kaki.


Daeng Aziz, tokoh Kalijodo (MTVN.Meilikhah)

Lain Ahok, lain pula Abdul Aziz alias Daeng Aziz. Tokoh masyarakat Kalijodo ini mengatakan, tak ada alasan buat menggusur Kalijodo. Apalagi, kata Aziz, jika Kalijodo dibilang berdiri di kawasan resapan air.

Jurangan minuman keras di kawasan hiburan malam itu mengatakan, kawasan Kalijodo sudah tegak sejak 1970-an. Ada jeda 40 tahun antara berdirinya kawasan dengan rencana Ahok menggusur permukiman. Aziz pun balik bertanya, siapakah yang sasau?

"Mereka (Pemerintah) kurang paham," kata Aziz di Gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin awal pekan ini.

Penolakan Aziz dan warga tak membikin Ahok urung niat. Ahok tahu kawasan itu sudah ada sejak 1970-an. Tapi siapa nyana, kawasan itu jelas berada di jalur hijau yang juga milik negara. Barang tentu itu berarti kawasan tak boleh dihuni.

Kilahan Aziz dan warga makin membikin Ahok bernafsu. Barang tentu, Ahok tahu apa yang harus dilakukan.

"Pokoknya kalau kamu menduduki tanah negara, ya kami sikat," kata Ahok di Lapangan Makodam Jaya, Jalan Mayjen Sutoyo, Cawang, Jakarta Timur, kemarin.


Kalijodo berdiri di Bantaran Kali (MTVN.Arga Sumantri)

Jelas sudah, renjana keduanya berbeda. Ahok punya alasan menggusur Kalijodo. Tak semata soal pramuriaan, tapi soal daerah resapan air dan pengentasan daerah kumuh.

Bekas Bupati Belitung Timur itu tak mau Jakarta tampak kumuh dan ingin warga punya rumah yang layak. Tapi warga, tak juga percaya. Mereka enggan sumber mata pencaharian mereka dibumihanguskan.

Ahok pun mengirim Surat Pemberitahuan (SP) 1 penggusuran buat warga di kawasan Kalijodo, hari ini. Apa dinyana, warga pun manut. Rencana warga melawan dengan preman sebatas angan-angan.

Empat jam selepas SP1, sejummlah warga putus kata mau direlokasi. Asalkan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak merampas hak warga dengan memberikan ganti rugi yang setimpal.

Lantas apa dikata jika DKI tak jua memberi ganti rugi?

Sumber : http://news.metrotvnews.com/read/201...i-bahan-sawala

---

Kumpulan Berita Terkait PENGGUSURAN KALIJODO :

- 29 Februari, Kalijodo Rata dengan Tanah

- Nostalgia Kombes Krishna di Kalijodo

- Manusiakan Kami Sebagai Warga DKI Jakarta, karena Kami Punya Hak Hidup di Jakarta