- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Aquadragon Swim Jadi Sarana Keterbukaan JIS Pada Masyarakat
TS
khoezains
Aquadragon Swim Jadi Sarana Keterbukaan JIS Pada Masyarakat
Siapa Bilang jis itu tertutup?? simak nih gan artikelnya ..
Quote:
Ada yang berbeda di akhir pekan Oktober 2015 lalu di kolam renang Jakarta Intercultural School (JIS). Jika banyak orang asing yang berseliweran, bukan hal aneh. Namun hari minggu itu, justeru banyak orang pribumi yang meluncur di kolam nan jernih dengan kedalaman sekitar lebih dari 2 meter itu.
Mula dari anak usia 7 tahun hingga 14 tahun, terlihat bersemangat meluncur dari ujung kolam untuk memenangkan kompetisi hari itu. “Time keeper” atau pencatat waktu digital layaknya kolam renang bagi atlet Internasional, juga digunakan dalam kompetisi tersebut.
Memang, akhir pekan ini JIS menjadi tuan rumah untuk kompetisi renang yang melibatkan hampir 400 orang perenang dari umur 7 – 14 tahun. Jumlah itu adalah akumulasi dari anggota 22 tim dan klub renang di sekitar JIS, bahkan ada yang dari luar kota juga.
“Kita biasanya memang bikin setahun 2 kali untuk skala besar, dan saat ini bukan khusus pertandingan mengatasnamakan sekolah tapi lebih kepada klub secara umum,” kata Jenny Ohlsson, penanggung jawab program Aquadragon Swim, Minggu (1/11) di JIS.
Menurut Jenny, tujuan dari kompetisi ini adalah memfasilitasi para atlet dan calon atlet khususnya di Jakarta agar semangat kompetisinya tetap tumbuh.
“Sebab diakui, saat ini di Indonesia jarang sekali kompetisi renang secara khusus yang diadakan bagi perenang-perenang muda,” ungkap Jenny.
Berbeda dengan di luar negeri, yang selalu ada pertandingan untuk menjaga rekor “Best Time” mereka dalam olahraga air ini, kata Jenny lagi. Pelaksanaan even Aquadragon Swim ini sendiri sudah berjalan di tahun ke-4. “Kita melaksanakan setahun itu 2 kali,” ujar Jenny.
Masalah peminat, diakui Jenny sangat banyak. “Kalau di Jakarta sendiri memang banyak klub renangnya, namun minim kompetisi,” ungkapnya. Karena itu, kegiatan di sekolah internasional ini selalu digandrungi oleh semua klub renang yang ada di Jakarta khususnya. Mereka selalu menunggu-nunggu, kapan ada kompetisi Aquadragon Swim di JIS ini.
“Bahkan pernah, ada sekitar 30 klub mendaftar sehingga peserta membludak hingga 600 atlet renang ikut dalam kompetisi itu,” kata Jenny. Peserta itu memang sangat serius dalam kompetisi ini, lantaran di even inilah mereka bisa membuktikan daya sang mereka dalam olahraga renang.
Bagaimana tidak, kolam renang berkedalaman lebih dari 2 meter dengan lintasan 25 meter dan air yang terjaga kebersihannya, jelas mendekati standar kolam renang internasional. Ditambah lagi, fasilitas wasit dan sisitem penilaian yang serba digital menjadikan mereka terbiasa dalam atmosfer kompetisi internasional.
“Kendalanya, bahasa dan sistem yang biasa berlaku di mereka agak berbeda. Namun hal itu bukan kendala besar, dengan biasanya mereka ada disini akan beradaptasi dengan sendirinya.
Memang, akhir pekan ini JIS menjadi tuan rumah untuk kompetisi renang yang melibatkan hampir 400 orang perenang dari umur 9 – 17 tahun.
Fasilitas selevel internasional
Hal yang membuat atlet tertarik ikut dalam kompetisi di JIS, adalah fasilitas serba elektronik dan lengkap. “Ada Timing system, ada tenaga volunteer yang di tempat lain tak ada. Maka kesan mereka, kalau lomba di JIS ini semua fasilitasnya bagus,” kata Jenny.
“Kelemahan atlet kita, adalah daya saing yang kurang adalah wawasan dan motivasi atlet kita yang terbatas dalam lingkup lokal,” kata Herman Yus. Atas dasar itulah, Yus menilai kompetisi yang diadakan di JIS ini akan mendongkrak wawasan dan semangat atlet yang semula lokal menjadi global.
Dengan pembiasaan bertanding dengan pesaing yang lebih hebat, dan fasilitas serta suasana internasional, maka dengan sendirinya menurut Yus, para atlet itu akan merubah mindset mereka menjadi atlet internasional.
“Saya biasa menamakan keada anak didik saya, agar bisa mengalahkan rekor “Best Time” mereka sendiri, sebab ini adalah hal yang paling sulit,” kata Yus. Hasilnya, beberapa anak didiknya yang sering berlatih dan berkompetisi di JIS ini kerap menjuarai berbagai even skala internasional.
Yus meniai, dengan kegiatan yang bersifat terbuka itu, JIS telah membuktikan bahwa sekolah itu sangat bersahabat dengan masyarakat luar sekolah.
“Menurut saya, kalau ada penilaian JIS sangat tertutup dan terlalu ketat itu kurang tepat. Kalau soal keamanan, wajarlah kita itu adalah tamu di rumah mereka, jadi harus ikut aturan mereka. Ujar Yus.
“Seperti yang kita lihat disini begitu banyak perenang asing maupun lokal yang membaur dan berinteraksi erat satu sama lain tanpa ada dinding pembatas. Justru inilah yang membuat perenang didikan saya senang sekali mengikuti kompetisi ini karena wawasan dan pertemanan yang mereka dapatkan jauh lebih bermanfaat dari pada piala yang kami bawa pulang.” tegas Yus
Selama ini, JIS sebenarnya sudah terbuka. Beberapa sekolah di sekitar JIS seperti MUSIKA, X-Project dan lainnya sudah membuktikan hubungan baik dengan JIS.
Sumber : https://kabarterbaik.wordpress.com/2...da-masyarakat/
Mula dari anak usia 7 tahun hingga 14 tahun, terlihat bersemangat meluncur dari ujung kolam untuk memenangkan kompetisi hari itu. “Time keeper” atau pencatat waktu digital layaknya kolam renang bagi atlet Internasional, juga digunakan dalam kompetisi tersebut.
Memang, akhir pekan ini JIS menjadi tuan rumah untuk kompetisi renang yang melibatkan hampir 400 orang perenang dari umur 7 – 14 tahun. Jumlah itu adalah akumulasi dari anggota 22 tim dan klub renang di sekitar JIS, bahkan ada yang dari luar kota juga.
“Kita biasanya memang bikin setahun 2 kali untuk skala besar, dan saat ini bukan khusus pertandingan mengatasnamakan sekolah tapi lebih kepada klub secara umum,” kata Jenny Ohlsson, penanggung jawab program Aquadragon Swim, Minggu (1/11) di JIS.
Menurut Jenny, tujuan dari kompetisi ini adalah memfasilitasi para atlet dan calon atlet khususnya di Jakarta agar semangat kompetisinya tetap tumbuh.
“Sebab diakui, saat ini di Indonesia jarang sekali kompetisi renang secara khusus yang diadakan bagi perenang-perenang muda,” ungkap Jenny.
Berbeda dengan di luar negeri, yang selalu ada pertandingan untuk menjaga rekor “Best Time” mereka dalam olahraga air ini, kata Jenny lagi. Pelaksanaan even Aquadragon Swim ini sendiri sudah berjalan di tahun ke-4. “Kita melaksanakan setahun itu 2 kali,” ujar Jenny.
Masalah peminat, diakui Jenny sangat banyak. “Kalau di Jakarta sendiri memang banyak klub renangnya, namun minim kompetisi,” ungkapnya. Karena itu, kegiatan di sekolah internasional ini selalu digandrungi oleh semua klub renang yang ada di Jakarta khususnya. Mereka selalu menunggu-nunggu, kapan ada kompetisi Aquadragon Swim di JIS ini.
“Bahkan pernah, ada sekitar 30 klub mendaftar sehingga peserta membludak hingga 600 atlet renang ikut dalam kompetisi itu,” kata Jenny. Peserta itu memang sangat serius dalam kompetisi ini, lantaran di even inilah mereka bisa membuktikan daya sang mereka dalam olahraga renang.
Bagaimana tidak, kolam renang berkedalaman lebih dari 2 meter dengan lintasan 25 meter dan air yang terjaga kebersihannya, jelas mendekati standar kolam renang internasional. Ditambah lagi, fasilitas wasit dan sisitem penilaian yang serba digital menjadikan mereka terbiasa dalam atmosfer kompetisi internasional.
“Kendalanya, bahasa dan sistem yang biasa berlaku di mereka agak berbeda. Namun hal itu bukan kendala besar, dengan biasanya mereka ada disini akan beradaptasi dengan sendirinya.
Memang, akhir pekan ini JIS menjadi tuan rumah untuk kompetisi renang yang melibatkan hampir 400 orang perenang dari umur 9 – 17 tahun.
Fasilitas selevel internasional
Hal yang membuat atlet tertarik ikut dalam kompetisi di JIS, adalah fasilitas serba elektronik dan lengkap. “Ada Timing system, ada tenaga volunteer yang di tempat lain tak ada. Maka kesan mereka, kalau lomba di JIS ini semua fasilitasnya bagus,” kata Jenny.
“Kelemahan atlet kita, adalah daya saing yang kurang adalah wawasan dan motivasi atlet kita yang terbatas dalam lingkup lokal,” kata Herman Yus. Atas dasar itulah, Yus menilai kompetisi yang diadakan di JIS ini akan mendongkrak wawasan dan semangat atlet yang semula lokal menjadi global.
Dengan pembiasaan bertanding dengan pesaing yang lebih hebat, dan fasilitas serta suasana internasional, maka dengan sendirinya menurut Yus, para atlet itu akan merubah mindset mereka menjadi atlet internasional.
“Saya biasa menamakan keada anak didik saya, agar bisa mengalahkan rekor “Best Time” mereka sendiri, sebab ini adalah hal yang paling sulit,” kata Yus. Hasilnya, beberapa anak didiknya yang sering berlatih dan berkompetisi di JIS ini kerap menjuarai berbagai even skala internasional.
Yus meniai, dengan kegiatan yang bersifat terbuka itu, JIS telah membuktikan bahwa sekolah itu sangat bersahabat dengan masyarakat luar sekolah.
“Menurut saya, kalau ada penilaian JIS sangat tertutup dan terlalu ketat itu kurang tepat. Kalau soal keamanan, wajarlah kita itu adalah tamu di rumah mereka, jadi harus ikut aturan mereka. Ujar Yus.
“Seperti yang kita lihat disini begitu banyak perenang asing maupun lokal yang membaur dan berinteraksi erat satu sama lain tanpa ada dinding pembatas. Justru inilah yang membuat perenang didikan saya senang sekali mengikuti kompetisi ini karena wawasan dan pertemanan yang mereka dapatkan jauh lebih bermanfaat dari pada piala yang kami bawa pulang.” tegas Yus
Selama ini, JIS sebenarnya sudah terbuka. Beberapa sekolah di sekitar JIS seperti MUSIKA, X-Project dan lainnya sudah membuktikan hubungan baik dengan JIS.
Sumber : https://kabarterbaik.wordpress.com/2...da-masyarakat/
0
1.6K
Kutip
11
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan