Tugu Adipura Bandar Lampung


Mungkin banyak Kaskuser di sini yang tidak tahu bahwa ibukota Propinsi Lampung, yaitu Kota Bandar Lampung, merupakan langganan pemenang Piala Adipura untuk tingkat Kota Besar. Untuk merayakan Prestasi tersebut, maka dibangunlah sebuah tugu Adipura di salah satu simpang empat yang ramai di pusat Kota Bandar Lampung.

Tugu ini dibuat dengan unsur tradisional yang berupa tatanan payung bersusun tiga khas Lampung dan juga unsur kekayaan fauna, berupa Gajah, yang sedang bermain bola. Di sekitar tugu dihiasi dengan motif kain tapis berwarna coklat tua.

Tugu yang terletak di persimpangan Jalan Jendral Sudirman - Jalan Diponegoro - Jalan Ahmad Yani - Jalan Raden Intan ini memiliki bentuk bundar dengan hiasan air mancur yang asri dengan tinggi sekitar 30 meter hingga ke puncak payung. Di tengah-tengah tugu tertulis penghargaan Adipura dari Presiden Republik Indonesia untuk Kota Besar Terbersih yang tertulis tanggal 5 Juni 1995.

Kota Bandar Lampung juga diberi gelar Kota Tapis Berseri karena dimana-mana dijumpai hiasan kain khas Lampung yaitu Tapis.

Menara Seger2





Menara Siger diresmikan pada tanggal 30 April 2008. Peresmianya disertai dengan pelepasan merpati bersama duta-duta besar Negara asing, seperti Kroatia, Sri Lanka, Jepang, Palestina, Afghanistan, Singapura dan Filipina. Persemian menara Siger juga dihadiri oleh keluarga Sultan Banten dan Sultan Kanoman Cirebon.

Menara Siger yang memiliki 6 lantai ini merupakan sebuah menara yang djadikan titik Nol di Sumatra bagian Selatan. Menara Siger dibangun di atas bukit sebelah barat Pelabuhan Bakauheni. Menara Siger dibangun mengawali pembangunan Jembatan Penghubung antara Bakauheni dan Merak ( Jembatan Selat Sunda ). Menara Siger dilengkapi dengan sarana informasi tentang peta wisata di seluruh Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung.

Menara Siger berada di atas bukit dengan ketinggian 110 meter di atas permukaan laut dengan ketinggian sekitar 32 meter diatas bukit gamping yang merupakan karya arsitek asli Lampung Ir. Hi. Anshori Djausal M.T. dengan penggunaan teknik ferrocement.

Teknik ferrocement merupakan pengembangan tim arsitek Menara Siger, dengan menggunakan jaring kawat menyerupai jaring laba-laba. Pengerjaan lambang siger dan beberapa ornamen tidak menggunakan semen curah cor, namun menggunakan tangan. Dengan metode ini, setiap inci bangunan diyakini tahan akan guncangan dan terpaan angin laut.

Patung Raden Intan II



Jika anda berkunjung ke pusat perbelanjaan Ramayana Tanjungkarang-Pusat kota Bandar Lampung, anda akan melihat Patung Raden Intan (Radin Inten) II. Patung Raden Intan II dibangun untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Pembangunan patung ini menghabiskan dana sekitar Rp200 juta.

Pemerintah Kota Bandar Lampung membangun Patung Radin Intan bukan tanpa alasan. Wali Kota Herman HN menjelaskan bahwa pembangunan patung Pahlawan Nasional ini adalah sebagai bentuk rasa syukur, dimana berkat perjuangan Raden Intan jualah Kota Bandar Lampung dan juga Propinsi Lampung pada umumnya bisa menjadi seperti sekarang ini.

Dan diharapkan dengan adanya patung ini seluruh masyarakat dapat mengenang jasa perjuangan sang Pahlawan asli dari Lampung ini.

Tugu Tanggai



Tanggai dalam bahasa Lampung artinya adalah Kuku. Walaupun tidak sepopuler tugu dan patung lainnya yang ada di Lampung, Tugu Tanggai adalah Tugu yang merupakan ikon Ibu Kota Kabupaten Lampung Tengah, Gunung Sugih.

Jika dilihat secara sekilas, dari bentuknya kita bisa memperkirakan bahwa nama Tanggai diambil dari bentuk tugu itu sendiri yang memiliki bentuk Jari-jemari dan kuku-kuku.

Tugu Muli-Mekhanai



Tugu ini berbentuk patung laki-laki dan perempuan yang memakai pakaian adat Lampung. Nama Muli-Mekhanai sendiri diambil dari bahasa Lampung. Muli berarti Perempuan dan Mekhanai berarti Laki-laki.

Tugu ini berada di kawasan pertigaan antara jalan Kartini - jalan Ahmad Yani - jalan R. W. Monginsidi. Jika anda jalan-jalan ke Lampung, mungkin anda bisa berfoto-foto sebagai kenangan di Tugu Muli-Mekhanai ini.