danhimAvatar border
TS
danhim
ketika F16 AURI menyergap F18 USAF diatas pulau jawa
PESAWAT AMERIKAS DI ATAS PULAU BAWEAN
SUMBER KORAN KOMPAS

Kamis, 23 Oktober 2003
Setelah Kasus Bawean, Tak Ada Lagi Pesawat Asing Langgar Wilayah RI
Jakarta,
Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) tidak menemukan adanya pelanggaran wilayah udara oleh pihak asing, setelah peristiwa menyusupnya lima jet tempur AmerikaSerikat di perairan Bawean Juli lalu. "Selama ini tidak ada. Setelah peristiwa itu (Bawean, red),pesawat-pesawat udara yang melintas baik militer maupun sipil semua mengurus ’flight approval’ maupun ’security clearance’," kata Panglima Kohanudnas, Marsekal Muda Wresniwiro di Dumai, Riau, Rabu (22/10), sebelum menutup latihan gabungan pertahanan udara Tutuka XXVII/2003. Wresniwiro menambahkan, adanya peristiwa Bawean tersebut menjadi peringatan bagi semua pesawat asing untuk tidak melintasi wilayah Indonesia tanpa izin. "Kalau tidak berizin, dengan maksud apa pun tentu saja akan kita deteksi, kita bayangi, dan kita ingatkan serta apakah akan kita tindak atau kita ’complain’ secara diplomatik kalau frekuensinya lebih dari satu-dua kali," kata Wresniwiro. "Kalau ada orang mau lewat, biasanya dia harus ’kulo nuwun’," katanya menegaskan. Pada 3 Juli lalu, lima jet tempur F-18 Hornet milik Angkatan Udara AS melakukan manuver di atas perairan Pulau Bawean, Jawa Timur, dan dua pesawat F-16 milik TNI-AU kemudian dikerahkan dari Lanud Iswahyudi, Madiun, untuk mengidentifikasi keberadaan kelima pesawat AS itu. Keberadaan lima F-18 Hornet saat itu dipergoki oleh sebuah pesawat penumpang yang tengah melintas di Bawean pada saat yang sama, yang kemudian melaporkannya kepada menara radar di Surabaya dan Jakarta. Sebagai protes, pemerintah Indonesia menyusun nota diplomatik kepada AS atas terjadinya manuver lima jet tempur F-18 itu. Sementara itu, untuk memantapkan operasi pertahanan terhadap ancaman kekuatan udara pihak asing di wilayah Indonesia, Kohanudnas setiap tahun melaksanakan latihan gabungan, yang melibatkan seluruh kekuatan dalam jajaran Komando Sektor (Kosek) Hanudnas baik dari unsur-unsur TNI-AU maupun angkatan darat, angkatan laut dan penerbangan sipil. Kosekhanudnas itu sendiri memiliki berbagai unsur, termasuk satuan radar, operasi pesawat sergap tempur, peluru kendali, dan KRI dengan keampuan pertahanan udara, seprti KRI Fatahillah, KRI Ki Hajar Dewantoro dan KRI Teluk Nala. Pada Rabu sore di Dumai, Pangkohanudnas Marsekal Muda Wresniwiro, menutup latihan gabungan TNI Hanudnas Tutuka XXVII, yang tahun ini menggabungkan latihan dua komando sektor (Kosek) dibawah Kohanudnas, yaitu Kosek I (Halim Perdana Kusuma) dan Kosek III(Medan). Kohanudnas saat ini membawahi tiga Kosek, yaitu Halim Perdana Kusuma, Makassar, dan Medan. Menurut rencana, Kohanudnas akan membentuk satu lagi Kosek, yaitu Kosek IV di Biak, Papua. Latihan gabungan Hanudnas Tutuka XXVII, juga mencakup pelatihan pertahanan udara bagi obyek-obyek vital, seperti Unit Pengolahan Pertamina II di Dumai dan Unit Pengolahan IV di Cilacap. (ant/lbk)

Rabu, 23 Juli 2003,
Gus Dur Protes Manuver Kapal Perang AS dan Singapura
Jakarta, KCM
Ketua Umum Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memprotes keras aksi manuver kapal perang Amerika Serikat (AS) dan Singapura yang melanggar batas wilayah kedaulatan RI.
"Saya memprotes sekeras-kerasnya manuver yang dilakukan angkatan perang Amerika Serikat dan Singapura di perairan laut Natuna yang melanggar batas wilayah kedaulatan RI. Karena kita (Republik Indonesia -red) memiliki kedaulatan wilayah yang tidak boleh diganggu gugat oleh negara manapun," tegas Gus Dur di Jakarta, Rabu (23/7) siang, seperti dikutip [url=http://www.gusdur.net.]www.gusdur.net.[/url]
Gus Dur menilai dua kali pelanggaran wilayah RI itu – manuver pesawat tempur AS di atas pulau Bawean dan terakhir di Natuna - adalah karena Amerika Serikat jengkel dengan kebijakan pemerintahan Megawati yang membeli pesawat tempur Sukhoi dari Rusia. "Kita mengerti kejengkelan Amerika Serikat itu, karena pembelian Sukhoi oleh Indonesia. Saya juga memprotes pembelian Sukhoi itu, karena secara teknis Sukhoi tidak efisien untuk melindungi pertahahanan Indonesia," ungkap mantan Presiden RI itu.
Walaupun jengkel, ujar Gus Dur, negara lain tidak boleh seenaknya bermain-main dalam wilayah RI. "Seperti kejadian manuvernya pesawat F 18 Hornet di atas Bawean, Jawa Timur dan Natuna ini," ucap Gus Dur. Yang membuat Gus Dur lebih prihatin adalah kenyataan bahwa pemerintah Indonesia tidak bersikap tegas terhadap pelanggaran wilayah itu.
"Jika berbagai pelanggaran oleh negera asing kita diamkan, kita bisa dianggap bukan apa-apa lagi di mata orang asing. Kita harus berani dan tegas mengambil sikap, apalagi menyangkut kedaulatan negara. Kalau kita diam terus, bisa-bisa kita dianggap sebelah mata oleh negara asing. Menyikapi masalah kedaulatan, sekali lagi, kita harus tegas," tandas Gus Dur.
Pada tanggal 3 Juli lalu, ketika 5 pesawat tempur AS bermanuver di atas Pulau Bawean, baru beberapa minggu kemudian pemerintah RI secara resmi melancarkan protesnya. Lalu Rabu 16 Juli, 7 kapal perang AS dan Singapura beraksi di perairan laut Natuna, dan sampai saat ini pemerintah RI diam saja.
Dalam tata pergaulan internasional, manuver kekuatan perang negara lain dalam wilayah negara lain merupakan sinyal atau pesan tertentu, yang harus dipahami pemerintahan yang dilanggar kedaulatannya. Melihat rangkaian peristiwa (manuver) itu, mengingatkan kita semua pada manuver serupa yang dilakukan angkatan perang AS menjelang kejatuhan rezim Soeharto.(*/nik)

maaf gan gaada ilustrasi nya hehe
emoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Star
0
3K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan