ts4l4saAvatar border
TS
ts4l4sa
INDONESIA Seharusnya Belajar dari CHINA yg mulai Gagal akibat Neolibnya!
Dunia Makin Gelap akibat Dampak Ekonomi Cina
July 29, 2015

Is China's Economy On The Verge Of Collapse?


IndonesianReview.com -- Kini banyak apartemen kosong melompong, dan kapasitas pabrik serta infrastruktur menganggur di Cina. Para investor puna kalang kabut karena kekayaannya menguap.

Semua itu adalah akibat dari harapan berlebihan terhadap Cina. Sebuah harapan yang diwujudkan dengan investasi secara besar-besaran oleh para investor dari seluruh dunia. Di masa jayanya, Cina adalah anak emas para bankir, yang tak segan mengucurkan miliaran dolar ke negeri panda tersebut.

Pesta pora para investor dan puji sanjung kepada penguasa Cina pun tak berhenti selama puluhan tahun. Maklum, terutama setelah liberalisasi pada 1992, perekonomian Cina tumbuh sangat pesat. Dalam periode 1992-2006, ekspornya bahkan melesat 95%. Pada 2010, dengan nilai US$ 1,5 triliun, Cina bahkan menggusur Jerman sebagai eksportir terbesar di dunia.

Semua itu menunjukkan bahwa industrialisasi berjalan sangat kencang di Cina. Demikian kencangnya sehingga, pada 2007, sanggup menggusur Jerman sebagai ekonomi terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Jepang. Pada 2010, Cina naik lagi dengan menggusur Jepang. Banyak ekonomi kemudian meramalkan, antara tahun 2020 dan 2030, Cina akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

Namun, di balik itu semua, sesungguhnya gejala merosotnya ekonomi Cina mulai terasa pada 2008. Yakni ketika resesi ekonomi melanda Amerika dan Eropa, yang akhirnya menjadi krisis global. Krisis tersebut menyebabkan ekspor Cina, yang merupakan sumber utama kekuatan ekonominya, merosot karena Amerika dan Eropa adalah pasar utama Cina.

Pada November 2008, pertumbuhan ekspor Cina tercatat minus 2,2% dari 20% pada bulan sebelumnya. Secara keseluruhan, ekpor Cina rontok 17% pada 2009. Setelah itu pertumbuhan ekspor ekonomi cina kembali positif, tapi hanya tipis saja karena pemulihan ekonomi di negara maju berjalan lambat.

Untuk mengimbangi kemerosotan ekspor, pemerintah Cina menggejot konsumsi dalam negeri. Rakyat Cina juga disenangkan dengan penggelembungan investasi di sektor properti. Pabrik-pabrik baja dan semen pun menjamur karena dipicu oleh jorjoran kredit dari bank-bank BUMN untuk perumahan.

Pemerintah Cina juga terus mendorong pembangunan industri manufaktur di berbagai sektor. Tak pelak, industri baja yang sangat dibutuhkan oleh sektor properti, ikut tumbuh subur. Lihat saja, bila pada 1980 produksi baja Cina hanya 8% dari total produksi dunia, kini mencapai sekitar 61%. Sementara itu, selama periode 2002-2011, harga baja melesat sampai 12 kali lipat. Hanya saja, harga baja Cina kini sudah anjlok 50%.

Demikian besarnya gairah Cina di sektor properti sehingga, antara tahun 2011 sampai 2013, negeri ini menghabiskan 6,6 gigaton semen. Jumlah ini lebih banyak dari seluruh konsumsi semen Amerika Serikat di sepanjang abad 20!

Seiring dengan merosotnya pertumbuhan ekonomi dan harga-harga saham, kini para investor menyadari bahwa telah terjadi investasi berlebihan. Akibatnya, makin banyak orang tak sanggup mencicil rumah, dan banyak pabrik – utamanya yang terkait dengan properti - mengalami kelebihan kapasitas produksi.

Hal ini mengingatkan pada resesi ekonomi Amerika Serikat pada 2008. Resesi ini dipicu oleh jorjoran kredit untuk perumahan, yang menyebabkan kredit macet melesat sangat cepat. Akibatnya, perekonomian nasional Amerika Serikat mengalami resesi.

Di masa kejayaannya, pada 2005, sektor perumahan di Amerika Serikat menyumbang 5% PDB nasional. Bila kini perekonomian Cina lebih menderita, ini karena sektor properti menyumbang 20% dari PDB nasional.

Maka tak mengherankan bila kini Cina sedang berhadapan dengan kredit macet dan kelebihan kapasitas industri terbesar dalam sejarahnya. Sampai akhir Juni, utang swasta di Cina mencapai 207% dari PDB nasional. Nilai kredit bermasalahnya diperkirakan bernilai sampai US$ 3,5 triliun, sementara nilai total asset perbankan Cina adalah sekitar US$ 1,5 triliun. Sedangkan nilai investasi yang tak produktif, menurut para peneliti di Badan Perencanaan Nasional Cina, mencapai US$ 6,8 triliun.

Betapa dahsyatnya pengaruh buruk sektor properti terhadap perekonomian nasional sebenarnya juga pernah dirasakan Jepang pada 1991. Di tahun ini perekonomian dihantam resesi yang dampaknya masih terasa sampai sekarang. Biang keladinya sama dengan Amerika Serikat dan Cina, yaitu jorjoran kredit properti.

Dalam situasi seperti sekarang, untuk mendongkrak ekspornya, tak mustahil bila Cina nekat mendevaluasi nilai mata uangnya secara radikal. Bila ini terjadi, perang mata uang bakal makin seru dan perekonomian dunia kian tak menentu.

Semoga Indonesia tak menjadi korban.
http://indonesianreview.com/gigin-pr...ia-makin-gelap


Neoliberalisme Memangsa Tuannya Sendiri
July 29, 2015

10 Chinese Economy Facts - Meltdown or Slowdown?


Inflation worries as China's economy surges


IndonesianReview.com -- Konsep neoliberalisme dipertanyakan seiring kejatuhan perekonomian Cina. Kini, konsep ekonomi yang digagas AS dan Inggris itu siap memangsanya tuannya.

Tak lebih dari satu bulan, Cina diguncang anjloknya Bursa Saham Shanghai. Apakah ini menandakan titik kebuntuan Cina dalam menerapkan ekonomi neoliberalismenya yang selama ini dipuji-puji negara-negara berkembang, seperti Indonesia?

Anjloknya nilai saham gabungan mengakibatkan kerugian hampir mencapai 30% dari perdagangan saham-saham perusahaan di Cina. Ada apa sebenarnya dengan neoliberalisme, dan bagaimana sebenarnya yang terjadi terhadap kondisi ekonomi negara-negara yang menganut paham neoliberalisme saat ini, yang kerap rentan terkena krisis?

Sejarah munculnya paham neoliberalisme, tidak lepas dari gejolak ekonomi global pasca berakhirnya Perang Dunia I. Sistem ekonomi pasar liberal yang dianut oleh negara-negara Eropa dan Amerika tidak menuai sukses. Ketika itu, pasar diyakini memiliki kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri. Karena pasar dapat mengurus dirinya sendiri, maka membuat campur tangan negara dalam mengurus perekonomian tidak diperlukan lagi.

Tetapi setelah perekonomian dunia terjerembab ke dalam depresi besar di tahun 1930-an, kepercayaan terhadap sistem ekonomi pasar liberal merosot drastis. Anggapan publik kala itu, pasar bukan hanya tidak mampu mengurus dirinya sendiri, namun juga menjadi sumber malapetaka bagi kemanusiaan. Depresi terjadi di mana-mana karena banyak yang bangkrut dan menganggur..

Menyadari kelemahan ekonomi pasar liberal tersebut, pada September 1932, sejumlah ekonom Jerman yang dimotori oleh Rustow dan Eucken mengusulkan dilakukannya perbaikan terhadap sistem ekonomi pasar dunia, yaitu dengan memperkuat peran negara sebagai pembuat kebijakan.

Pada perkembangannya, gagasan Rostow dan Euken ini, kemudian dibawa oleh ekonom Amerika, yakni Ropke dan Simon ke Universitas Chicago untuk dikembangkan, yang menjadikan institusi pendidikan yang dinaunginya sontak terkenal dengan sebutan Chicago School. Pada akhirnya Chicago School menyempurnakan konsep ekonomi neoliberal, konsep sistem ekonomi yang dipercaya sebagai solusi menekan tingkat depresi suatu negara. Tapi, teori neoliberal yang telah siap diterapkan, ketika itu kalah pamor dari konsep negara kesejahteraan yang digagas oleh John Maynard Keynes.

Namun, kedigdayaan Keynesianisme berakhir di era tahun 1979/1980-an, menyusul terjadinya resesi global yang menghantam negara-negara Eropa dan Amerika. Terpilihnya Ronald Reagan sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) dijadikan momentum bagi Margaret Thatcher (PM Inggris) untuk memproklamirkan konsep neoliberalisme bersama Ronald Reagan. Thatcher pun mengeluarkan sebuah pernyataan There Is No Alternative (TINA)!, yang maksudnya adalah tiada pilihan lain selain dari neoliberalisme. Thatcher sendiri menegaskan bahwa sesungguhnya neoliberalisme dapat memperkuat sistem ekonomi negara, yang menyangkut perbaikan format hubungan antara negara, warga-negara, dan perekonomian.

Propaganda neoliberalisme yang dilakukan Thatcher dan Reagan seperti menemukan momentumnya. Banyak pemimpin negara dengan segera menerapkan sistem ekonomi neoliberal, seperti Jerman, Perancis, dan negara-negara lainnya.

Kebijakan ekonomi neoliberalisme yang dibuat oleh Thatcher dan Reagan semakin nyata diterapkan melalui kebijakan yang berkaitan dengan pasar global, seperti liberalisasi dan privatisasi, Washington Consensus yang berperan dalam pembentukan kebijakan ekonomi yang dibuat oleh International Monetary Fund (IMF) dan World Bank, serta adanya pemfokusan pada aspek materialistik.

Menurut pengamat ekonomi UGM Revrisond Baswir, konsep ekonomi yang dikembangkan dari Chicago School, sebenarnya memiliki tujuan yang baik yaitu memberikan prinsip-prinsip dasar perekonomian serta menambah pengetahuan. Tetapi bagi masyarakat kebanyakan hal itu justru dianggap sebagai sesuatu yang konservatif dan semakin memiskinkan yang miskin.

Kenapa neoliberalisme memiskinkan yang miskin, karena sistem ekonomi neoliberalisme lebih mengutamakan kepentingan pemodal atau kapitalis atau juga investor sehingga menempatkannya diposisi sentral substansial. Sementara poisisi rakyat diletakkan pada posisi marginal residula atau pinggiran. Jelas, sistem ekonomi neoliberalisme akan menggusur rakyat miskin, pembangunan rakyat tidak inherent dengan pembangunan ekonomi. Rakyat atau kalangan kelas bawah selalu menjadi budak di negerinya sendiri. Rakyat akan berada dicengkraman kapitalisme neoliberalisme yang merupakan penghisapan dan penindasan struktural.

Di Indonesia, pelaksanaan agenda-agenda ekonomi neoliberal secara masif berlangsung setelah perekonomian Indonesia dilanda krisis moneter pada 1997/1998. Sejumlah kebijakan ekonomi pemerintahan Jokowi tampaknya juga masih cenderung menganut paham neoliberalisme. Hal ini terindikasi pada kebijakannya yang tidak berpihak pada rakyat, seperti mengharuskan PT Pertamina bersaing dengan perusahaan minyak asing dengan standar harga yang tinggi, memberi ruang bebas kepada pihak asing untuk mengisi posisi strategis di BUMN serta akan dicabutnya subsidi listrik terhadap pemakai listrik untuk kalangan kelas bawah yaitu 450 watt dan 900 watt.

Pemerintahan yang menerapkan sistem neoliberalisme, hanya memikirkan bagaimana respon pasar dan tidak mempedulikan kondisi rakyatnya. Hal ini dapat terlihat bagaimana kebijakan pemerintahannya mencabut berbagai subsidi tanpa diberikan solusi untuk menunjang kelangsungan hidup rakyatnya.

Neoliberalisme secara umum berkaitan dengan tekanan politik multilateral, melalui berbagai kartel pengelolaan perdagangan seperti WTO dan Bank Dunia. Ini mengakibatkan berkurangnya wewenang pemerintahan sampai titik minimum. Neoliberalisme melalui ekonomi pasar bebas, berhasil menekan intervensi pemerintah dan melangkah sukses dalam pertumbuhan ekonomi pada kekuatan tertentu saja.

Neoliberalisme bertolak belakang dengan sosialisme, proteksionisme, dan environmentalisme. Secara domestik, ini tidak langsung berlawanan secara prinsip dengan proteksionisme, tetapi terkadang sebagai alat tawar untuk membujuk negara lain untuk membuka pasarnya. Neoliberalisme sering menjadi rintangan bagi perdagangan adil dan gerakan lainnya yang mendukung hak-hak buruh dan keadilan sosial yang seharusnya menjadi prioritas terbesar dari sebuah negara.

Tapi setelah masuk dalam era globalisasi saat ini, sistem ekonomi neoliberalisme kini sedang menuju titik jenuh yang tak lain akan kembalinya dunia mengalami resesi. Neoliberalisasi dalam globalisasi dunia menuntut akses pasar yang semakin terbuka, hal tersebut justru menciptakan bentuk-bentuk perlawanan terhadap neoliberalisme ekonomi itu sendiri dalam bentuk regionalisme ekonomi. Regionalisme ekonomi membuat semakin sulitnya terjadi integrasi pasar secara global, dan masing-masing negara akan sibuk dengan kelompoknya dan urusan negaranya masing-masing. Konsekuensinya dapat membawa perubahan negatif bagi aktivitas pasar global.

Anjloknya Bursa Saham Cina bisa saja akibat dari perilaku pasar global yang kini sudah dengan mudahnya digoyang oleh pihak tertentu. Bila kondisi ini terus terjadi pada kondisi pasar saham di Cina, maka banyak perusahaan AS yang terkena imbasnya. Kita ketahui, bahwa sejumlah perusahaan raksasa di AS memiliki pasar cukup besar di China. Menurut data FactSet yang dilansir CNN, setidaknya ada 10 perusahaan AS yang 30% konsumen di Cina.

Lebih mengerikannya lagi, Cina saat ini merupakan negara kreditur AS terbesar. Data yang dikeluarkan pemerintah AS Mei lalu menunjukkan surat utang AS yang dibeli oleh Beijing mencapai US$ 1,2 triliun. Posisi ini membuat pemerintah AS ketar ketir dalam masalah terpuruknya Bursa Saham Cina.

Bursa saham AS pun diperkirakan ikut jatuh karena kekhawatiran akan kondisi Cina tersebut. Bakal ada banyak perusahaan AS yang bangkrut karena turunnya perekonomian Cina. Bahkan perusahaan seperti Apple juga bakal terkena dampaknya, karena 16% penjualannya adalah ke Cina. Merembet pula ke perusahaan kasino di AS, yaitu MGM Resort, Las Vegas Sand, dan Wynn, karena mereka memiliki kasino di Macau, China.

Sejatinya, neoliberalisme adalah perkembangan mutakhir ideologi kapitalisme yang meminimalkan peran negara dalam perekonomian dan menyerahkan perekonomian pada mekanisme pasar. Namun, apa yang terjadi setelah sekitar tiga dasawarsa ini? Konsep neoliberalisme dipertanyakan.

Apalagi dengan kejatuhan perekonomian Cina saat ini, yang diperkirakan akan merembet ke AS dan Eropa. Ibarat pepatah, neoliberalisme yang digagas AS dan Inggris kini telah siap memangsa tuannya sendiri.
http://indonesianreview.com/ds-mufti...uannya-sendiri


Cina Jatuh, Indonesia Ambruk
July 28, 2015

China's Ghost City


IndonesianReview.com -- Indonesia akan mengalami tekanan hebat seiring kejatuhan perekonomian Cina. Krisis di depan mata.

Untuk kedua kalinya, Indeks Shanghai Composite anjlok di bursa Cina. Hari Senin (27/7), Indeks Shanghai anjlok sampai 8,5%. Sebelumnya, pada 8 Juli 2015 Indeks Shanghai rontok 8%. Penurunan gila-gilaan ini membuat investor di bursa saham Cina dilanda panik jual. Akibatnya, bursa saham Asia jatuh, tak terkecuali Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.

Dibandingkan dengan negara di kawasan Asia Tenggara lainnya, IHSG turun paling tajam pada hari Senin itu. IHSG ditutup jatuh 1,76% ke level 4.771,29 atau level paling rendah sejak 10 April 2014.

Tajamnya kejatuhan IHSG di antara bursa saham di antara negara ASEAN lainnya menunjukkan IHSG paling rentan menghadapi situasi di Bursa Shanghai. Jadi, di hari-hari ini dan mendatang, IHSG sangat rawan terhadap gejolak di Bursa Shanghai.

Masuk akal kalau IHSG paling rentan. Sebab, transaksi perdagangan Indonesia-Cina memang besar. Pada semester I-2015, nilai ekspor Indonesia ke Cina mencapai US$ 6,64 miliar. Cina merupakan tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia.

Jadi, bisa dibayangkan kalau perekonomian Cina sedang ‘batuk’, virusnya pasti menyebar ke Indonesia dan negara-negara lainnya. Asal tahu saja, saat ini perekonomian Cina merupakan kekuatan terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS). Perekonomiannya sudah 87% dari perekonomian AS.

Saat ini, perekonomian Cina memang masih bisa tumbuh 7%. Tapi pertumbuhan seperti itu gampang ambruk. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi Cina banyak ditopang kegiatan ekspor. Sementara wajah ekonomi dunia belum begitu bagus. Negara-negara Uni Eropa masih repot menata ekonominya, karena masalah utang Yunani yang belum juga beres. Di Timur Tengah, konflik berdarah antarnegara maupun negara dengan kelompok radikal seperti tak akan ada habisnya, sehingga membuat harga minyak gonjang-ganjing. Hanya AS yang ekonominya mulai membaik.

Itulah kenapa, di semester-semester ke depan diperkirakan perekonomian Cina hanya tumbuh di bawah 7%, karena mereka semakin sulit menjual barang-barangnya ke luar negeri.

Inilah yang ditakutkan banyak negara, tak terkecuali Indonesia. Sebab dengan begitu, permintaan ekspor dari Cina bakal menurun drastis sehingga semakin sulit bagi Indonesia memompa pertumbuhan ekonominya.

Celakanya, hubungan Indonesia dengan Cina sedang mesra-mesranya. Dalam perayaan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) tempo hari, Presiden Jokowi dan Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping sangat akrab.

Setelah pesta KAA ke-60 usai, pemerintah Indonesia menggelar karpet merah panjang untuk Cina. Berbagai proyek infrastruktur diberikan kepada investor Cina. Misalnya, pembangunan 24 pelabuhan, 15 bandar udara (bandara), pembangunan jalan sepanjang 1.000 km, pembangunan jalan kereta api sepanjang 8.700 km, serta pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35.000 megawatt (MW).

Tak hanya itu, Cina juga akan terlibat dalam pembangunan jalur kereta supercepat Jakarta-Bandung dan Jakarta-Surabaya.

Tampaknya hampir semua proyek infrastruktur berskala besar disapu bersih oleh Cina. Bahkan, pemerintah Cina menawarkan pinjaman bernilai miliaran dolar AS ke Indonesia.

Tapi, bagaimana dengan kondisi ekonomi Cina saat ini? (lihat: Alarm Bahaya dari Bursa Cina). Cina jelas akan fokus membenahi ekonominya lebih dulu ketimbang negara lain. Kalau benar demikian, Indonesia jelas akan kerepotan.

Celakanya, Indonesia juga sedang dirundung berbagai masalah di dalam negeri. Dari mulai defisit transaksi berjalan, nilai tukar rupiah yang terus menurun sampai buruknya koordinasi antara kementerian/ lembaga.

Semula pertumbuhan ekonomi di semester II-2015 ini diprediksi bisa 4,9%. Tapi bila melihat berbagai masalah di eksternal dan internal, rasanya sulit mengejar pertumbuhan 4,9%. Apalagi mengejar target pertumbuhan 5,8%-6,2% pada tahun 2016.

Kondisi ini tentu saja akan memberi tekanan lebih hebat terhadap rupiah. Apalagi dengan rencana The Fed yang akan menaikkan suku bunga acuan pada September nanti, kejatuhan rupiah semakin mengkhawatirkan. “Jika pelemahan rupiah mencapai 10% dalam setahun, Indonesia bisa masuk dalam fase krisis keuangan,” kata Ekonom LIPI, Latif Adam.

Menurut Latif, bila melihat pelemahan rupiah yang terjadi saat ini, Indonesia bisa dikatakan sudah berada di ambang krisis. Itulah sebabnya, Latif berharap pemerintah dan BI lebih awas lagi.
http://indonesianreview.com/satrio/c...donesia-ambruk

-------------------------------



Yang namanya anak Kucing, bijimana pun hebatnya, tetap aja menjadi anak kucing
meski setiap hari sang kucing bermimpi menjadi Raja Rimba


emoticon-Turut Berduka
Diubah oleh ts4l4sa 30-07-2015 13:06
0
3.3K
19
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan