kernellinuxAvatar border
TS
kernellinux 
[CATPER] Panasbung nyicipin Pangrango-Gede lintas Cibodas-Salabintana 12-14 Juni 2015
Perjalanan ini bermula dari wacana setahun yang lalu untuk melakukan tandem naik gunung setelah melewati tandem Merbabu-Lawu dan Sindoro-Sumbing. Crew yang berangkat masih sama yaitu TS, Rizki (rkarim) dan Mang Ardi (udincharles). Wacana ini terus bergulir dan waktupun berlalu dengan cepatnya dan tak terasa bulan puasa 2015 sudah didepan mata dan kabar buruk bahwa TNGGP akan ditutup pada tanggal 18 Juni 2015-31 Agustus 2015. Jadi kami memutuskan untuk gerak cepat untuk mengurus SIMAKSI sesegera mungkin. Setelah SIMAKSI ditangan, yang jadi pertimbangan saia adalah bahwa saia sudah cukup lama tidak melatih fisik untuk perjalanan panjang. Oleh karena itu pada hari senin sebelum pemberangkatan menuju TNGGP, TS melakukan jogging dan diperoleh 7 km untuk waktu 1 jam.


Kamis, 11 Juni 2015
Saia berangkat dari kantor jam 17, kemudian gowes menuju rumah sambil mampir warung dan rupanya sampai dirumah jam 18.30. Lalu saia mandi sebentar dan pukul 19.00 jalan ke jalan raya untuk naik bus arah Kp. Rambutan. Rupanya bus PPD 10 ngetem cukup lama, setelah ngetem sekitar 30 menit, bus pun berangkat pukul 19.30. Jalanan khas macet ibukota apalagi setelah 3-in1 lewat menyebabkan bus yang saia tumpangi jalannya seperti keong emoticon-Frown. Setelah manyun cukup lama dalam bus, bus saia sampai diseberang Kp. Rambutan pukul 21.00 dan rupanya Rizki sudah menunggu dibelakang bus (dugaan saia sih ybs mau jadi calo emoticon-Ngakak (S)). Bus 3/4 PO Marita menjadi favorit saia untuk menuju Cibodas. Bus ini berjalan biasa saja karena malam jumat tidak terjadi kemacetan parah laiknya ketika malam sabtu. Bus ini akhirnya sampai di pertigaan Cibodas pukul 00.00. Saia belanja Pia sebentar di Alfamart untuk bekal nanti turun gunung. Tak dinyana, disini kami bertemu salah satu anak OANC yaitu Arie (ariecurvanord). Dia rupanya akan naik kearah Pangrango juga pagi-pagi tapi dengan rombongan yang berbeda.

Jumat, 12 Juni 2015
Saia iseng bercanda kepada Rizki bahwa jarak keatas (arah pasar Cibodas) tidaklah jauh, dan dari pengalaman sebelumnya jalan kaki keatas tidak lebih dari 45 menit. Melihat antrian ngetem angkot kuning arah Cibodas cukup panjang dan dengan penumpang cukup sedikit sudah saia duga pasti menunggu dipertigaan tadi bakal cukup lama. Akhirnya saia putuskan untuk jalan kaki gembira tengah malam arah pasar Cibodas emoticon-Ngakak (S). Tengah malam sambil manggul kulkas memang membawa sensasi tersendiri, selain karena dingin juga karena jalan gelap emoticon-Ngakak (S). Untungnya pas dijalan nggak ditawarin villa emoticon-Ngakak (S).

Kami sampai di pasar Cibodas kira-kira jam 00.45. Saia memilih warung sebelah Mang Idi untuk istirahat karena relatif lebih sepi dan memang butuh istirahat. Arie sendiri sudah dilokasi karena ybs naik motor dari pertigaan Cibodas emoticon-Ngakak (S).


Pesan yang sangat bijak emoticon-Ngakak (S)


Setelah tidur sebentar, pukul 05 an saia bangun dan packing ulang karena beberapa barang dikeluarkan untuk tidur diwarung. Saia nanya Rizki Mang Ardi posisi dimana dan rupanya ybs bangun kesiangan emoticon-Hammer. untuk info aja Mang Ardi berangkat dari Sukabumi tapi berangkatnya pagi itu juga. Setelah ditunggu cukup lama akhirnya sang jagoan Mang Ardi sampai juga di Cibodas pukul 08.00. Setelah bungkus nasi dan sarapan pagi kami bergerak menuju pos pengecekan jalur Cibodas. Pas sampai pos pengecekan ada satu tim yang mayoritas cewek rupanya sedang dikuliahin sama tim dari pos. Intinya memberitahu soal persiapan untuk naik gunung, dan ada baiknya nggak naik daripada nggak pulang emoticon-Embarrassment. Setelah kami menulis data sampah dan sajam lalu berdoa sebelum melakukan pendakian. GPS handphone dinyalakan dan tertera pukul 09.20.

09.20-10.00 (Cibodas - Panyangcangan)
Perjalanan jalur batu awal-awal ini sangat melelahkan, jalur ini memang sedari dulu bikin saia malas terutama kalau turun via Cibodas emoticon-Hammer, rupanya karena pagi itu saia tidak pemanasan alhasil telapak kaki rasanya sakit semua kena batu emoticon-Frown. Sesampainya di Panyangcangan, kami istirahat sejenak. Satuan istirahat kami untuk ambil nafas adalah satu sedotan rokoknya Mang Ardi emoticon-Ngakak (S).

10.05-11.30 (Panyangcangan - Air Panas - Kandang Batu)
Jalur yang kian menanjak dan sesekali bertemu tim lain yang istirahat dijalur. Rupanya meski hari itu hari jumat, jalur cibodas cukup ramai meski tidak separah hari Sabtu. Setelah bergalau dijalur bebatuan yang tak kunjung habis, akhirnya sampai juga di Pos Pemandangan. Rupanya air panas cukup deras dan debit airnya juga cukup besar. Saia berjalan berhati-hati karena menurut saia, air panas inilah jalur paling seram di TNGGP. Meleng sedikit bisa wassalam nih emoticon-Frown.

Tak lama berjalan dari Pos Air Panas, kami sampai di Kandang Batu, disini kami istirahat sejenak. Waktu istirahat masih sama yaitu satu sedotan rokok Mang Ardi emoticon-Embarrassment.

11.40 - 12.30 (Kandang Batu-Kandang Badak)
Saia yang duluan sarapan pukul 06.00 sudah mulai berjalan gontai karena kelaparan. Meski perut sudah diganjal dengan kurma, tapi kalau belum makan nasi belum nampol rupanya emoticon-Frownemoticon-Frown. Setelah berjuang melewati tanjakan dan jalan berbatu lepas, akhirnya sampai juga di Kandang Badak. Disana kami bertemu kembali dengan Arie dan timnya. Nasi bungkus dibuka dan makan siang adalah suatu kewajiban. Rizki dan Mang Ardi mempersiapkan diri untuk sholat sembari saia makan siang dengan lahap. Setelah mereka sholat dan makan siang, kamipun segera melanjutkan karena takut kesorean dijalur.

13.40 - 15.40 (Kandang Badak - Puncak Pangrango)
Awal-awal perjalanan menuju puncak Pangrango cukup berat, karena sudah mager emoticon-Ngakak (S). Jalur batu sampai kearah pertigaan Kandang Badak sedikit banyak bikin kaki pedes. Setelah ambil jalur ke kanan dari Pertigaan Kandang Badak, mulailah jalur Pangrango kelihatan : banyak pohon melintang dan terpaksa harus naruto-narutoan emoticon-Hammer. Beberapa jurus terpaksa dikeluarkan semisal gelantungan bahkan sampai ngangkang emoticon-Ngakak (S). Jalur menuju puncak ada 2 yaitu jalur lama yang agak melipir dan jalur "ngejos" atau biasanya saia sebut jalur monyet. Kenapa jalur monyet? karena tanjakan cukup tinggi yang pada akhirnya harus "momonyetan" diakar atau batu supaya badan bisa naik keatas emoticon-Embarrassment.

Kami memilih jalur melipir, karena selain relatif landai juga ngirit kampas rem. Ditengah jalan kami berpapasan dengan rombongan Arie yang sedang istirahat. Mang Ardi sebagai yang dengkulnya paling racing bergerak cukup cepat dengan ritme konstan. Rupanya, Rizki tertinggal dibelakang dan kami sempat nunggu 5-10 menit dan sesuai dugaan, Rizki ternyata masuk jalur monyet. Tak lama kami bertemu kembali tapi diatas dan Rizki sudah sampai disana duluan emoticon-Ngakak (S). Setelah bercanda sebentar langsung kami bergerak menuju puncak. Jalur melipir ini agak membosankan karena berbentuk zig-zag. Akhirnya pukul 15.40, sampailah kami di Puncak Pangrango. Sesampainya disini, kami tak lama istirahat dan berfoto sebentar dan melanjutkan perjalanan menuruni puncak menuju Lembah Mandalawangi.


Kawah Gede dari Puncak Pangrango



Trianggulasi Puncak Pangrango


Sesampainya disana ternyata ada rombongan Sispala SMP yang berjumlah 50 an sudah mendirikan tenda berjamaah di bagian kiri lembah. Karena kami ingin menghindari keramaian, kami memilih nenda agak ke kanan. Awalnya saia, pengen mendirikan shelter menggunakan flysheet, tapi karena males akhirnya tenda Mang Ardi Consina Summertime diisi bertiga alasannya biar hangat emoticon-Ngakak (S).

Ketika kami mengecek sungai yang biasanya mengalir ditengah Mandalawangi ternyata sungai ini kering kerontang. Air ada digenangan diujung sungai yang kering ini. Genangan ini agak keruh karena bekas dikobok anak-anak Sispala tadi. Rizki ditugaskan mengisi 2 waterbladder 3 literan digenangan tadi.


Sungainya kering emoticon-Frownemoticon-Frown emoticon-Frown



Jalur arah kubangan yang agak bawah (lebih bersih)


Sore kemudian menjelang, udara jadi agak dingin dan angin bertiup lebih kencang. Sebelum gelap, saia memutuskan untuk makan duluan sambil ditambah dengan mie instan sebagai penghangat dan kuah.

Setelah maghrib, mata mengantuk karena capek dan kennyang. Inilah saatnya yang paling pas untuk tidur emoticon-Ngakak (S). termometer saia gantung didalam tenda dengan temperatur sekitar 10 C. Dan melihat kondisi diluar yang sangat cerah, saia menduga pasti setelah tengah malam temperatur pasti turun cukup tajam.

13 Juni 2015

Sekitaran subuh saia cek kembali temperatur ada diangka sekitar 5 C, pantas saja cukup dingin. Untuk mengisi waktu sebelum jam turun 08.00 saia dan rizki jalan berkeliling Mandalawangi sekalian untuk memburu sunrise dan sinyal emoticon-Ngakak (S). Pagi itu rupanya dibeberapa titik saia bisa dapat sinyal HSDPA (Indosat). Ternyata saia dapat kabar bahwa rombongan Om Anwar (sembalun) rupanya juga mau naik ke Surya Kencana. Tapi payahnya, saia lupa memberi tahu dimana titik kumpul di Surya Kencana. lalu kami berdikusi sebentar untuk mencari titik yang mudah ditemukan jika sekiranya ketemu rombongan Om Anwar. Setelah matahari terbit, saia ambil air digenangan lalu kemudian sarapan pagi mie instan. Packing lalu bersiap untuk turun. Tak lupa meminta bantuan Arie untuk memfoto kami sebagai kenang-kenangan.


Penghuni Mandalawangi


Termometer sekitar jam 05


Ciremai dan pegunungan Bandung di kejauhan


Salak dari Mandalawangi


Edelweis mekar emoticon-Smilie


Langit pagi itu emoticon-Embarrassment



08.30 - 10.00 (Mandalawangi - Kandang Badak)

Perjalanan turun ini rupanya kurang lancar karena kami terhambat dengan rombongan yang kira-kira katanya sejumlah 150 an dari kelompok mahasiswa. Kami mayoritas mengambil jalur melipir karena relatif lebih landai. Tak jarang rasanya pengen terpeleset karena jalur ini tanah liat yang masih basah dipagi hari. Setelah 1.5 jam akhirnya sampai juga di Kandang Badak. Disini kami isi ulang air karena air di Mandalawangi adalah air genangan dan harus diganti dengan air yang relatif lebih bagus di Kandang Badak. Setelah sekitar dua batang sedotan rokok Mang Ardi. Kami lalu melanjutkan perjalanan untuk ke Puncak Gede.


Toilet Kandang Badak



Shelter Kandang Badak malah dipakai camp dan terkesan kurang terawat



Sampah dibelakang Shelter Kandang Badak emoticon-Frown



Indomaret cabang Kandang Badak emoticon-Ngakak (S)



Warung akhir pekan @Kandang Badak



10.20 - 12.20 (Kandang Badak - Puncak Gede)

Perjalanan dimulai dari jalur batu Kandang Badak menuju plang Pertigaan Kandang Badak lalu ambil jalur lurus. Jalur berubah total dari yang sebelumnya yaitu banyak pohon tumbang dengan tanah liat menjadi jalur berkerikil dan akar-akaran. Jalur ini membuat sedikit desperado terutama ketika kerikil yang dipijak mudah menggelincir. Tak lama kemudian kami sampai dibawah Tanjakan Setan, karena kami sudah pernah mencicipi jalur ini maka kami memutuskan untuk ambil jalur alternatif ke kiri (dibawah Tanjakan Setan). Rupanya bebatuan dijalur ini banyak yang lepas sehingga terkesan mudah menggelincir. Beberapa kali kami berhenti beristirahat karena tanjakan kearah Puncak Gede memang benar membuat kampas dengkul gampang tipis emoticon-Ngakak (S). Setelah berjalan sejam kami sampai ke batas vegetasi. Disini kami kemudian isitirahat sebentar sambil berfoto narsis, karena saia pribadi biasanya langsung ke arah puncak tanpa berhenti disini. Setelah puas berfoto sebentar lalu kami melanjutkan melalui jalur berkerikil menuju arah puncak. Di sebelah kiri ada sling yang dibuat untuk mencegah pengunjung tergelincir ke arah Kawah Gede. Dibelakang terlihat Gunung Pangrango dengan gagahnya dan disebelah kanan terlihat lembah Surya Kencana. kebetulan kondisi siang itu cukup cerah (bacaemoticon-Stick Out Tongueanas emoticon-Ngakak (S)). Tak lama kami sampai di Puncak Gede, dan disini banyak yang berfoto, karena foto puncak itu terlalu mainstream, kami ngumpet untuk istirahat berteduh dibawah rerimbunan pohon Cantigi.


Kawah Gunung Gede


Horang galau


Duo Sukabumi


Pangrango berdiri dengan gagahnya emoticon-Embarrassment



13.00 - 13.30 (Puncak Gede - Lembah Surya Kencana)
Setelah puas ngadem dibawah Cantigi, kami bergerak turun. Jalur bebatuan membuat kaki saia pedes. Jadi, akhirnya saia memutuskan ambil jalur lama dan berpisah dengan Rizki dan Mang Ardi yang mengambil jalur bebatuan. Tak lama kami bertemu kembali didekat pintu Surya Kencana. Sesampainya di Surya Kencana, saia pun merasa sangat lapar. Tak pakai lama, saia bongkar tas lalu masak nasi. Setelah masak nasi saia campur nasi hangat tadi dengan tempe orek dan sosis. Kebetulan Rizki juga memanaskan sarden, dan akhirnya saia pun ikutan makan nasi sarden emoticon-Ngakak (S).

Setelah makan, kami istirahat sebentar sambil ngumpet dibawah pohon karena siang itu terik sekali. Sekitaran pukul 15 kami memutuskan untuk membuka tenda ditengah Surya Kencana (dekat tempat duduk yang sering dijadikan tempat sampah yang sekarang dihancurkan karena dijadikan tempat sampah). Disitu sekarang diinstalasi plang baru sebagai penunjuk pertigaan arah Cibodas, Gunung Putri dan Sela Bintana, Ketika kami membuka tenda dari kejauhan rupanya rombongan Om Anwar datang, dan saia kaget rupanya ada om Dery (cintayesus) dengan pasukannya. Setelah berbincang sebentar, kami semua akhirnya memasang tenda dilokasi yang sama.

Saia akhirnya setelah melihat Om Anwar mendirikan tenda Tipi Luxe Minipeak II, akhirnya kepincut mendirikan flysheet juga emoticon-Embarrassment. Akhirnya Mang Ardi dan Rizki di tenda Consina Summertime dan saia sendirian di flysheet.


Shelter saia


Kumpulan tenda


Kumpulan tenda


Luxe Minipeak II


Sore harinya langit cukup cerah, Mang Ardi yang tadinya ingin muncak karena kebelet pengen lihat sunset ternyata cuman jadi wacana karena ybs rupanya juga kecapekan emoticon-Ngakak (S). Sebagai gantinya kami memburu sunset kearah Surya Kencana Barat. Setelah sekembalinya ke tempat tenda, kami masak lalu makan besar emoticon-Embarrassment. Rupanya rombongan Om Dery masak lebih besar, kamipun kebagian jatah ayam goreng yang sangat nikmat emoticon-I Love Indonesia (S).


Sore itu


Gunung Gede dari Surya Kencana


Saia sudah memprediksi bahwa malam itu kan jadi sangat dingin, bacaan termometer saia setelah maghrib langsung turun dibawah 10 C. Dan sekitaran jam 19 temperatur sudah mencapai 7 C. Saia akhirnya membuka Survival Bivy GO karena SB saia ratenya hanya 15 C dan temperatur sudah tidak memungkinkan SB ini dipakai secara nyaman. Untuk tidur selain base layer, saia pakai jaket bulu angsa dan jaket WP. Celana saia dobel dengan celana 3L. Saia pakaikan kaos kaki dan sarung tangan Thinsulate.

14 Juni 2015

Malam itu saia tidur cukup pulas, tapi sekitar pukul 02.00 saia terbangun bukan karena kedinginan tapi karena kelaparan emoticon-Ngakak (S). Akhirnya pia yang saia beli di Alfamart Pertigaan Cibodas saia makan 2 biji supaya perut saia bahagia kembali emoticon-Ngakak (S). Saia cek sebentar termometer dan menunjukkan sekitar 1-2 C emoticon-Ngakak (S)


Temperatur jam 02, sekitar 1-2 C


Setelah mengunyah pia, saia tidur lagi dan bangun sekitar pukul 04.00. Saia lalu mulai packing karena rencana kami untuk turun sekitar pukul 06 atau 07. Tak lama saia dengar Rizki bangun, dia ternyata nggak bisa tidur (mungkin kurang belaian Mang Ardi) dan akhirnya saia pinjamkan jaket bulu bebek agar badannya hangat kembali.


Langit pagi itu emoticon-Embarrassment


Pagi itu saia masak bubur instan Kimbo yang rupanya cukup praktis. Bubur itu lalu saia tabur dengan abon sehingga makin nikmat rasanya.


Dipanaskan


Siap santap emoticon-Big Grin


Sekitar pukul 06.30 setelah kami semua sarapan pagi, kami pun packing semua peralatan. Tak lupa senjata mujarap yaitu minyak sereh yang fungsinya untuk menangkal pacet yang banyak sepanjang jalur Sela Bintana. Tak lupa, sebelum turun kami mampir sebentar di mata air untuk mengambil cadangan air minum untuk turun.


Antri ambil air emoticon-Big Grin


Surya Kencana barat dengan Salak nampak dikejauhan


07.15 - 08.15 (Surya Kencana - Cileutik)
Setelah mengambil air, kami berjalan menuju Surya Kencana Barat, disana pemandangannya sangat indah dengan Gunung Salak terlihat dikejauhan. Jalur Sela Bintana mengarah ke kiri dari Surya Kencana Barat. Jalur menanjak sebentar lalu sampailah di Simpang Gemuruh yang merupakan percabangan menuju Gunung Gemuruh. Jalur untuk mengarah ke Gunung Gemuruh ke arah kiri sedang untuk turun ke Sela Bintana adalah ke arah kanan lalu lurus. Turunan yang cukup curam dan tanah liat yang mudah hancur menjadi pengalaman tersendiri ketika menuruni jalur ini. Sekitar sejam kemudian sampailah kami di Cileutik. Biasanya disini airnya mengalir, namun kali ini kami mendapati tinggal adanya genangan. Disini kami istirahat lagi dan lagi-lagi istirahat selama satu hisapan batang rokok Mang ardi emoticon-Ngakak (S)


Cileutik kering
Diubah oleh kernellinux 18-06-2015 09:03
0
13.6K
38
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan