rismanpunkAvatar border
TS
rismanpunk
Es Selendang Mayang Bertahan Ditengah Gempuran Modernitas
Assalamualaikum Wr. Wb.


Sedikit penjelasan:

Pengen nge-share aja di Kaskus, biar makin banyak yang tau tentang keberadaan Es Selendang Mayang, sebagai salah satu ikon kuliner Betawi, yang katanya udah nyaris punah dari peredaran. Gara-gara kalah sama persaingan minuman modern yang makin banyak diperjualbelikan di Indonesia.

Pedagang Es Selendang Mayang ini ada / mangkal di daerah Jatinegara, Jakarta Timur. Tepatnya di samping Pasar Rawa Bening, atau lebih dikenal dengan Jakarta Gems Center (JGC), seberang Stasiun Jatinegara.



Udah di cek, no repost ya Gan:
Spoiler for No repost:

Foto Tukang Es Selendang Mayang-nya:
Spoiler for Foto Tukang Es Selendang Mayang:


Es Selendang Mayang Bertahan Ditengah Gempuran Modernitas

Jakarta - Apakah anda pernah mendengar nama minuman tradisional Betawi, Es Selendang Mayang? Minuman ini memang kerap disebut jadul (jaman dulu), bahkan oleh orang Betawi sendiri. Pedagangnya saja pun cukup sulit untuk dicari di wilayah DKI Jakarta, karena tidak banyak yang berminat menjualnya.

Tetapi, Harian Terbit berhasil menemukan seorang pedagang Es Selendang Mayang di depan Stasiun Jatinegara atau samping Pasar Rawa Bening (yang lebih dikenal dengan nama Jakarta Gems Stone/JGC), bernama Hermawan (28). Dia mengaku memang selalu berjualan di daerah ini semenjak 4 bulan yang lalu.

Dan untuk diketahui, pria yang mengaku masih lajang ini ternyata orang Sunda, bukan asli dari Jakarta atau Betawi. "Saya lahir di Cicadas, Bandung. Bapak Sunda, ibu saya dari Cirebon. Mulai berdagang es ini sejak 4 bulan lalu, jadi masih baru kok, belum lama," kata Hermawan pada saat ditemui Harian Terbit, Selasa (26/5/2015).

Lantas, mengapa dia memilih berjualan Es Selendang Mayang ini yang notabene merupakan budaya Betawi, ketimbang minuman ataupun makanan lainnya yang memiliki ciri khas budaya Sunda? Terkait hal itu, Hermawan mengatakan bahwa ini memang merupakan keinginan pribadi nya, untuk melestarikan budaya Betawi.

"Yang pertama, memang ini kan legenda Betawi. Kedua, ini enggak ada yang bisa bikin. Ini inspirasi saya sendiri, meskipun saya orang Bandung. Dan lagipula es ini rasanya mirip-mirip cendol. Sebelumnya saya pernah jualan cendol di Bandung. Jadi ya kalau boleh saya bilang, saya ini bisa disebut ada bakatlah," tuturnya.

Dia katanya memang pernah mendapat pertanyaan yang serupa dari masyarakat, terkait pilihan dagangannya itu yang tak ada kaitannya dengan asal-usul dirinya. Namun menanggapi hal itu, Hermawan katanya menegaskan kalau dia memang benar ingin melestarikan minuman yang nyaris punah dari peredaran di Jakarta.

"Awal mulanya dulu saya ditawarin sama tante, mau enggak jual es ini. Terus saya bilang mau. Lagipula sebelumnya, bapak saya yang jualan es ini, sekarang pensiun lah istilahnya. Sekarang jadi saya yang meneruskan. Bapak tinggal di kampung, saya yang mencari rejeki di Jakarta. Ya gantian gitu deh anaknya," ucap dia.

Dan meskipun minuman jadul, tapi kata Hermawan es ini masih cukup diminati oleh sejumlah warga Jakarta. Terutama warga yang asli Betawi. "Ada juga kadang pembeli saya bilang es ini susah dicari. Terus saya disuruh bertahan berjualan. Saya dengar kaya gitu kan jadi tambah semangat," imbuhnya sambil tersenyum.

Seporsi Es Selendang Mayang yang dijual Hermawan ini, dibanderol dengan harga Rp4 ribu. Bisa dikonsumsi di tempat dia mangkal dengan memakai mangkok, atau bisa juga dibungkus dengan gelas plastik yang diberi tutup apabila hendak dibawa pulang. Hermawan pun juga menerima pesanan untuk acara-acara tertentu.

"Alhamdulillah saya banyak pelanggan, panggilan atau pesan untuk acara-acara, orang asli betawi kebanyakan yang pesan itu. Kalau bulan puasa, lebih meningkat lagi penghasilan. Kalau penghasilan per hari enggak menentu, kadang Rp150 ribu Rp17 ribu, pernah Rp12 ribu. Sebulan kurang lebih Rp500 ribu lah," ujar dia.

Untuk bahan-bahan yang digunakan, dia menjelaskan Es Selendang Mayang yang dijualnya ini memakai tepung beras, lalu sagu, gula aren, santan, es, dan pewarna makanan buat kue. "Pewarna makanan dijamin aman, enggak berbahaya. Bukti nya Alhamdulillah enggak ada komplain. Malah banyak pelanggan," katanya.

Komunitas Selendang Mayang

Terkait dengan pelestarian Es Selendang Mayang di wilayah Jakarta, Hermawan mengaku sangat mendukung. Dia bahkan mengusulkan agar dapat dibentuk suatu komunitas pedagang Selendang Mayang ini. Pria yang tinggal di Cipinang Pulo RT.06 RW.14 ini lantas membandingkan komunitas cendol yang ada di Bandung.

"Di Bandung ada lho komunitas pedagang cendol gitu. Setiap tahun ada acara Pesta Cendol kalau lagi bulan puasa. Saya sih pengen ada komunitas kaya gitu. Soalnya ini jajanan legenda, jadi biar dilestarikan. Ayo kita bikin tenar lagi jajanan ini, kan budaya Betawi juga. Biar pada inget lagi warganya, apalagi yang muda," tegas dia.

Ketika ditanyakan apakah dia tidak risih berjualan minuman jadul, ditengah marak nya penjual minuman ringan yang lebih modern, Hermawan menyatakan dengan tegas tidak risih. Dia pun juga tidak takut dengan persaingan yang timbul diantara para pedagang minuman-minuman lain yang juga berjualan disekitarnya.

"Saya enggak takut sama minuman yang modern. Orang kan punya selera masing-masing. Rejeki itu ada yang ngatur. Sama tukang cincau disini, enggak apa2, Tuhan yang mengatur semua kok. Saya aja juga belum ada rencana ganti jualan. Paling mau gedein usaha ini saja. Sebab selama ini saya suka dagang ini," tuturnya.

Untuk harapan kedepannya, Hermawan mengaku sangat ingin memiliki kios yang permanen untuk berjualan Es Selendang Mayang. Namun untuk mewujudkan hal tersebut, katanya masih diperlukan suatu proses yang panjang lagi. Sementara ini, dia masih akan tetap berjualan di Pasar Rawa Bening, menggunakan gerobak.

"Dulu bapak saya berjualan pakai yang dipikul itu. Sekarang saya jualannya pakai gerobak ini. Saya kreasikan, supaya lebih mudah juga kan. Enggak terlalu capek. Tapi semoga harapan saya mendapat kios yang permanen itu, bisa deh terwujud. Ini harapan 4 orang teman saya juga, yang jualan es ini berkeliling," pungkasnya.




SEJARAH

Nah klo untuk sejarah, ane belum dapet nih. Siapa penciptanya, tahun berapa, dan bagaimana prosesnya. Klo dari informasi yang ane dapetin sih katanya nama Selendang Mayang diambil dari nama penciptanya, yakni Mayang, yang dulu pertama kali menjajakan minuman ini dengan menggunakan selendang, jadi digendong gitu deh macem jamu.

Tapi ada yang bilang, klo itu salah. Katanya, penamaan Selendang Mayang karena orang dulu sering menyebutkan warna cerah yang ada di atas dengan sebutan Selendang, sedangkan warna putih di bawahnya disebut Mayang. Tapi disamping kesimpangsiuran itu, kuliner yang katanya punya nama lain Es Cendol Parek ini dipercaya orang dulu bisa menghilangkan panas dalam.

Tapi yang pasti, klo agan-agan ada yang minat nyari pedagang-nya, selain di Jakarta Timur, seputaran Pasar Rawa Bening (atau Jakarta Gems Stone/JGC) dan Stasiun Jatinegara sampe ke arah Lapas Cipinang, mereka juga banyak di Monas dan juga Kota Tua.


Sekian thread dari ane. Semoga bisa menambah wawasan. Nanti klo ada hal-hal yang terbaru, bakalan ane update lagi ini thread.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Diubah oleh rismanpunk 16-06-2015 05:53
0
64.1K
305
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan