- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Katak Bertaring Ditemukan di Sulawesi
TS
isvandiar15
Katak Bertaring Ditemukan di Sulawesi
Quote:
1.Dilarang ngomong kasar
2.Dilarang promosi iklan
3.Jangan spam
4.No Sara
5.Kalo mau komen harus bermutu
2.Dilarang promosi iklan
3.Jangan spam
4.No Sara
5.Kalo mau komen harus bermutu
Quote:
Katak (bahasa Inggris: frog) dan Kodok alias bangkong (b. Inggris: toad) adalah hewan amfibia yang paling dikenal orang di Indonesia. Anak-anak biasanya menyukai kodok dan katak karena bentuknya yang lucu, kerap melompat-lompat, tidak pernah menggigit dan tidak membahayakan. Hanya orang dewasa yang kerap merasa jijik atau takut yang tidak beralasan terhadap kodok.Kedua macam hewan ini bentuknya mirip. Katak bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk, berkaki empat dan tak berekor (anura: a tidak, ura ekor). Katak umumnya berkulit halus, lembap, dengan kaki belakang yang panjang. Sebaliknya Kodok atau bangkong berkulit kasar berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul, kerapkali kering, dan kaki belakangnya sering pendek saja, sehingga kebanyakan kurang pandai melompat jauh. Namun kedua istilah ini sering pula dipertukarkan penggunaannya.
Quote:
Katak bertaring (fanged frogs) ditemukan di Sulawesi baru-baru ini. Tidak hanya satu jenis, melainkan sebanyak 13 spesies katak bertaring ditemukan di pulau Sulawesi. Katak yang memiliki taring ini ditemukan oleh Ben Evans, pakar hewan dari McMaster University di Hamilton dan ilmuwan Indonesia yang kemudian dilaporkan dalam jurnal The American Naturalist bulan ini.
Penemuan katak bertaring yang termasuk dalam genus Limnonectes (beberapa media di Indonesia menulisnya sebagai genus Limnocetes) ini semakin membuktikan betapa kaya dan tingginya keanekaragaman hayati Indonesia, terutama pulau Sulawesi. Bahkan 9 dari 13 jenis katak bertaring ini diyakini sebagai spesies baru.
Katak yang dikelompokkan dalam genus Limnonectes ini disebut bertaring karena memiliki tonjolan tulang di rahang bawah. Taring yang dimiliki jenis katakini bukan berarti gigi taring yang sebenarnya, sebab tak memiliki akar gigi atau ciri-ciri gigi lainnya.
Sampai saat ini, ilmuwan belum mengetahui manfaat taring pada katak genus ini. Beberapa kemungkinan adalah sebagai senjata melawan pejantan lain untuk mempertahankan wilayah, menangkap mangsa seperti ikan dan serangga serta sebagai senjata melawan predator.
Sebagaimana disampaikan Evans dalam papernya, seluruh spesies katak bertaring (fanged frogs) yang ditemukan di Sulawesi memiliki variasi adaptasi yang berbeda, sesuai kondisi lingkungan dan iklim mikro masing-masing. Ada yang berdaptasi mulai dari ekosistem yang terbasah hingga terkering juga dengan beragam vegetasi yang ada.
Bentuk adaptasi katak-katak dengan ‘gigi taring’ ini diantaranya adalah spesies katak bertaring dengan kaki berselaput tebal untuk beradaptasi dengan arus sungai yang deras. Sementara yang lain berselaput tipis, sesuai dengan lingkungan darat. Yang unik, terdapat jenis katak yang melakukan fertilisasi internal, meletakkan telurnya jauh dari air dan mengawasinya.
Tim peneliti yang yang menemukan 13 spesies katak bertaring (fanged frogs) ini dipimpin oleh Ben Evans, (McMaster University) dan beranggotakan Mohammad I. Setiadi (University of California, Berkeley), Jimmy A. McGuire (University of California, Berkeley), Rafe M. Brown (University of Kansas), Mohammad Zubairi (University of California, Berkeley), Djoko T. Iskandar (Institut Teknologi Bandung), Noviar Andayani (Universitas Indonesia dan Wildlife Conservation Society Indonesia Program), dan Jatna Supriatna (Universitas Indonesia).
Masih diperlukan berbagai penelitian lanjutan untuk mengenali spesies-spesies katak bertaring dari genus Limnocetes ini. Bahkan mungkin masih tersimpan berbagai jenis katak-katak atau bahkan binatang unik lain yang menunggu ditemukan di Indonesia, terutama Sulawesi.
Tambahan (Limnocetes atau Limnonectes): Beberapa media di Indonesia (Kompas dan National Geographic Indonesia) menulisnya sebagai genus Limnocetes, namun setelah saya telusuri dari situs resmi The American Society of Naturalist dan National Geographic Internasional) dan membaca jurnal Ben Evans dan Mohammad I. Setiadi, nama genus yang benar adalah Limnonectes.
Genus Limnonectes terdiri atas sekitar 50-an spesies yang telah dikenali. Salah satu jenis Genus Limnonectes yang umum dikenal adalah bangkong tuli (Limnonectes kuhlii) yang endemik Jawa dan biasa dikenal juga sebagai bancet hutan atau bangkong surat (Sunda).
Penemuan katak bertaring yang termasuk dalam genus Limnonectes (beberapa media di Indonesia menulisnya sebagai genus Limnocetes) ini semakin membuktikan betapa kaya dan tingginya keanekaragaman hayati Indonesia, terutama pulau Sulawesi. Bahkan 9 dari 13 jenis katak bertaring ini diyakini sebagai spesies baru.
Katak yang dikelompokkan dalam genus Limnonectes ini disebut bertaring karena memiliki tonjolan tulang di rahang bawah. Taring yang dimiliki jenis katakini bukan berarti gigi taring yang sebenarnya, sebab tak memiliki akar gigi atau ciri-ciri gigi lainnya.
Sampai saat ini, ilmuwan belum mengetahui manfaat taring pada katak genus ini. Beberapa kemungkinan adalah sebagai senjata melawan pejantan lain untuk mempertahankan wilayah, menangkap mangsa seperti ikan dan serangga serta sebagai senjata melawan predator.
Sebagaimana disampaikan Evans dalam papernya, seluruh spesies katak bertaring (fanged frogs) yang ditemukan di Sulawesi memiliki variasi adaptasi yang berbeda, sesuai kondisi lingkungan dan iklim mikro masing-masing. Ada yang berdaptasi mulai dari ekosistem yang terbasah hingga terkering juga dengan beragam vegetasi yang ada.
Bentuk adaptasi katak-katak dengan ‘gigi taring’ ini diantaranya adalah spesies katak bertaring dengan kaki berselaput tebal untuk beradaptasi dengan arus sungai yang deras. Sementara yang lain berselaput tipis, sesuai dengan lingkungan darat. Yang unik, terdapat jenis katak yang melakukan fertilisasi internal, meletakkan telurnya jauh dari air dan mengawasinya.
Tim peneliti yang yang menemukan 13 spesies katak bertaring (fanged frogs) ini dipimpin oleh Ben Evans, (McMaster University) dan beranggotakan Mohammad I. Setiadi (University of California, Berkeley), Jimmy A. McGuire (University of California, Berkeley), Rafe M. Brown (University of Kansas), Mohammad Zubairi (University of California, Berkeley), Djoko T. Iskandar (Institut Teknologi Bandung), Noviar Andayani (Universitas Indonesia dan Wildlife Conservation Society Indonesia Program), dan Jatna Supriatna (Universitas Indonesia).
Masih diperlukan berbagai penelitian lanjutan untuk mengenali spesies-spesies katak bertaring dari genus Limnocetes ini. Bahkan mungkin masih tersimpan berbagai jenis katak-katak atau bahkan binatang unik lain yang menunggu ditemukan di Indonesia, terutama Sulawesi.
Tambahan (Limnocetes atau Limnonectes): Beberapa media di Indonesia (Kompas dan National Geographic Indonesia) menulisnya sebagai genus Limnocetes, namun setelah saya telusuri dari situs resmi The American Society of Naturalist dan National Geographic Internasional) dan membaca jurnal Ben Evans dan Mohammad I. Setiadi, nama genus yang benar adalah Limnonectes.
Genus Limnonectes terdiri atas sekitar 50-an spesies yang telah dikenali. Salah satu jenis Genus Limnonectes yang umum dikenal adalah bangkong tuli (Limnonectes kuhlii) yang endemik Jawa dan biasa dikenal juga sebagai bancet hutan atau bangkong surat (Sunda).
Quote:
Kunjungi thread ane lainnya:
Apa Perbedaan Rusa dan Kijang?
Bangunan Unik yang ada di Indonesia
10 Gunung Paling Indah di Indonesia
10 Kebun Binatang Terbaik di Dunia
Apa Perbedaan Rusa dan Kijang?
Bangunan Unik yang ada di Indonesia
10 Gunung Paling Indah di Indonesia
10 Kebun Binatang Terbaik di Dunia
0
2.7K
Kutip
12
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan