karir.comAvatar border
TS
karir.com
Memahami Leadership untuk Mengembangkan Karir yang Lebih Baik – Part 2.


Halo agan dan aganwati masih di tema yang sama seperti artikel sebelumnya,
karir.com akan membahas lebih dalam lagi mengenai
Memahami Leadership untuk Mengembangkan Karir yang Lebih Baik

Langsung aja ya guys...
check it out


Di bahasa Inggeris kita mengenal dua kata sederhana:
Hearing dan Listening. Nah, di bahasa Indonesia kita hanya mengenal satu untuk kedua kata tersebut yaitu mendengarkan.
Maka, saya suka menambahkan dalam bahasa Indonesia yaitu Mendengarkan dan Menyimak.
Sudah paham bedanya?

Quote:
.


Di TV – channel BBC Knowledge – sering tayang acara Undercover Boss yang bercerita tentang bagaimana seorang pemimpin perusahaan harus going undercover alias menyamar demi mendapatkan masukkan dari karyawan garis depan mereka.

Kalau sekarang belum jadi pimpinan, maka ini waktu yang tepat buat Anda belajar mendengarkan dan menyimak masukkan dan inputan dari orang lain. Gak mudah loh.

Sam Walton, pendiri WalMart yang juga salah satu orang terkaya di Amerika percaya betul bahwa mendengarkan dan menyimak pendapat orang lain – terutama dari karyawannya – akan membuat WalMart menjadi perusahaan ritel terbaik di Amerika. Suatu ketika dalam kunjungan bisnis ke Mt. Pleasant di Texas, Ia meminta pilot pesawat pribadinya untuk menjemputnya di bandara terdekat yang letaknya kurang lebih beberapa ratus mile dari tempat Ia mendarat.

Sam kemudian menghentikan truk pengiriman WalMart dan menuju ke bandara tersebut menaiki truk itu dengan tujuan utama “Supaya bisa berbincang dengan sang pengemudi.” Dari situ, tidak hanya Sam mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, lebih penting lagi, Ia mendapatkan banyak masukkan yang berharga.

Restoran Chili’s yang berasal dari Dallas, juga salah satu contoh perusahaan yang sangat mendengarkan dan menyimak masukkan dari karyawannya. Norman Brinker adalah salah satu pendiri Chili’s yang percaya betul bahwa komunikasi yang responsif merupakan kunci dari hubungan baik antara karyawan dan customer mereka. Bahkan... hampir 80% dari menu di Chili’s adalah hasil dari komunikasi yang baik itu.

Saya terus terang bukan seorang pemimpin yang baik dalam hal satu ini. Saya punya kebiasaan buruk memotong pembicaraan. Belum selesai bicara, sudah saya potong dan ambil kesimpulan. Saya terus berlatih menjadi pendengar dan penyimak yang baik.

Sederhananya, dengan meningkatkan kemampuan mendengarkan dan menyimak yang baik,
Anda memberikan respect kepada lawan bicara Anda. Dan seorang pemimpin yang baik akan memberikan itu sebelum mendapatkan hal yang sama dari para pengikutnya.
Mantan boss besar saya di Ericsson Indonesia, Mats Olsson adalah contoh sempurna dari sifat ini.
Beliau memiliki kemampuan mendengar dan menyimak di atas rata-rata. Gila¬¬-nya, dia juga bisa hapal semua nama ratusan karyawan Ericsson Indonesia yang waktu itu memang sedang berkembang pesat.

Jangankan level manager, Office Boy (OB) aja dia bisa hapal namanya. Jangankan namanya, nama isteri OB dan anak-anak mereka, Mats ini pun hafal. Sungguh suatu respect yang luar biasa. Nampaknya sederhana ya? Tapi percaya sama saya, baru seorang Mats Olsson dari sekian boss saya yang benar-benar hafal nama semua orang karyawan. Pas di BMW Indonesia, total sales ada sekitar 100an dari seluruh dealer di Jakarta. Saya palingan hafal hanya beberapa nama dari dealer Astra saja. Maaf nih. Sekarang team karir.com sudah 50 orang, dan saya bertekad untuk mengikuti jejak seorang Mats Olsson untuk bisa hapal nama-nama mereka dan juga spouse (pasangan mereka)

itulah, The Law of Respect.

gambar diambil dari covers4.booksamillion.com

Kita udah masuk ke bagian dua dari pemahaman Leadership.

The Law of Sacrifice
Spoiler for intip aja:

Quote:


Jika Anda ingin meraih sukses, maka Anda harus berkorban. Penjelasan law yang satu ini kira-kira seperti ini, bayangkan Anda hendak mendaki Gunung Merapi (dulu saya pas SMA, senang sekali mendaki lereng gunung Merapi). Ketika Anda hendak memulai pendakian, pemikiran di kepala Anda bukan, “berapa banyak barang yang bisa saya bawa ke puncak merapi, tapi lebih kepada berapa banyak yang harus saya tinggalkan di kaki merapi?” berat loh naik ke puncak Merapi.

Dulu waktu mbah Maridjan, juru kunci Merapi masih hidup, rombongan saya seringnya menitipkan motor di rumah beliau. “masak iya motornya di bawa ke atas?” Habis itu, kita sama – sama buka backpack dan lihat barang-barang apa yang perlu dibawa dan barang-barang apa yang bisa kita tinggal. Barulah kita berjalan mendaki.

Kita semua suka bermimpi di siang bolong. Betul? Mimpi suatu ketika akan melakukan ini, melakukan itu, menjadi ini, menjadi itu. Menyenangkan ya? tentu saja menyenangkan, karena bermimpi itu Gratis. Gak perlu bayar.

Tapi, ketika Anda berusaha mengejar mimpi tersebut, barulah Anda mulai ‘membayar’. Saya kasih tanda kutip ‘membayar’. Supaya Anda paham bahwa membayar disini bukan berarti transaksi yang harus dikeluarkan dengan uang. Membayar disini adalah pengorbanan Anda. Jadi, jangan dibayangkan perjalanan menuju mimpi Anda tersebut seperti jalan tol, tinggal bayar pakai uang, Anda akan sampai tujuan. Bukan.

Semakin besar tanggung jawab Anda sebagai pemimpin, maka percaya sama saya, semakin besar ‘pembayaran’ Anda yang dibutuhkan. Semakin besar organisasi di kantor, semakin besar tanggung jawab Anda. Anda harus mau ‘berkorban’ waktu dengan keluarga. Itu salah satu contoh ‘pembayaran’ yang harus Anda lakukan. Leadership gak ‘gratis’ ya.

Segini saja dulu pembahasan Leadership. Banyak sekali bahasan leadership yang tentu saja gak akan habis kalau saya mulai menulis. Next week, akan saya coba bawakan topik lain dalam hubungannya dengan karir.


Dino Martin
CEO karir.com
Diubah oleh karir.com 10-05-2015 17:57
0
3.1K
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan