WARTA KOTA, CILANDAK - PT MRT Jakarta akan melakukan ‎pekerjaan konstruksi skala besar untuk pembangunan moda transportasi massal berbasis rel, Mass Rapid Transit (MRT) pada 14 April 2015 mendatang. Pembangunan untuk pembangunan stasiun layang (elevated) dan depo MRT.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, ‎M Nasir mengatakan pengerjaan itu dilakukan setelah dimulainya pekerjaan konstruksi skala besar untuk koridor MRT jalur layang (elevated) di wilayah Jalan Fatmawati hingga Jalan Panglima Polim sejak bulan Maret 2015 lalu.
‎Saat ini pekerjaan konstruksi skala besar segera memasuki wilayah Lebak Bulus, tepatnya Jalan Pasar Jumat, Jakarta Selatan.
"Selama pekerjaan berlangsung, akan diberlakukan Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (MRLL) untuk meminimalisir dampak lalu lintas akibat pekerjaan proyek MRT Jakarta," kata Nasir seperti siar pers yang diterima Warta Kota di Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat (10/4).
Rute pengalihan Jalan Pasar Jumat atau detour Lebak Bulus (sisi selatan) secara umum berupa 3 (tiga) lajur kendaraaan pribadi, 3 (tiga) lajur angkutan dalam kota dan 1 (satu) lajur Transjakarta.
Sedangkan detour Lebak Bulus (sisi utara) akan dipertahankan sejumlah 2 (dua) lajur kendaraan pribadi pada setiap tahapan pekerjaan. Pengalihan ini akan berlaku mulai 14 April 2015.
"Bersamaan dengan itu, selain wilayah Jalan Pasar Jumat, area yang terkena dampak akibat pekerjaan ini adalah Jalan Lebak Indah (samping bekas Terminal Lebak Bulus) yang akan ditutup mulai 14 April 2015," ungkapnya.

Arus kendaraan di Jalan Lebak Indah akan dialihkan menuju Jalan Lebak Lestari (terletak di antara samping Poins Square dan Stadion Lebak Bulus) yang telah dilakukan pelebaran jalan.
Pengalihan tersebut dalam rangka penutupan Jalan Lebak Indah yang akan menjadi bagian dari depo MRT.
"Detour lalu lintas di Jalan Pasar Jumat ini diperkirakan akan berlangsung hingga November 2016, yaitu ketika struktur tiang-tiang stasiun dan lantai beton concourse Stasiun MRT Lebak Bulus telah selesai dikerjakan. Sesudah waktu ini, lalu lintas akan dikembalikan ke lajur-lajur yang tersedia di Jalan Pasar Jumat," ungkapnya.
Perlu diketahui, proyek MRT koridor Selatan – Utara pada Fase I (Lebak Bulus – Bundaran HI) akan dibangun sejumlah 13 stasiun dan 1 depo.
Dari 13 stasiun, terdapat 7 stasiun layang (Lebak Bulus – Fatmawati – Cipete - Haji Nawi - Blok A - Blok M - Sisingamangaraja) dan 6 stasiun bawah tanah (Senayan – Istora – Bendungan Hilir – Setiabudi – Dukuh Atas - Bundaran HI), serta 1 depo di Lebak Bulus.
Pekerjaan konstruksi pada area Lebak Bulus tersebut merupakan paket kontrak pekerjaan yang dikerjakan oleh kontraktor CP 101 yaitu Tokyu – Wijaya Karya Joint Operation (TWJO).
Pada area tersebut, tepatnya di median Jl. Pasar Jumat akan dilakukan pekerjaan konstruksi struktur utama stasiun MRT.

Semakin macet
‎Sejak 2013 lalu, Terminal Lebak Bulus tidak bisa difungsikan untuk tempat perhentian bus untuk Antar Kota dan Antar Provinsi (AKAP) dan angkutan dalam kota.
Sehingga, kebanyakan angkutan umum mengetem di badan jalan ‎dan halte busway yang berada di dalam Depo Mass Rapid Transit yang sedang dibangun oleh PT MRT.
Pantauan Warta Kota, puluhan kendaraan menumpuk di kawasan yang dahulunya menjadi Terminal Lebak Bulus. Beberapa angkutan umum dan Kopaja AC tampak memberhentikan kendaraannya di halte bus Transjakarta Lebak Bulus.
Hal tersebut menyulitkan moda transportasi unggulan Pemerintah Provinsi DKI‎ (bus Transjakarta-red) untuk melintasi kawasan tersebut.
Sebagian besar lahan bekas Terminal Lebak Bulus sudah rata dengan tanah dan diplur dengan semen. Kantor Terminal Lebak Bulus pun sudah roboh dan tidak tersisa.
Namun, beberapa perusahaan jasa bus AKAP masih membangun lapak dari triplek dan kayu untuk menjual jasa ‎perjalanan ke luar kota atau luar provinsi.

Di beberapa ruas jalan atau tepatnya di depan Stadion Lebak Bulus terdapat pagar pembatas pengerjaan proyek MRT. Terlihat beberapa pagar yang membuat jalan semakin menyempit.
Apalagi pagar itu terletak di bagian arah menuju ke Ciputat, Tangerang Selatan dan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Kesemrawutan antrean kendaraan baik pribadi atau kendaraan umum sangat terasa. Bunyi klakson kendaraan pun tidak terhindarkan ketika melintasi kawasan tersebut.
Para pengendara berebut untuk terlebih dahulu melalui Jalan Raya Lebak Bulus. Padahal, saat ini banyak angkutan umum berwarna putih dan biru mengetem menunggu penumpang.
Kemacetan arus lalu lintas itu kerap dirasakan Adhitya Utama (26), salah seorang karyawan swasta di daerah Kuningan, Jakarta Selatan saat ingin pulang ke Pamulang, Tangerang Selatan. Antrean kendaraan mengular hingga menuju perempatan Pondok Indah.
"Macet parah karena ada pembangunan MRT dan angkot-angkot yang ngetem," kata pria yang menggunakan Honda Vario warna putih itu.
Tak terlihat personel dari Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta dan personel kepolisian dalam mengatur arus lalulintas saat kemacetan itu terjadi.

Lajur yang tadinya terdiri dari enam mengerucut dan mengecil menjadi empat lajur. Belum ditambah dengan pagar pengerjaan MRT yang berada di jalur pedestrian dan tengah jalanan.
"Harusnya ada yang mengatur arus lalulintas biar ngga macet seperti ini terus. Bisa stres kalau pulang kerja macetnya seperti ini," ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Ahlan Farhi (24), warga Ciputat, Tangerang Selatan itu mengatakan kemacetan terus terjadi di Lebak Bulus. Pasalnya, terjadi pertemuan dua arus dari arah Pondok Indah dan dari Jalan TB Simatupang.
"Apalagi ada pengerjaan MRT, jadi tambah semrawut dan padat banget. Macet terus sampai stres," kata pria yang menggunakan motor Jupiter MX itu.
Menurutnya, selama proses pembangunan MRT, arus lalulintas selalu padat saat jam sibuk. Seperti pulang kerja antara pukul 18.00 sampai 21.00 WIB.

Sumur

Bulan Ini mulai dibangun Depo serta Stasiun layang dan rencananya bulan ini juga mesin bornya akan datang dari jepang : April Ini, Mesin Bor MRT Jakarta Tiba dari Jepang