- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Virus Moneyball dan Sepak Bola Era Baru
TS
nomorpunggung20
Virus Moneyball dan Sepak Bola Era Baru
Spoiler for billy "moneyball" Beane:
Quote:
Penunjukan Billy "Moneyball" Beane sebagai penasihat AZ Alkmaar membuktikan sepakbola telah siap menerima sains dengan tangan terbuka.
Quote:
Pengumuman bergabungnya Billy Beane ke AZ Alkmaar sebagai penasihat klub dua pekan lalu tak ubahnya seperti perjodohan sepakbola dan statistik yang senyap.
Statistik sudah lumrah digunakan di lingkungan sepakbola. Fans menikmatinya melalui sajian media, serta sejumlah pelatih tidak alergi menggunakan statistik sebagai landasan dalam mengambil keputusan. Namun, statistik terkadang masih menjadi sekadar pelengkap. Penggunaannya tidak meluas hingga menjangkau pengambilan keputusan di level tertinggi. Beberapa pelatih juga masih mengandalkan intuisi ketimbang menghitung angka-angka.
Harry Redknapp, misalnya, pernah berang sewaktu menangani Southampton. Pasalnya, Redknapp menerapkan masukan dari staf statistiknya dan malah kalah 3-2 dari Luton Town di sebuah pertandingan divisi Championship. "Bagaimana kalau pekan depan kita pertandingkan komputer Anda dengan komputer lawan?" sergahnya sinis kepada performance analyst, Simon Wilson, yang kini bekerja di Manchester City.
Begitu pula dengan Roy Hodgson. Manajer timnas Inggris itu dalam beberapa kesempatan terpisah secara tidak langsung mengakui dirinya bukanlah penggemar statistik. Sains seolah menjadi perangkat canggih yang enggan dijamah kalangan pengambil keputusan. Dua contoh tersebut baru menginjak tataran pelatih dan manajer timnas. Resistensi lebih besar tentu juga berada di ruang direksi klub.
"Kita bisa mengemudi tanpa dasbor, tanpa adanya informasi, dan itu yang terjadi dengan sepakbola. Ada banyak pengemudi yang handal, banyak mobil yang hebat, tapi dengan memiliki dasbor akan memberi kemudahan. Saya heran orang-orang tak mau memanfaatkan informasi lebih banyak," ujar Jean Pierre Meersseman dalam Why England Lose .
Anda akan menemukan kutipan tersebut dalam buku laris karangan Simon Kuper dan Stefan Szymanski yang lebih populer dikenal dengan judul "Soccernomics". Meersseman adalah dokter dan co-founder Milan Lab, salah satu alasan penting di balik kesuksesan AC Milan menjuarai Liga Champions 2007 meski diperkuat sejumlah pemain berusia 30 tahun ke atas.
Milan Lab adalah salah satu contoh perkimpoian sepakbola dan sains. Selain menerapkan ilmu medis, laboratorium itu juga memanfaatkan data statistik untuk memberi masukan kepada tim pelatih perihal kekuatan skuatnya. Temuan Milan Lab diklaim mampu memprediksi 70 persen risiko cedera berdasarkan hasil pemantauan dan pemeriksaan berkala kepada para pemain.
Pemanfaatan statistik sudah lebih dulu menjangkiti cabang olahraga bisbol. Dimulai dari kegemaran Bill James menyusun statistik pertandingan bisbol hingga kemudian almanaknya menjadi buku laris "Baseball Abstracts". Buku James menjadi bacaan wajib bagi penggemar bisbol untuk mengetahui baik buruknya penampilan pemain atau tim kesayangan.
Revolusi pemanfaatan data statistik dalam bisbol dipicu ketika Beane ditunjuk menjadi general manager Oakland Athletics, 1 April sepuluh tahun silam. Eks pemain bisbol profesional itu memimpin klub kecil yang tak memiliki kemampuan finansial sehebat Boston Red Sox atau New York Yankees. Namun, bermodal sejumlah data yang dihimpunnya dari berbagai rekaman video, Beane mampu menyusun skuat yang mumpuni.
Kisah manajerial Beane kita kenal dituliskan dan kemudian difilmkan dengan judul "Moneyball". Tidak mudah menerapkan pemanfaatan sains dalam olahraga, Beane awalnya harus menghadapi resistensi para scout serta pelatih tim. Pemain-pemain pilihan Beane berdasarkan pantauan statistik biasanya dianggap tidak berbakat oleh mayoritas scout dan klub. Pemain buangan yang tidak memiliki kemampuan tampil di level tertinggi. Tapi, Beane pelan-pelan mampu meyakinkan bahwa statistik dan pemain incarannya dapat memberikan Athletics daya saing meski mereka belum berhasil menjuarai World Series.
Bergabungnya Beane ke AZ tak lepas dari ajakan Robert Eenhoorn. General director AZ itu pernah bermain untuk New York Yankees dan Anaheim Angels pada 1990-an. Penunjukan sebagai penasihat AZ kian mudah karena didorong rasa penasaran Beane serta kecintaannya terhadap sepakbola yang besar.
"AZ sudah sangat tertarik dengan prinsip Moneyball sebelum saya bergabung. Saya sudah kenal lama dengan Billy karena pernah bermain bisbol. Saat kami mendekatinya, dia langsung antusias," ujar Eenhoorn.
"Dia mampu memperkecil celah dengan tim-tim berdana besar dengan menjadi inovatif. Kami sangat bersemangat untuk mulai bekerja bersamanya. Billy akan memberikan saran dari Amerika Serikat dan dia akan mengunjungi Alkmaar beberapa kali dalam setahun."
AZ tidak asing dengan manfaat pengolahan data dalam menunjang performa tim. Mereka sukses menciptakan kejutan dengan menggondol gelar juara Eredivisie Belanda musim 2008/09 dengan materi yang tidak gemerlap. Saat itu tim ditangani Louis van Gaal yang berani berinovasi dengan menggunakan pendekatan ilmiah dalam melatih.
Van Gaal mendatangkan analis video Max Reckers yang sebelumnya mengolah data tim hoki di Belanda. Analisis data yang disusun Reckers berhasil membuat para pemain seperti Mounir El Hamdaoui, Demy de Zeeuw, Stijn Schaars, Kew Jaliens, dan Jeremain Lens ditakuti pemain lawan. Sukses bekerja sama di AZ membuat Reckers terus dipercaya Van Gaal saat menukangi Bayern Munich, timnas Belanda, hingga saat ini di Manchester United.
Tugas Reckers sebagai performance analyst adalah mengumpulkan serta menganalisis data penampilan para pemain. Laporan disusun sedetail mungkin dari menit ke menit. Penampilan pemain lawan turut dipantau untuk dijadikan informasi yang berharga.
Pertanyaan berikutnya, seperti apa dampak jika penerapan sains dalam sepakbola menyentuh level kebijakan yang lebih tinggi?
Pimpinan sementara liga Denmark, FC Midtjylland, telah melakukannya sejak diakuisisi Matthew Benham tahun lalu. Benham juga berstatus sebagai pemilik klub Inggris, Brentford FC, yang sedang berjuang meraih tiket promosi ke Liga Primer. Benham membeli kepemilikan Brentford tiga tahun lalu kemudian membawa klub League One itu promosi ke divisi Championship. Kemudian, berkat saran dari karibnya, Rasmus Ankersen, dia pun mengakuisisi kepemilikan Midtjylland yang tengah dilanda kesulitan finansial. Ankersen pun ditunjuk menjadi CEO klub.
Benham dan Ankersen memiliki kesamaan visi. Dengan sumber daya finansial yang terbatas, mereka ingin menjadikan Midtjylland klub yang memiliki daya saing tak hanya di level domestik, tetapi juga di Eropa. Evaluasi pertandingan bahkan disusun sedemikian rupa dengan menggunakan model matematika.
Set piece mendapat porsi pembahasan yang spesial. Setiap bulan para pemain, pelatih, Ankersen, serta konsultan eksternal akan mengevaluasi set piece yang dilakukan tim. Bagi para penganut Soccernomics, set piece adalah aspek yang jarang diperhatikan secara serius dalam sepakbola. Banyak pemain cenderung melepaskan tendangan bebas langsung ke arah gawang meski sebenarnya tidak efektif secara statistik.
Midtjylland memiliki catatan mencetak hampir satu gol per laga melalui set piece . Ini merupakan rekor tertinggi di Eropa. Bahkan pernah dalam sebuah pertandingan Midtjylland melesakkan empat gol sekaligus yang berawal dari situasi bola mati. Jangan pula heran jika Anda menyaksikan asisten pelatih Brian Priske maju memberikan instruksi saat mendapat situasi bola mati. Priske bertanggung jawab dalam latihan set piece tim. Spesialisasi peran ini sepintas mirip dengan American Football.
Pemanfaatan data juga dilakukan dalam kebijakan perekrutan pemain. Midtjylland merekrut Tim Sparv setelah melihat data penampilan yang mengagumkan, padahal gelandang Finlandia itu jarang mendapat perhatian.
"Sparv jarang mendapat pujian, tapi kami percaya itu karena pengambilan posisinya yang istimewa. Dia melihat masalah sebelum itu terjadi sehingga dia tidak perlu melakukan tekel atau berlari sebanyak gelandang lain," ungkap Ankersen kepada De Correspondent .
Model yang disusun Midtjylland membuat mereka memantau klub-klub di seantero Eropa dengan pendekatan lain. Secara mengejutkan klub Jerman Greuther Furth punya peringkat tinggi di antara klub Eropa lain. Bahkan Furth dinilai pantas berlaga di Liga Primer Inggris. Siapa pemain dengan penampilan terbanyak di klub itu? Tim Sparv.
Visi baru Midtjylland mendorong pula perubahan pendekatan yang harus dilakukan seorang pemantau bakat. Pendapat scout tentang bagus tidaknya seorang pemain potensial tidak berlaku lagi. Klub lebih membutuhkan informasi apakah secara psikologis pemain tersebut cocok buat mereka.
Kini, dengan sisa 11 pertandingan, The Wolves unggul 11 poin di atas FC Kopenhagen. Gelandang 31 tahun, Jakob Poulsen, mencatat rekor tertinggi di liga dengan sepuluh assist . Tidak hanya mengambil para pemain undervalue seperti Kris Olsson, Marco Urena, dan Jim Larssen, The Wolves juga sukses memperkenalkan Pione Sisto, gelandang 20 tahun yang sedang diamati sejumlah klub top Eropa.
Jika statistik sudah mulai mendapat tempat dalam sepakbola, seharusnya pertanyaan tadi dibalik, sudah siapkah sepakbola menerima dan menerapkan statistik dalam kegiatan operasional klub?
"Tidak ada bukti sahih klub-klub Belanda sudah menggunakan analisis data pertandingan untuk meningkatkan penampilan. Eredivisie belum sadar dengan inovasi besar di aspek ini. Masih baru dan ada peluang untuk meraih kesempatan," ujar kepala analisis Infostrada Sports, Simon Gleave, kepada The Guardian .
Tapi, penulis Ben Lyttleton menganggap keputusan Beane memilih AZ tepat ketimbang langsung berkiprah di Inggris, misalnya. Belanda adalah negara kecil dengan populasi 17 juta jiwa, tetapi memiliki daya saing tinggi di dunia sepakbola dengan terus menerus memproduksi pemain berbakat. Dalam lima Piala Dunia terakhir, timnas Belanda tiga kali menembus semi-final.
Tekanan yang didapat hasil resistensi terhadap perubahan juga diyakini tak bakal sebesar di Inggris. Jika langsung berkiprah di klub top Inggris, misalnya, cibiran media bakal menjadi hidangan sehari-hari apabila model yang dikembangkan tidak berjalan lancar. Perkembangan model yang diharapkan tentu saja otomatis terhambat.
Keputusan Beane berada di balik layar AZ barangkali dapat menjadi awal revolusi sepakbola. Mungkin saja di masa depan yang tak terlalu lama lagi kita akan memandang sepakbola lebih luas dan memahaminya lebih dalam.
"Virus yang menjalar di dunia bisbol profesional pada 1990-an, yaitu penggunaan statistik untuk menemukan cara yang baru dan lebih baik dalam menilai pemain serta strategi, telah pula menular di cabang olahraga lain," tulis Michael Lewis, penulis Moneyball, di New York Times enam tahun silam .
"Tidak hanya basket dan football, tetapi juga sepakbola, kriket, dan rugby - serta sejauh yang saya tahu, snooker dan dart . Sekarang masing-masing menopang subkultur dari orang-orang pandai yang memandangnya tak hanya sekadar permainan, tetapi juga sebagai masalah yang harus dipecahkan."
Ya, virus Moneyball telah menjangkiti sepakbola.
Statistik sudah lumrah digunakan di lingkungan sepakbola. Fans menikmatinya melalui sajian media, serta sejumlah pelatih tidak alergi menggunakan statistik sebagai landasan dalam mengambil keputusan. Namun, statistik terkadang masih menjadi sekadar pelengkap. Penggunaannya tidak meluas hingga menjangkau pengambilan keputusan di level tertinggi. Beberapa pelatih juga masih mengandalkan intuisi ketimbang menghitung angka-angka.
Harry Redknapp, misalnya, pernah berang sewaktu menangani Southampton. Pasalnya, Redknapp menerapkan masukan dari staf statistiknya dan malah kalah 3-2 dari Luton Town di sebuah pertandingan divisi Championship. "Bagaimana kalau pekan depan kita pertandingkan komputer Anda dengan komputer lawan?" sergahnya sinis kepada performance analyst, Simon Wilson, yang kini bekerja di Manchester City.
Begitu pula dengan Roy Hodgson. Manajer timnas Inggris itu dalam beberapa kesempatan terpisah secara tidak langsung mengakui dirinya bukanlah penggemar statistik. Sains seolah menjadi perangkat canggih yang enggan dijamah kalangan pengambil keputusan. Dua contoh tersebut baru menginjak tataran pelatih dan manajer timnas. Resistensi lebih besar tentu juga berada di ruang direksi klub.
"Kita bisa mengemudi tanpa dasbor, tanpa adanya informasi, dan itu yang terjadi dengan sepakbola. Ada banyak pengemudi yang handal, banyak mobil yang hebat, tapi dengan memiliki dasbor akan memberi kemudahan. Saya heran orang-orang tak mau memanfaatkan informasi lebih banyak," ujar Jean Pierre Meersseman dalam Why England Lose .
Anda akan menemukan kutipan tersebut dalam buku laris karangan Simon Kuper dan Stefan Szymanski yang lebih populer dikenal dengan judul "Soccernomics". Meersseman adalah dokter dan co-founder Milan Lab, salah satu alasan penting di balik kesuksesan AC Milan menjuarai Liga Champions 2007 meski diperkuat sejumlah pemain berusia 30 tahun ke atas.
Milan Lab adalah salah satu contoh perkimpoian sepakbola dan sains. Selain menerapkan ilmu medis, laboratorium itu juga memanfaatkan data statistik untuk memberi masukan kepada tim pelatih perihal kekuatan skuatnya. Temuan Milan Lab diklaim mampu memprediksi 70 persen risiko cedera berdasarkan hasil pemantauan dan pemeriksaan berkala kepada para pemain.
Pemanfaatan statistik sudah lebih dulu menjangkiti cabang olahraga bisbol. Dimulai dari kegemaran Bill James menyusun statistik pertandingan bisbol hingga kemudian almanaknya menjadi buku laris "Baseball Abstracts". Buku James menjadi bacaan wajib bagi penggemar bisbol untuk mengetahui baik buruknya penampilan pemain atau tim kesayangan.
Revolusi pemanfaatan data statistik dalam bisbol dipicu ketika Beane ditunjuk menjadi general manager Oakland Athletics, 1 April sepuluh tahun silam. Eks pemain bisbol profesional itu memimpin klub kecil yang tak memiliki kemampuan finansial sehebat Boston Red Sox atau New York Yankees. Namun, bermodal sejumlah data yang dihimpunnya dari berbagai rekaman video, Beane mampu menyusun skuat yang mumpuni.
Kisah manajerial Beane kita kenal dituliskan dan kemudian difilmkan dengan judul "Moneyball". Tidak mudah menerapkan pemanfaatan sains dalam olahraga, Beane awalnya harus menghadapi resistensi para scout serta pelatih tim. Pemain-pemain pilihan Beane berdasarkan pantauan statistik biasanya dianggap tidak berbakat oleh mayoritas scout dan klub. Pemain buangan yang tidak memiliki kemampuan tampil di level tertinggi. Tapi, Beane pelan-pelan mampu meyakinkan bahwa statistik dan pemain incarannya dapat memberikan Athletics daya saing meski mereka belum berhasil menjuarai World Series.
Bergabungnya Beane ke AZ tak lepas dari ajakan Robert Eenhoorn. General director AZ itu pernah bermain untuk New York Yankees dan Anaheim Angels pada 1990-an. Penunjukan sebagai penasihat AZ kian mudah karena didorong rasa penasaran Beane serta kecintaannya terhadap sepakbola yang besar.
"AZ sudah sangat tertarik dengan prinsip Moneyball sebelum saya bergabung. Saya sudah kenal lama dengan Billy karena pernah bermain bisbol. Saat kami mendekatinya, dia langsung antusias," ujar Eenhoorn.
"Dia mampu memperkecil celah dengan tim-tim berdana besar dengan menjadi inovatif. Kami sangat bersemangat untuk mulai bekerja bersamanya. Billy akan memberikan saran dari Amerika Serikat dan dia akan mengunjungi Alkmaar beberapa kali dalam setahun."
AZ tidak asing dengan manfaat pengolahan data dalam menunjang performa tim. Mereka sukses menciptakan kejutan dengan menggondol gelar juara Eredivisie Belanda musim 2008/09 dengan materi yang tidak gemerlap. Saat itu tim ditangani Louis van Gaal yang berani berinovasi dengan menggunakan pendekatan ilmiah dalam melatih.
Van Gaal mendatangkan analis video Max Reckers yang sebelumnya mengolah data tim hoki di Belanda. Analisis data yang disusun Reckers berhasil membuat para pemain seperti Mounir El Hamdaoui, Demy de Zeeuw, Stijn Schaars, Kew Jaliens, dan Jeremain Lens ditakuti pemain lawan. Sukses bekerja sama di AZ membuat Reckers terus dipercaya Van Gaal saat menukangi Bayern Munich, timnas Belanda, hingga saat ini di Manchester United.
Tugas Reckers sebagai performance analyst adalah mengumpulkan serta menganalisis data penampilan para pemain. Laporan disusun sedetail mungkin dari menit ke menit. Penampilan pemain lawan turut dipantau untuk dijadikan informasi yang berharga.
Spoiler for Stadion MCH Arena, markas FC Midtjylland, "laboratorium" sains sepakbola terdepan Eropa saat ini:
Pertanyaan berikutnya, seperti apa dampak jika penerapan sains dalam sepakbola menyentuh level kebijakan yang lebih tinggi?
Pimpinan sementara liga Denmark, FC Midtjylland, telah melakukannya sejak diakuisisi Matthew Benham tahun lalu. Benham juga berstatus sebagai pemilik klub Inggris, Brentford FC, yang sedang berjuang meraih tiket promosi ke Liga Primer. Benham membeli kepemilikan Brentford tiga tahun lalu kemudian membawa klub League One itu promosi ke divisi Championship. Kemudian, berkat saran dari karibnya, Rasmus Ankersen, dia pun mengakuisisi kepemilikan Midtjylland yang tengah dilanda kesulitan finansial. Ankersen pun ditunjuk menjadi CEO klub.
Benham dan Ankersen memiliki kesamaan visi. Dengan sumber daya finansial yang terbatas, mereka ingin menjadikan Midtjylland klub yang memiliki daya saing tak hanya di level domestik, tetapi juga di Eropa. Evaluasi pertandingan bahkan disusun sedemikian rupa dengan menggunakan model matematika.
Set piece mendapat porsi pembahasan yang spesial. Setiap bulan para pemain, pelatih, Ankersen, serta konsultan eksternal akan mengevaluasi set piece yang dilakukan tim. Bagi para penganut Soccernomics, set piece adalah aspek yang jarang diperhatikan secara serius dalam sepakbola. Banyak pemain cenderung melepaskan tendangan bebas langsung ke arah gawang meski sebenarnya tidak efektif secara statistik.
Midtjylland memiliki catatan mencetak hampir satu gol per laga melalui set piece . Ini merupakan rekor tertinggi di Eropa. Bahkan pernah dalam sebuah pertandingan Midtjylland melesakkan empat gol sekaligus yang berawal dari situasi bola mati. Jangan pula heran jika Anda menyaksikan asisten pelatih Brian Priske maju memberikan instruksi saat mendapat situasi bola mati. Priske bertanggung jawab dalam latihan set piece tim. Spesialisasi peran ini sepintas mirip dengan American Football.
Spoiler for Tim Sparv dibidik Midtjylland karena memiliki kemampuan yang tak dilihat tim lain. :
Pemanfaatan data juga dilakukan dalam kebijakan perekrutan pemain. Midtjylland merekrut Tim Sparv setelah melihat data penampilan yang mengagumkan, padahal gelandang Finlandia itu jarang mendapat perhatian.
"Sparv jarang mendapat pujian, tapi kami percaya itu karena pengambilan posisinya yang istimewa. Dia melihat masalah sebelum itu terjadi sehingga dia tidak perlu melakukan tekel atau berlari sebanyak gelandang lain," ungkap Ankersen kepada De Correspondent .
Model yang disusun Midtjylland membuat mereka memantau klub-klub di seantero Eropa dengan pendekatan lain. Secara mengejutkan klub Jerman Greuther Furth punya peringkat tinggi di antara klub Eropa lain. Bahkan Furth dinilai pantas berlaga di Liga Primer Inggris. Siapa pemain dengan penampilan terbanyak di klub itu? Tim Sparv.
Visi baru Midtjylland mendorong pula perubahan pendekatan yang harus dilakukan seorang pemantau bakat. Pendapat scout tentang bagus tidaknya seorang pemain potensial tidak berlaku lagi. Klub lebih membutuhkan informasi apakah secara psikologis pemain tersebut cocok buat mereka.
Kini, dengan sisa 11 pertandingan, The Wolves unggul 11 poin di atas FC Kopenhagen. Gelandang 31 tahun, Jakob Poulsen, mencatat rekor tertinggi di liga dengan sepuluh assist . Tidak hanya mengambil para pemain undervalue seperti Kris Olsson, Marco Urena, dan Jim Larssen, The Wolves juga sukses memperkenalkan Pione Sisto, gelandang 20 tahun yang sedang diamati sejumlah klub top Eropa.
Jika statistik sudah mulai mendapat tempat dalam sepakbola, seharusnya pertanyaan tadi dibalik, sudah siapkah sepakbola menerima dan menerapkan statistik dalam kegiatan operasional klub?
"Tidak ada bukti sahih klub-klub Belanda sudah menggunakan analisis data pertandingan untuk meningkatkan penampilan. Eredivisie belum sadar dengan inovasi besar di aspek ini. Masih baru dan ada peluang untuk meraih kesempatan," ujar kepala analisis Infostrada Sports, Simon Gleave, kepada The Guardian .
Tapi, penulis Ben Lyttleton menganggap keputusan Beane memilih AZ tepat ketimbang langsung berkiprah di Inggris, misalnya. Belanda adalah negara kecil dengan populasi 17 juta jiwa, tetapi memiliki daya saing tinggi di dunia sepakbola dengan terus menerus memproduksi pemain berbakat. Dalam lima Piala Dunia terakhir, timnas Belanda tiga kali menembus semi-final.
Tekanan yang didapat hasil resistensi terhadap perubahan juga diyakini tak bakal sebesar di Inggris. Jika langsung berkiprah di klub top Inggris, misalnya, cibiran media bakal menjadi hidangan sehari-hari apabila model yang dikembangkan tidak berjalan lancar. Perkembangan model yang diharapkan tentu saja otomatis terhambat.
Spoiler for AZ sukses menjadi juara berkat pemanfaatan analisis penampilan pemain. :
Keputusan Beane berada di balik layar AZ barangkali dapat menjadi awal revolusi sepakbola. Mungkin saja di masa depan yang tak terlalu lama lagi kita akan memandang sepakbola lebih luas dan memahaminya lebih dalam.
"Virus yang menjalar di dunia bisbol profesional pada 1990-an, yaitu penggunaan statistik untuk menemukan cara yang baru dan lebih baik dalam menilai pemain serta strategi, telah pula menular di cabang olahraga lain," tulis Michael Lewis, penulis Moneyball, di New York Times enam tahun silam .
"Tidak hanya basket dan football, tetapi juga sepakbola, kriket, dan rugby - serta sejauh yang saya tahu, snooker dan dart . Sekarang masing-masing menopang subkultur dari orang-orang pandai yang memandangnya tak hanya sekadar permainan, tetapi juga sebagai masalah yang harus dipecahkan."
Ya, virus Moneyball telah menjangkiti sepakbola.
Monggo di gan
Quote:
Original Posted By kelilipan.duren►moneyball ya? data statistik untuk pemain baseball dengan sepakbola berbeda
jika baseball bermainnya secara rolling, sepakbola itu head to head
kalau secara rolling, situ akan mudah menggunakan permainan sendiri dan mengumpulkan poin sebanyak2nya ketika bagian situ bermain
kalau head to head, statistik berlaku untuk komparasi bukan cara bermain
jika baseball bermainnya secara rolling, sepakbola itu head to head
kalau secara rolling, situ akan mudah menggunakan permainan sendiri dan mengumpulkan poin sebanyak2nya ketika bagian situ bermain
kalau head to head, statistik berlaku untuk komparasi bukan cara bermain
Diubah oleh nomorpunggung20 03-04-2015 03:06
0
2.4K
Kutip
22
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan