- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Arab Dihancurkan dg Operasi Intelijen,ISIS Hanya Bagian Kecil Operasi Five Eyes
TS
tankyek
Arab Dihancurkan dg Operasi Intelijen,ISIS Hanya Bagian Kecil Operasi Five Eyes
Nama ISIS yang merupakan singkatan dari Islamic State of Iraq and Syria (al-Sham) kini menjadi topik bahasan populer di Indonesia. Tidak kurang media terus memberitakannya, yang menarik dan menonjol, pada beberapa daerah, bendera hitam ISIS menjadi sangat populer, terkenal dengan ide pemimpinnya Abu Bakr al-Baghdadi yang membentuk negara Islam dengan pusat di Racca (Suriah) dan Mosul di Irak. ISIS yang pada awalnya bernama ISI (Islamic State of Iraq) kini diganti kembali namanya menjadi IS (Islamis State) atau dikenal juga sebagai Daulah Islamiyah.
Penulis membuat artikel dengan judul "ISIS Proyek Dari Mossad, CIA dan MI6?"(http://ramalanintelijen.net/?p=8696), dimana menurut Edward Snowden mantan agen CIA/pegawai NSA mengatakan ISIS dan Baghdadi hanyalah buatan ketiga badan rahasia dari Israel, AS dan Inggris. Dari perkembangan informasi, penulis mencoba mengulas lebih jauh lagi, kaitan antara konflik antara Israel-Arab, kepentingan negara-negara besar (AS dan Inggris), kepentingan Israel di satu sisi, serta kaitannya dengan iintelijen dari lima negara (five eyes).
Spoiler for Konflik dan Perang antara Negara-negara Arab melawan Israel :
Konflik yang terjadi antara Israel dan Negara-negara Arab, secara kasar sudah terjadi selama satu abad, dimana selain konflik bidang politik, berlangsung juga konflik kekerasan bersenjata berupa perang terbuka. Konflik ini terjadi karena pada awalnya munculnya gerakan Zionis yang bertujuan untuk mendirikan negara Israel. Konflik antara negara-negara Arab dan Israel terus berlangsung hingga kini. Zionisme adalah gerakan nasional dan budaya Yahudi yang mendukung terciptanya tanah air Yahudi di wilayah yang mereka definisikan sebagai tanah Israel. Berbagai tokoh Zionisme mendukung orang-orang Yahudi dalam menegakkan identitas Yahudi , menentang asimilasi Yahudi ke dalam masyarakat lain. Zionisme muncul pada akhir abad ke-19 di kawasan Eropa Tengah dan Timur sebagai gerakan kebangkitan nasional, dan kemudian sebagian besar pemimpin gerakan terkait tujuan utama dengan menciptakan keadaan yang diinginkan di Palestina, maka area tersebut dikontrol oleh kekaisaran Ottoman. Sejak berdirinya Negara Israel, gerakan Zionis terus berlanjut terutama untuk melakukan advokasi atas nama negara Yahudi untuk melanjutkan tentang eksistensi keberadaannya dan keamanan.
Dari catatan sejarah, perang Arab melawan Israel terjadi di tahun 1948, 1967, dan 1973 dimana Suriah tidak pernah absen. Bahkan di tahun 1982 saat negara-negara Arab seperti Mesir dan Arab Saudi sudah berdamai dengan Irael, Suriah tetap membantu PLO melawan Israel di Perang Lebanon tahun 1982. Presiden Hafez Assad tercatat tiga kali ikut terlibat dalam perang melawan Israel sebagai Komandan Tertinggi Suriah di tahun 1967, 1973, dan 1982. Pada tahun 1947, PBB memutuskan untuk membagi wilayah mandat Britania atas Palestina. Tetapi hal ini ditentang keras oleh negara-negara Timur Tengah lainnya dan juga banyak negeri-negeri Muslim. Kaum Yahudi mendapat 55% dari seluruh wilayah tanah meskipun hanya merupakan 30% dari seluruh penduduk di daerah ini. Sedangkan kota Yerusalem yang dianggap suci, tidak hanya oleh orang Yahudi tetapi juga orang Muslim dan Kristen, akan dijadikan kota internasional. Israel diproklamasikan pada tanggal 14 Mei 1948 dan sehari kemudian langsung diserang oleh tentara Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir, Irak dan negara Arab lainnya. Mereka juga dibantu oleh Mujahidin dari Liga Arab, Arab Saudi, Yaman, Sudan, dan sebagainya. Tetapi Israel bisa memenangkan peperangan ini dan malah merebut kurang lebih 70% dari luas total wilayah daerah mandat PBB Britania Raya, Palestina. Perang ini menyebabkan banyak kaum Palestina mengungsi dari daerah Israel. Tetapi di sisi lain tidak kurang pula kaum Yahudi yang diusir dari negara-negara Arab lainnya. Perang berakhir setelah disetujuinya gencatan senjata antara Israel dan Negara-negara Arab tetangganya pada tahun 1949.
Dalam perjanjian tersebut juga disepakati batas baru wilayah Negara Israel (green line) yang diakui secara internasional. Batas baru Negara Israel yang disepakati ini termasuk wilayah yang berhasil dikuasai Israel dalam perang 1948 (sebagian wilayah yang tadinya diperuntukkan sebagai Negara Palestina merdeka). Pada pertemuan tahun 1964 di Cairo Liga Arab berinisiatif untuk membentuk sebuah organisasi yang mewakili kepentingan rakyat Palestina. Majelis Nasional Palestina lalu mengadakan pertemuan di Jerusalem pada 29 Mei 1964. Dari pertemuan ini akhirnya PLO terbentuk pada 2 juni pada tahun yang sama. Pada awal berdirinya, PLO adalah sebuah organisasi pembebasan Palestina yang menggunakan perlawanan bersenjata terhadap Israel sebagai kebijakannya. Piagam PLO yang dikeluarkan pada 2 Mei 1964 menyatakan bahwa Palestina dengan batas wilayah sebagaimana termaktub dalam mandat Inggris adalah sebuah kesatuan regional dan melarang aktifitas zionis dalam bentuk apapun. Baru setelah sekitar 30 tahun kemudian PLO mengadopsi kebijakan "two state solution" dengan Israel dan Palestina hidup berdampingan dan mensyaratkan Jerusalem timur sebagai ibukota Palestina. Yasser Arafat pada 1993 melalui surat resminya kepada perdana menteri Israel Yitzak Rabin mengakui keberadaan negara Israel. Sebagai respon atas pengakuan tersebut, Israel mengakui PLO sebagai satu-satunya organisasi yang berhak mewakili rakyat palestina.
Meskipun liga arab mendukung terbentuknya PLO dan berdirinya negara Palestina merdeka, namun mereka (terutama Mesir dan Jordan) tetap tidak memberikan hak kedaulatan kepada rakyat Palestina atas wilayah Gaza dan Westbank. Pecahnya perang Arab-Israel 1967 (perang enam hari), merupakan peperangan antara Israel menghadapi gabungan tiga negara Arab, yaitu Mesir, Yordania, dan Suriah, dimana ketiga musuh Israel itu juga mendapat dukungan aktif dari negara-negara Irak, Kuwait, Arab Saudi, Sudan dan Aljazair. Perang tersebut hanya berlangsung di front Suriah saja. Perang berlangsung enam hari penuh, dimana perang terjadi karena Israel yang memulai menyerang Pangkalan Udara Mesir. Perang Yom Kippur 1973 , dikenal juga dengan nama Perang Ramadan atau Perang Oktober (Ibrani: Yom Kipur) adalah perang yang terjadi antara tanggal 6 - 26 Oktober 1973 antara negara Israel yang dikeroyok oleh koalisi negara-negara arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah.
Pada tanggal 6 Oktober 1973, pada hari Yom Kippur, hari raya Yahudi yang paling besar, ketika orang-orang Israel sedang khusyuk merayakannya, yang juga bertepatan dengan bulan Ramadan bagi ummat Islam sehingga dinamakan "Perang Ramadan 1973", Suriah, Libya dan Mesir menyerbu Israel secara tiba-tiba. Di dataran tinggi Golan, garis pertahanan Israel yang dipertahankan oleh 180 tank harus berhadapan dengan 1400 tank Suriah. Sedangkan di terusan Suez, kurang dari 500 orang prajurit Israel harus berhadapan dengan 80.000 prajurit Mesir. Nampaknya Mesir telah mengambil pelajaran pada Perang Enam Hari pada tahun 1967 tentang lemahnya pertahanan udara sehingga saat itu 3/4 kekuatan udara Mesir mengalami kehancuran total sementara Suriah masih dapat memberikan perlawanan.
Sadar bahwa armada pesawat tempur Mesir masih banyak menggunakan teknologi lama dibandingkan Israel, Mesir akhirnya menerapkan strategi payung udara dengan menggunakan rudal dan meriam anti serangan udara bergerak yang jarak tembaknya dipadukan. Angkatan udara Israel akhirnya kewalahan bahkan banyak yang menjadi korban karena upayanya yang berusaha menembus "jaring-jaring" pertahanan udara itu. Pada awal pecahnya perang, Israel terpaksa menarik mundur pasukannya. Tetapi setelah memobilisasi tentara cadangan, mereka bisa memukul tentara invasi sampai jauh ke wilayah Mesir dan Suriah. Israel berhasil melemahkan payung udara Mesir yang ternyata lambat dalam mengiringi gerak maju pasukkannya, dengan langsung mengisi celah (gap) antara payung udara dengan pasukan yang sudah berada lebih jauh di depan. Akibatnya beberapa divisi Mesir terjebak bahkan kehabisan perbekalan. Sementara di front timur, Israel berhasil menahan serangan lapis baja Suriah. Melihat Mesir mengalami kekalahan, Uni Soviet tidak tinggal diam. Melihat tindakan Uni Soviet, Amerika Serikat segera mempersiapkan kekuatannya.
Kemudian, Raja Faisal bin Abdul Aziz dari Arab Saudi mengumumkan pembatasan produksi minyak. Krisis energi muncul dan negara negara industri kewalahan lantaran harga minyak dunia membumbung tinggi. Dua minggu setelah perang dimulai, Dewan Keamanan PBB mengadakan rapat dan mengeluarkan resolusi 339 serta gencatan senjata dan dengan ini mencegah kekalahan total Mesir. Secara total 2.688 tentara Israel tewas dan kurang lebih 7.000 orang cedera, 314 tentara Israel dijadikan tawanan perang dan puluhan tentara Israel hilang (17 di antaranya bahkan sampai tahun 2003 belum ditemukan). Tentara Israel kehilangan 102 pesawat tempur dan kurang lebih 800 tank. Sementara di pihak Mesir dan Suriah 35.000 tentaranya tewas dan lebih dari 15.000 cedera. Sebanyak 8.300 tentara ditawan. Angkatan Udara Mesir kehilangan 235 pesawat tempur dan Suriah 135. Posisi Palestina setelah perang Yom Kippur 1973 ini semakin tidak jelas. Terlebih setelah Yordania, negeri yang ditempati sebagian besar bangsa Palestina mengambil sikap netral akibat kekalahannya pada Perang Enam Hari 1967 yang menyebabkan Yordania kehilangan Tepi Barat dan Jerussalem Timur. Sikap Yordania ini, menyebabkan kemarahan dikalangan Palestina terutama dari PLO yang saat itu berkedudukan di sana. Karena PLO bertindak sebagai negara dalam negara di Yordania dan berencana untuk mengkudeta Raja Yordania maka untuk menghindari ketidakstabilan keamanan, Raja Hussein bin Talal akhirnya mengambil sikap represif dengan mengusir PLO dari negaranya. PLO akhirnya pindah ke Libanon dan Tunisia. Suriah sendiri mengalami kerugian yang cukup besar, namun akhirnya Suriah menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan Israel,namun tidak mengadakan perjanjian perdamaian, terutama sebelum wilayah Dataran Tinggi Golan dikembalikan oleh Israel dalam perang tahun 1967. Dataran tinggi Golan sendiri akhirnya ditetapkan secara sepihak oleh Israel dengan dukungan Amerika Serikat.
Perang Lebanon 1982 adalah sebuah perang antara Israel dan Lebanon yang terjadi pada tanggal 6 Juni 1982 ketika militer Israel menyerang Lebanon Selatan. Pemerintahan Israel melancarkan invasi sebagai respon dari usaha pembunuhan terhadap duta besar Israel di Inggris, Shlomo Argov oleh Organisasi teroris Abu Nidal. Setelah menyerang PLO serta Suriah, sayap kiri, dan pasukan muslim Lebanon, pasukan Israel berhasil menduduki wilayah Lebanon Selatan. Setelah Beirut Barat mengalami pemboman gencar, pasukan PLO dan sekutu mereka dipindahkan dari Lebanon dengan bantuan utusan khusus Amerika Serikat Philip Habib dan perlindungan pasukan penjaga perdamaian internasional. PLO, di bawah pimpinan Yasser Arafat, kemudian memindahkan kantor pusatnya ke Tripoli pada bulan Juni 1982. Setelah raja Hussein menyatakan melepas wilayah West Bank dari kekuasaan Yordania pada 1988, majelis nasional Palestina menyatakan kemerdeaan Palestina di Al Jazair pada 15 November 1988. Meskipun lebih dari 100 negara mengakui kemerdekaan Palestina (kebanyakan merupakan negara-negara GNB dan Blok Timur), namun PBB dan negara-negara barat serta Israel tidak mengakuinya . Setelah tahun 2000 konflik terjadi antara kelompok Hamas dengan Israel dan beberapa faksi militan dalam tubuh Fatah (brigade al aqsha). Kantor Arafat dikepung dengan tujuan mengisolasi Arafat. Dan setiap kali Israel melakukan operasi di wilayah Palestina, pelanggaran HAM selalu terjadi dan ratusan bahkan ribuan rakyat Palestina selalu menjadi korban.
Pada tanggal 3 Mei 2002 akhirnya Arafat diizinkan meninggalkan wilayah pengepungan setelah negosiasi yang alot. Arafat setuju dan menyeru semua militan Palestina untuk menghentikan teror. Tapi seruan itu tidak pernah ditaati, bahkan oleh kelompok Fatah pimpinan Arafat sendiri. Pada tahun 2003 Presiden Israel Sharon mulai melakukan penarikan mundur pasukannya dari Gaza dan mengakhiri pendudukan atas wilayah tersebut. Penarikan pasukan secara menyeluruh selesai pada tahun 2005.
Dengan ditariknya pasukan Israel ini berarti Otoritas Palestina berkuasa penuh atas wilayah Gaza (dalam perjanjian 1979 disepakati bahwa Gaza berada di bawah kontrol Israel). Hamas akhirnya memiliki kontrol penuh atas wilayah Gaza, adapun Tepi Barat dikuasai oleh Fatah. Dengan berkuasanya Hamas atas wilayah Gaza ini Israel menghentikan kerjasama dan bantuan ke wilayah tersebut. Israel juga mengurangi suplai listrik dari Israel ke Gaza. Sebelum Gaza dikuasai Hamas, Otoritas Palestina di wilayah Gaza menjalankan pemerintahan dengan dana bantuan dari Eropa, Amerika serikat, dan negara-negara lain. Setelah Hamas berkuasa, negara-negara donor menghentikan bantuannya ke wilayah Gaza. Israel juga menghentikan aliran dana yang selama ini didistribusikan dari Israel. Ketika menguasai Gaza, Hamas semakin leluasa mengorganisasikan kekuatan militernya. Hamas juga sering melakukan serangan ke wilayah Israel sampai akhirnya disepakati gencatan senjata antara Hamas dan Israel pada 19 Juni 2008. Pada akhir desember 2008 Israel melakukan serangan udara ke wilayah Gaza dalam upaya melumpuhkan kekuatan Hamas dan dilanjutkan dengan serangan darat. Perang masih terus berlanjut dan ribuan korban kembali jatuh.
Pada awal Juli 2014, Israel mengumumkan akan segera memulai serangan darat ke Gaza, setelah 10 hari melakukan serangan udara memakai pesawat tempur dan serangan Angkatan Laut. Pernyataan dari kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan sudah memerintahkan untuk menghancurkan terowongan yang digali pejuang Palestina untuk menyusup ke Israel. Juru Bicara militer Israel mengatakan pasukan negaranya tak sedang mencoba menggulingkan dominasi Hamas di Gaza. Menurut pernyataan itu, tujuan semacam itu mengharuskan serangan ke kawasan padat penduduk di Gaza City yang akan mahal bagi kedua belah pihak. (Perang darat besar-besaran antara Israel dengan Palestina terakhir kali terjadi pada akhir 2008 hingga akhir 2009. Saat itu, 1.400-an warga Palestina tewas sementara di pihak Israel hanya 13 orang tewas.) Pada 10 Agustus 2014, serangan udara Israel terhadap daerah kantung itu adalah dikatakan merupakan pembalasan atas beberapa serangan roket yang ditembakkan dari wilayah tersebut ke dalam wilayah Israel, kata Radio Israel. "Sejak awal serangan militer berskala luas oleh Israel terhadap Jalur Gaza pada Selasa (8/7/2014), jumlah korban jiwa mencapai 1.928 dan sebanyak 10.000 orang lagi cedera, dua pertiga dari mereka adalah warga sipil, termasuk perempuan dan anak kecil," Xin Hua mengabarkan. Meskipun ada upaya pada detik terakhir untuk memperpanjang gencatan senjata, Hamas melanjutkan penembakan roket ke permukiman di Israel Selatan pada Jumat pagi (8/8/2014), dan Pasukan Pertahanan Israel membalas dengan serangan udara dan tembakan artileri.
Presiden AS, Barack Obama mendeklarasikan dukungannya atas agresi militer yang dilancarkan Israel ke Gaza, Palestina. Menurut dia, langkah itu perlu dilakukan Israel untuk mempertahankan diri dari serangan roket Hamas Palestina. "Kami mendukung upaya militer mereka (Israel) untuk memastikan roket dari Hamas tidak meluncur," kata Obama dalam konferensi pers di Gedung Putih, Washington DC, seperti dimuat Fox News, Sabtu (19/7/2014). "Bagi saya, serangan militer ini merupakan operasi yang dilakukan untuk membuat kesepakatan terkait serangan terowongan (Hamas). Dan kami berharap, risiko jatuhnya korban jiwa bisa dikurangi," tegasnya. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya menurunkan ribuan tentara beserta persenjataan militer ke daratan Gaza. Dia juga menegaskan, pihaknya akan memperluas serangan darat untuk menghancurkan terowongan yang dibangun Hamas untuk menyerang Israel. Sementara Presiden Palestina Mahmoud Abbas mendesak Israel menghentikan operasi daratnya di Jalur Gaza. Karena tindakan itu akan menyebabkan lebih banyak korban jiwa dan merumitkan usaha-usaha untuk menghentikan konflik itu.
Dari catatan sejarah, perang Arab melawan Israel terjadi di tahun 1948, 1967, dan 1973 dimana Suriah tidak pernah absen. Bahkan di tahun 1982 saat negara-negara Arab seperti Mesir dan Arab Saudi sudah berdamai dengan Irael, Suriah tetap membantu PLO melawan Israel di Perang Lebanon tahun 1982. Presiden Hafez Assad tercatat tiga kali ikut terlibat dalam perang melawan Israel sebagai Komandan Tertinggi Suriah di tahun 1967, 1973, dan 1982. Pada tahun 1947, PBB memutuskan untuk membagi wilayah mandat Britania atas Palestina. Tetapi hal ini ditentang keras oleh negara-negara Timur Tengah lainnya dan juga banyak negeri-negeri Muslim. Kaum Yahudi mendapat 55% dari seluruh wilayah tanah meskipun hanya merupakan 30% dari seluruh penduduk di daerah ini. Sedangkan kota Yerusalem yang dianggap suci, tidak hanya oleh orang Yahudi tetapi juga orang Muslim dan Kristen, akan dijadikan kota internasional. Israel diproklamasikan pada tanggal 14 Mei 1948 dan sehari kemudian langsung diserang oleh tentara Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir, Irak dan negara Arab lainnya. Mereka juga dibantu oleh Mujahidin dari Liga Arab, Arab Saudi, Yaman, Sudan, dan sebagainya. Tetapi Israel bisa memenangkan peperangan ini dan malah merebut kurang lebih 70% dari luas total wilayah daerah mandat PBB Britania Raya, Palestina. Perang ini menyebabkan banyak kaum Palestina mengungsi dari daerah Israel. Tetapi di sisi lain tidak kurang pula kaum Yahudi yang diusir dari negara-negara Arab lainnya. Perang berakhir setelah disetujuinya gencatan senjata antara Israel dan Negara-negara Arab tetangganya pada tahun 1949.
Dalam perjanjian tersebut juga disepakati batas baru wilayah Negara Israel (green line) yang diakui secara internasional. Batas baru Negara Israel yang disepakati ini termasuk wilayah yang berhasil dikuasai Israel dalam perang 1948 (sebagian wilayah yang tadinya diperuntukkan sebagai Negara Palestina merdeka). Pada pertemuan tahun 1964 di Cairo Liga Arab berinisiatif untuk membentuk sebuah organisasi yang mewakili kepentingan rakyat Palestina. Majelis Nasional Palestina lalu mengadakan pertemuan di Jerusalem pada 29 Mei 1964. Dari pertemuan ini akhirnya PLO terbentuk pada 2 juni pada tahun yang sama. Pada awal berdirinya, PLO adalah sebuah organisasi pembebasan Palestina yang menggunakan perlawanan bersenjata terhadap Israel sebagai kebijakannya. Piagam PLO yang dikeluarkan pada 2 Mei 1964 menyatakan bahwa Palestina dengan batas wilayah sebagaimana termaktub dalam mandat Inggris adalah sebuah kesatuan regional dan melarang aktifitas zionis dalam bentuk apapun. Baru setelah sekitar 30 tahun kemudian PLO mengadopsi kebijakan "two state solution" dengan Israel dan Palestina hidup berdampingan dan mensyaratkan Jerusalem timur sebagai ibukota Palestina. Yasser Arafat pada 1993 melalui surat resminya kepada perdana menteri Israel Yitzak Rabin mengakui keberadaan negara Israel. Sebagai respon atas pengakuan tersebut, Israel mengakui PLO sebagai satu-satunya organisasi yang berhak mewakili rakyat palestina.
Meskipun liga arab mendukung terbentuknya PLO dan berdirinya negara Palestina merdeka, namun mereka (terutama Mesir dan Jordan) tetap tidak memberikan hak kedaulatan kepada rakyat Palestina atas wilayah Gaza dan Westbank. Pecahnya perang Arab-Israel 1967 (perang enam hari), merupakan peperangan antara Israel menghadapi gabungan tiga negara Arab, yaitu Mesir, Yordania, dan Suriah, dimana ketiga musuh Israel itu juga mendapat dukungan aktif dari negara-negara Irak, Kuwait, Arab Saudi, Sudan dan Aljazair. Perang tersebut hanya berlangsung di front Suriah saja. Perang berlangsung enam hari penuh, dimana perang terjadi karena Israel yang memulai menyerang Pangkalan Udara Mesir. Perang Yom Kippur 1973 , dikenal juga dengan nama Perang Ramadan atau Perang Oktober (Ibrani: Yom Kipur) adalah perang yang terjadi antara tanggal 6 - 26 Oktober 1973 antara negara Israel yang dikeroyok oleh koalisi negara-negara arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah.
Pada tanggal 6 Oktober 1973, pada hari Yom Kippur, hari raya Yahudi yang paling besar, ketika orang-orang Israel sedang khusyuk merayakannya, yang juga bertepatan dengan bulan Ramadan bagi ummat Islam sehingga dinamakan "Perang Ramadan 1973", Suriah, Libya dan Mesir menyerbu Israel secara tiba-tiba. Di dataran tinggi Golan, garis pertahanan Israel yang dipertahankan oleh 180 tank harus berhadapan dengan 1400 tank Suriah. Sedangkan di terusan Suez, kurang dari 500 orang prajurit Israel harus berhadapan dengan 80.000 prajurit Mesir. Nampaknya Mesir telah mengambil pelajaran pada Perang Enam Hari pada tahun 1967 tentang lemahnya pertahanan udara sehingga saat itu 3/4 kekuatan udara Mesir mengalami kehancuran total sementara Suriah masih dapat memberikan perlawanan.
Sadar bahwa armada pesawat tempur Mesir masih banyak menggunakan teknologi lama dibandingkan Israel, Mesir akhirnya menerapkan strategi payung udara dengan menggunakan rudal dan meriam anti serangan udara bergerak yang jarak tembaknya dipadukan. Angkatan udara Israel akhirnya kewalahan bahkan banyak yang menjadi korban karena upayanya yang berusaha menembus "jaring-jaring" pertahanan udara itu. Pada awal pecahnya perang, Israel terpaksa menarik mundur pasukannya. Tetapi setelah memobilisasi tentara cadangan, mereka bisa memukul tentara invasi sampai jauh ke wilayah Mesir dan Suriah. Israel berhasil melemahkan payung udara Mesir yang ternyata lambat dalam mengiringi gerak maju pasukkannya, dengan langsung mengisi celah (gap) antara payung udara dengan pasukan yang sudah berada lebih jauh di depan. Akibatnya beberapa divisi Mesir terjebak bahkan kehabisan perbekalan. Sementara di front timur, Israel berhasil menahan serangan lapis baja Suriah. Melihat Mesir mengalami kekalahan, Uni Soviet tidak tinggal diam. Melihat tindakan Uni Soviet, Amerika Serikat segera mempersiapkan kekuatannya.
Kemudian, Raja Faisal bin Abdul Aziz dari Arab Saudi mengumumkan pembatasan produksi minyak. Krisis energi muncul dan negara negara industri kewalahan lantaran harga minyak dunia membumbung tinggi. Dua minggu setelah perang dimulai, Dewan Keamanan PBB mengadakan rapat dan mengeluarkan resolusi 339 serta gencatan senjata dan dengan ini mencegah kekalahan total Mesir. Secara total 2.688 tentara Israel tewas dan kurang lebih 7.000 orang cedera, 314 tentara Israel dijadikan tawanan perang dan puluhan tentara Israel hilang (17 di antaranya bahkan sampai tahun 2003 belum ditemukan). Tentara Israel kehilangan 102 pesawat tempur dan kurang lebih 800 tank. Sementara di pihak Mesir dan Suriah 35.000 tentaranya tewas dan lebih dari 15.000 cedera. Sebanyak 8.300 tentara ditawan. Angkatan Udara Mesir kehilangan 235 pesawat tempur dan Suriah 135. Posisi Palestina setelah perang Yom Kippur 1973 ini semakin tidak jelas. Terlebih setelah Yordania, negeri yang ditempati sebagian besar bangsa Palestina mengambil sikap netral akibat kekalahannya pada Perang Enam Hari 1967 yang menyebabkan Yordania kehilangan Tepi Barat dan Jerussalem Timur. Sikap Yordania ini, menyebabkan kemarahan dikalangan Palestina terutama dari PLO yang saat itu berkedudukan di sana. Karena PLO bertindak sebagai negara dalam negara di Yordania dan berencana untuk mengkudeta Raja Yordania maka untuk menghindari ketidakstabilan keamanan, Raja Hussein bin Talal akhirnya mengambil sikap represif dengan mengusir PLO dari negaranya. PLO akhirnya pindah ke Libanon dan Tunisia. Suriah sendiri mengalami kerugian yang cukup besar, namun akhirnya Suriah menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan Israel,namun tidak mengadakan perjanjian perdamaian, terutama sebelum wilayah Dataran Tinggi Golan dikembalikan oleh Israel dalam perang tahun 1967. Dataran tinggi Golan sendiri akhirnya ditetapkan secara sepihak oleh Israel dengan dukungan Amerika Serikat.
Perang Lebanon 1982 adalah sebuah perang antara Israel dan Lebanon yang terjadi pada tanggal 6 Juni 1982 ketika militer Israel menyerang Lebanon Selatan. Pemerintahan Israel melancarkan invasi sebagai respon dari usaha pembunuhan terhadap duta besar Israel di Inggris, Shlomo Argov oleh Organisasi teroris Abu Nidal. Setelah menyerang PLO serta Suriah, sayap kiri, dan pasukan muslim Lebanon, pasukan Israel berhasil menduduki wilayah Lebanon Selatan. Setelah Beirut Barat mengalami pemboman gencar, pasukan PLO dan sekutu mereka dipindahkan dari Lebanon dengan bantuan utusan khusus Amerika Serikat Philip Habib dan perlindungan pasukan penjaga perdamaian internasional. PLO, di bawah pimpinan Yasser Arafat, kemudian memindahkan kantor pusatnya ke Tripoli pada bulan Juni 1982. Setelah raja Hussein menyatakan melepas wilayah West Bank dari kekuasaan Yordania pada 1988, majelis nasional Palestina menyatakan kemerdeaan Palestina di Al Jazair pada 15 November 1988. Meskipun lebih dari 100 negara mengakui kemerdekaan Palestina (kebanyakan merupakan negara-negara GNB dan Blok Timur), namun PBB dan negara-negara barat serta Israel tidak mengakuinya . Setelah tahun 2000 konflik terjadi antara kelompok Hamas dengan Israel dan beberapa faksi militan dalam tubuh Fatah (brigade al aqsha). Kantor Arafat dikepung dengan tujuan mengisolasi Arafat. Dan setiap kali Israel melakukan operasi di wilayah Palestina, pelanggaran HAM selalu terjadi dan ratusan bahkan ribuan rakyat Palestina selalu menjadi korban.
Pada tanggal 3 Mei 2002 akhirnya Arafat diizinkan meninggalkan wilayah pengepungan setelah negosiasi yang alot. Arafat setuju dan menyeru semua militan Palestina untuk menghentikan teror. Tapi seruan itu tidak pernah ditaati, bahkan oleh kelompok Fatah pimpinan Arafat sendiri. Pada tahun 2003 Presiden Israel Sharon mulai melakukan penarikan mundur pasukannya dari Gaza dan mengakhiri pendudukan atas wilayah tersebut. Penarikan pasukan secara menyeluruh selesai pada tahun 2005.
Dengan ditariknya pasukan Israel ini berarti Otoritas Palestina berkuasa penuh atas wilayah Gaza (dalam perjanjian 1979 disepakati bahwa Gaza berada di bawah kontrol Israel). Hamas akhirnya memiliki kontrol penuh atas wilayah Gaza, adapun Tepi Barat dikuasai oleh Fatah. Dengan berkuasanya Hamas atas wilayah Gaza ini Israel menghentikan kerjasama dan bantuan ke wilayah tersebut. Israel juga mengurangi suplai listrik dari Israel ke Gaza. Sebelum Gaza dikuasai Hamas, Otoritas Palestina di wilayah Gaza menjalankan pemerintahan dengan dana bantuan dari Eropa, Amerika serikat, dan negara-negara lain. Setelah Hamas berkuasa, negara-negara donor menghentikan bantuannya ke wilayah Gaza. Israel juga menghentikan aliran dana yang selama ini didistribusikan dari Israel. Ketika menguasai Gaza, Hamas semakin leluasa mengorganisasikan kekuatan militernya. Hamas juga sering melakukan serangan ke wilayah Israel sampai akhirnya disepakati gencatan senjata antara Hamas dan Israel pada 19 Juni 2008. Pada akhir desember 2008 Israel melakukan serangan udara ke wilayah Gaza dalam upaya melumpuhkan kekuatan Hamas dan dilanjutkan dengan serangan darat. Perang masih terus berlanjut dan ribuan korban kembali jatuh.
Pada awal Juli 2014, Israel mengumumkan akan segera memulai serangan darat ke Gaza, setelah 10 hari melakukan serangan udara memakai pesawat tempur dan serangan Angkatan Laut. Pernyataan dari kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan sudah memerintahkan untuk menghancurkan terowongan yang digali pejuang Palestina untuk menyusup ke Israel. Juru Bicara militer Israel mengatakan pasukan negaranya tak sedang mencoba menggulingkan dominasi Hamas di Gaza. Menurut pernyataan itu, tujuan semacam itu mengharuskan serangan ke kawasan padat penduduk di Gaza City yang akan mahal bagi kedua belah pihak. (Perang darat besar-besaran antara Israel dengan Palestina terakhir kali terjadi pada akhir 2008 hingga akhir 2009. Saat itu, 1.400-an warga Palestina tewas sementara di pihak Israel hanya 13 orang tewas.) Pada 10 Agustus 2014, serangan udara Israel terhadap daerah kantung itu adalah dikatakan merupakan pembalasan atas beberapa serangan roket yang ditembakkan dari wilayah tersebut ke dalam wilayah Israel, kata Radio Israel. "Sejak awal serangan militer berskala luas oleh Israel terhadap Jalur Gaza pada Selasa (8/7/2014), jumlah korban jiwa mencapai 1.928 dan sebanyak 10.000 orang lagi cedera, dua pertiga dari mereka adalah warga sipil, termasuk perempuan dan anak kecil," Xin Hua mengabarkan. Meskipun ada upaya pada detik terakhir untuk memperpanjang gencatan senjata, Hamas melanjutkan penembakan roket ke permukiman di Israel Selatan pada Jumat pagi (8/8/2014), dan Pasukan Pertahanan Israel membalas dengan serangan udara dan tembakan artileri.
Presiden AS, Barack Obama mendeklarasikan dukungannya atas agresi militer yang dilancarkan Israel ke Gaza, Palestina. Menurut dia, langkah itu perlu dilakukan Israel untuk mempertahankan diri dari serangan roket Hamas Palestina. "Kami mendukung upaya militer mereka (Israel) untuk memastikan roket dari Hamas tidak meluncur," kata Obama dalam konferensi pers di Gedung Putih, Washington DC, seperti dimuat Fox News, Sabtu (19/7/2014). "Bagi saya, serangan militer ini merupakan operasi yang dilakukan untuk membuat kesepakatan terkait serangan terowongan (Hamas). Dan kami berharap, risiko jatuhnya korban jiwa bisa dikurangi," tegasnya. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya menurunkan ribuan tentara beserta persenjataan militer ke daratan Gaza. Dia juga menegaskan, pihaknya akan memperluas serangan darat untuk menghancurkan terowongan yang dibangun Hamas untuk menyerang Israel. Sementara Presiden Palestina Mahmoud Abbas mendesak Israel menghentikan operasi daratnya di Jalur Gaza. Karena tindakan itu akan menyebabkan lebih banyak korban jiwa dan merumitkan usaha-usaha untuk menghentikan konflik itu.
Diubah oleh tankyek 31-03-2015 07:08
0
6K
Kutip
50
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan