Jakarta - Persidangan kasus tukar menukar lahan 2.754 hektare di kawasan Bogor, Jawa Barat kembali dilanjutkan dengan terdakwa bos Sentul City yang juga komisaris PT Bukit Jonggol Asri (BJA) Kwee Cahyadi Kumala alias Swie Teng. Ada 7 saksi yang diperiksa.

Sidang digelar di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (25/3/2015). Saksi-saksi yang diperiksa ada 7 yakni FX Yohan Yap, Heru Tanda Putra, Tenny Ramdhany, Sapta Jaya Suarsa, Robin Zulkarnain, Tina S Sugiro, dan Dian Purweni. Terdakwa Swie Teng juga ada di lokasi.

Diceritakan Yohan, dirinya ditelepon oleh seorang perempuan untuk datang ke rumah Swie Teng di Kompleks Widya Chandra pada malam imlek atau 30 Januari 2014. Dalam pertemuan itu, Yohan mengaku diberi cek Bank CIMB Niaga senilai Rp 5 milar oleh Swie Teng.

Uang itu, kata Yohan, diberikan Swie Teng untuk diberikan kepada Bupati Bogor Rahmat Yasin. Tujuannya untuk mengurus izin perihal rekomendasi tukar menukar lahan kawasan hutan seluas 2.754 hektare yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat.

"Pastinya ada omongan (dengan Swie Teng dalam pertemuan itu), tapi saya lupa. Saya nggak begitu nyambung dengan Pak Cahyadi Kumala. Bahasa dia saya nggak begitu ngerti. Tapi ada yang diomongin terkait bupati, Intinya yang saya ingat, serahkan ini ke Babe. Yang dimana yang dimaksud Pak Rahmat Yasin. Kode untuk Babe itu, Rahmat Yasin," kata Yohan dalam persidangan.

Cek itu, kata Yohan sempat dipegang dirinya selama 3 hari. Namun cek itu ia kembalikan lagi kepada Swie Teng dalam pertemuan selanjutnya. Ia beralasan cek tersebut tidak bisa dicairkannya karena jumlahnya terlalu besar.

Uang Rp 5 miliar itu diterima Yohan dari Swie Teng dengan cara terpisah. Rp 4 miliar diterima dengan cara Swie Teng mentransfer ke rekening perusahaan PT Multihouse Indonesia milik adik iparnya bernama Dendi. Rp 1 miliar diterimanya secara tunai lewat anak buah Swie Teng, Robin Zulkarnaen

Yohan mengatakan, dirinya diserahkan uang Rp 1 miliar oleh Robin di parkiran Supermarket Giant di daerah Sentul City, Bogor, Jawa Barat, 5 Februari 2014.

"Saya ambil (uang Rp 1 miliar) di mobil Robin Nissan Xtrail. Berbentuk kontan dalam bungkusan coklat 2 kantong. Isinya uang Rp 100 ribu baru semua masing-masing kantong Rp 500 juta. (Uang lalu) Saya pindahkan ke mobil saya. Robin sama supirnya, saya lupa namanya," jelas Yohan.

Namun di persidangan itu, Robin enggan mengakui keterangan Yohan. Menurut dirinya, ia hanya menyerahkan Rp 100 juta untuk urusan pengurusan lain, yang jelas bukan uang suap untuk Rahmat Yasin.

"Kalau Robin mengelak itu urusan dia, karena yang saya alami seperti itu," jelas Yohan menanggapi sanggahan Yohan. Hakim Sutio sempat menegur para saksi bahwa ada ancaman bagi saksi yang berbohong di dalam persidangan.

"Ada pasal 21 (UU Tipikor) jika saudara berbohong dapat dijerat hukuman penjara. Jadi bersaksi yang benar," tegas Hakim Sutio. Meski begitu, kedua saksi tetap keukeuh kepada keterangannya masing-masing.

Dilanjutkan Yohan, uang Rp 1 miliar itu diserahkannya kepada Rahmat Yasin melalui ajudan Rahmat Yasin bernama
Tenny Ramdhany pada Februari. Di bulan Maret, ia menyerahkan lagi uang Rp 2 miliar.

"Saya memberikan kepada Teny 2 kali. Penyerahan Pertama Rp 1 miliar sekitar Februari 2014. Kalau yang kedua, Rp 2 miliar mungkin maret 2014," imbuh Yohan

Penyerahan uang Rp 1 miliar, kata Yohan, diberikan dirinya kepada Teny di rumah dinas Rahmat Yasin, di Cibinong, Bogor, Jawa Barat. "Rumah itu biasa kami sebut pendopo," katanya.

"Yang kedua (penyerahan uang Rp 2 miliar untuk Rahmat Yasin) karena saya harus ke Jakarta, saya pindahkan uang itu ke mobil Heru, saya pesan ke Heru untuk diserahkan ke Teny," sambung Yohan menjelaskan.

Yohan ditangkap KPK pada Rabu 7 Mei 2014 lalu. Dirinya kemudian diminta menunjukkan sisa uang suap dari Swie Teng untuk Rahmat Yasin. Sisa uang yang ditemukan hanya Rp 1,5 miliar. Uang Rp 500 juta sisanya diakui Yohan dipakainya untuk operasional.

sumber

Sikatt