densensusAvatar border
TS
densensus
Cinta ini Harapanku untuk si cantik (proloque BEAUTY & THE BEAST)>>bag. 1
Pagi ini seperti biasanya, tidak ada yang istimewa. Dirumahku yang sederhana dan kamar yang hanya beralaskan tikar tempat dimana aku tidur tadi malam. Ya, dengan hanya itu pun aku sudah bersyukur dapat tidur nyenyak tadi malam. hmmm (^_^) Oya... namaku Ben... Ben Archer Steve lengkapnya. Ayahku Ronald Bouston Steve sebagai kepala keluarga bekerja sebagai mechanic di sebuah Bengkel mobil wilayah Enville, namun belakangan ini karna usianya yg sudah berumur dia sering melakukan kesalahan di tempat kerjanya. Sedang ibuku Lucy Handy Steve adalah pekerja di pabrik kecil bernama Fork yg hanya memproduksi sapu yg dihargai 5 $ tiap buahnya...ya.. aku pun masih duduk di bangku SMA dengan keadaan yang apa adanya aku selalu bersyukur... walau sebenarnya kutahu banyak sekali beban dihatiku karna keadaan ekonomi keluargaku sendiri. Aku memiliki adik laki-laki bernama Bendias Steve yang keadaan fisiknya tidak memungkinkan sejak ia lahir di dunia. Adikku yang lumpuh layu itulah... alasanku untuk selalu semangat menempuh perjalanan hidupku. Seperti biasanya aku selalu berangkat lebih awal ke sekolah 06.30 pagi yang padahal masuk jam sekolah adalah jam 08.00. Aku biasa menghabiskan waktuku sampai dengan jam 08.00 itu dengan mengantarkan barang dagangan yang dititipkan ibuku kepadaku berupa roti-roti isi buatan ibuku untuk dititipkan pada Ibu Emily agar terjual di kedai kopinya. Aku mengantarkan roti itu dengan sangat hati-hati menggunakan sepeda gunung milik ayahku yg telah diberikan kepadaku. Setibanya di kedai kopi Bu Emily seperti biasanya aku mengucapkan Terima Kasih karna roti yang selalu aku antarkan tiap paginya selalu habis... setelah aku mengambil uangnya pada sore hari. OK! Aku lalu bergegas ke sekolah... yang jaraknya dari rumahku kurang lebih 10 km. Kukayuh sepedaku dengan penuh semangat... sampai-sampai ransel yang kubawa bergoyang ke kiri ke kanan.

Aku ini tinggal di wilayah Bostov dekat Enville tempat ayahku bekerja... Jadi Sekolahku pun masih berada di wilayah Bostov itu, nama sekolahku Saint. Mariald daerah Bostov, tergolong sekolah elite di wilayahku... yg sebenarnya tidak pas / tidak cocok buatku. Ya, tapi karna aku memperoleh beasiswa dari sekolah... aku diterima di sekolah ini. Akan Tetapi lingkungan elite ini sempat membuatku minder juga... hmmm (^_^) Aku hanya memiliki satu teman di sekolah ini... namanya Santiago anak dari Rich Anderten guru Seniku. Mengenai wanita... banyak sekali gadis cantik disini... dan sudah jelas dari lingkungan elite. Miriam, Martha, Desy gadis-gadis yang memukau... hmmm (^_^) Santiago temanku itu tertarik dengan Desy yang kecantikannya seperti Putri di Negeri-Negeri Dongeng menurutnya. Sedang aku tidak satu pun membuatku tertarik... karna bagiku kecantikan itu hanya ilusi saja.

Sampai pada suatu hari... aku pun menarik kata-kataku... Karna sekolah kami kedatangan murid baru dari Enville bernama ' Venesia Mertys ' anak konglomerat Enville ' Dudley Mertys ' yang baru saja membuka cabang baru dari Perusahaannya di Bostov ini. Venesia.. sosok yang mampu memikat hatiku ini kurasa berumur sekitar 17 tahun sedang aku yang 19 tahun 2 tahun berbeda darinya. ' si cantik ' kurasa aku harus memanggilnya demikian. Tapi mengingat statusku aku kembali sadar akan banyaknya ketidak mampuan yang kumiliki. Buat apa menjatuhkan cinta pada seseorang yang sudah jelas jauh berbeda status dan kedudukannya dengan kita. Mengingat ini.. hatiku seperti terpukul-pukul, remaja sepertiku memang sudah saatnya menjalin asmara dengan lawan jenisku, tetapi untuk yg satu ini aku harus kembali menyadarkan diriku sendiri. Dan juga demi adikku Bendias aku harus fokus pada kesuksesan yang harus aku bangun sendiri dulu. Dimulai dari " tekun belajar , dan rajin bekerja pekerjaan yang bisa dilakukan setidaknya untuk saat ini ". Tanpa disadari setelah memperkenalkan diri, Venesia menatapku... lalu aku membuang muka.Karna bangku disebelahku memang kosong, Venesia lantas meminta ijin pada Guruku Rich agar dia duduk disampingku. Kaget aku seketika... jantungku serasa mau copot, Venesia berada disampingku. Kenapa?Oh tidak. Dia mulai tersenyum dan menyampaikan salamnya padaku " Hai, Aku Venesia, kamu Ben Archer kan? " Lebih terkejut lagi aku... dia mengetahui namaku persis. Kenapa?

Pelajaran Seni pun dimulai... Pak Rich menginstruksikan Bell teman sekelasku untuk mengambil sejumlah alat musik di Gudang Penyimpanan, lalu aku pun mengajukan diri juga membantu Bell karna aku masih bingung dan gugup tentang Venesia yang meminta duduk dan berada disampingku. Aku dan Bell pun pergi bersama ke Gudang Penyimpanan. Ternyata disana banyak sekali alat musik. Perlu diketahui aku baru saja masuk sekolah ini, kurang lebih 2 bulan yg lalu dan baru ini Pak Rich ingin mengajarkan kami alat musik setelah teori yang memusingkan sampai saat ini. Aku tertegun melihat gitar tua akustik yang masih mengkilat, sebenarnya untuk alat musik ini aku sangat mahir memainkannya. Ayahku yang mengajariku bermain gitar, hanya saja gitar yang kulihat kali ini bagus sekali. Aku memilih gitar itu, dan membawa sejumlah alat musik lainnya, duhh berat juga. Bell membawa drum, dan sejumlah seruling serta harmonika. Dia lebih memilih membawa yang ringan-ringan, dasar sial. Setibanya kami di kelas. Aku kaget, kukira ini hanya mimpi. Aku lupa Venesia masih duduk di bangku sampingku. Lantas bagaimana? Biarlah. Anggap saja tidak ada.

Pak Rich mulai menerangkan cara memainkan dari tiap-tiap alat musik tersebut. Kalau aku hanya fokus di gitar bagus ini... walaupun tua sebenarnya. Aku mulai menyetemnya, dan Venesia terus memperhatikanku menyetem, sial pikirku. Dug Dug Dug jantungku terus saja berbunyi... ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh dalam hatiku. Sebenarnya dalam kualitas wajah boleh ku bilang dengan jujur " AKU TIDAK TAMPAN " sumpah. Lantas kenapa gadis cantik ini malah memandangiku terus seakan mau menerkamku kapan saja. Saat nada mulai seimbang, kumainkan lagu favoritku " SONG from HEAVEN " dari grup band favoritku ' SIMPLE '. Kalau aku sudah mulai memainkan gitar dan bernyanyi biasanya aku sudah tidak peduli dengan sekelilingku lagi... Pak Rich memperhatikanku, dan dia tidak marah, malah kagum. Katanya " Hei, Ben. Kau so COOL, bagus.. teruskan seperti itu. Kurasa bakal ada Bintang baru di Dunia Musik ". " Terima Kasih, Pak. " balasku. Teman-teman elite sekelilingku mulai risih denganku yang sok-sok'an mungkin menurut mereka... Ya, biarkan sajalah... aku memang harus sadar tempat. " Mainkan lagi SONG from HEAVENnya " tiba-tiba saja suara halus itu memecah konsentrasiku yang sedang sembarang mencari-cari kunci gitar. Dan itu suara ' Venesia '.


>>>>  to be Continued.
Diubah oleh densensus 14-03-2015 14:36
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.1K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan