moralkmanusiaan
TS
moralkmanusiaan
Penyimpangan kasus produksi obat 'maut' pencabut nyawa pasien2 RS
Sebelumnya ane mau mengucapkan belasungkawa atas 2 korban yg meninggal. Dimana 1 korban lain identitasnya masih dirahasiakan.

komen kaskuser sepupunya
Quote:



Komen bermutu akan ane pajang di post pertamax. Menurut agan ada apa dibalik kasus ini? Dan bagaimana dgn keputusan akhir?
Mohon dishare gan agar semakin banyak orang yang tau karena kasus ini cenderung ditutupi, hanya situs berita online bahkan siaran TV hanya sesekali dua kali menayangkan. Ane berharap agar kasus ini dapat lebih diberi perhatian dan menjadi efek jera bukan malah disepelekan! karena ini menyangkut nyawa, kesehatan masyarakat. Jangan sampai terjadi lagi dan menambah korban.


Agan pernah minum obat?
Hampir semua orang ane yakin pasti pernah dari yg ringan bebas dijual seperti obat pilek, batuk, sampai yg harus dari dokter.

Udah denger kasus yg belum lama terjadi?
Kalo belum silahkan dibaca dulu sepenggal kutipannya, kalo sudah silahkan lanjut ke penemuan2 lain, kejanggalan dan anomali.

Quote:

Penyebabnya?

"Tertukarnya isi obat Buvanest Spinal dan Asam Tranexamat. Satu pasien untuk proses melahirkan
sedangkan satu lagi untuk pemeriksaan kandung kemih."

"PT Kalbe Farma sudah mengakui ada ketidaksesuaian label dengan obat. Sehingga,tidak menutup kemungkinan ada obat lain yang juga tertukar dan berakibat fatal jika digunakan."

Ketua Yayasan Perlindungan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) Marius Wijayarta mengatakan
"Jika sampai menyebabkan kematian karena salah pelabelan, lanjut dia, kemungkinan PT Kalbe Farma melanggar cara produksi obat yang baik (CPOB)."


sumber kompas, detik:
yayasan perlindungan konsumen bpom perlu tutup pabrik kalbe
link kompas
link detik


Setelah meninggalnya 2 pasien di RS Siloam pada hari yg sama Kalbe pun menarik 2 obat tersebut dari peredaran. Walau masih beredar di Jatim.
sumber:DPRD Jatim Sayangkan Buvanest dan Kalnex Masih Beredar


Desakan itu disampaikan agar tidak sampai ada warga Jatim yang menjadi korban obat-obatan yang sudah dinyatakan terlarang tersebut.Anggota Komisi E DPRD Jatim, Benyamin juga meminta PT Kalbe Farma (KLBF) selaku produsen obat-obatan tersebut, agar tidak tinggal diam dan segera ikut membantu proses penarikan dari pasaran. “Kami minta dinas kesehatan di seluruh kab/kota untuk segera melakukan sidak, agar tidak sampai jatuh korban lagi,” ujarnya di Surabaya, Selasa (24/2).

Pihaknya menyayangkan sikap Kalbe Farma yang terlalau gegabah dengan tidak melakukan penarikan secara menyeluruh obat-obatan tersebut. “Sidak perlu segera dilakukan, karena menyangkut nyawa manusia. Pokoknya, di Jawa Timur harus dilakukan penarikan besar-besaran,” tegasnya.

Terlepas dari itu ada banyak penyimpangan dan kejanggalan dalam kasus tersebut. Salah satunya mengapa hanya di RS Siloam? Walau terdengar kabar ada kejadian di RS lain tapi tidak muncul beritannya/tidak dibenarkan.

Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) Marius Widjajarta meyakini bahwa korban akibat isi obat yang tertukar ini tidak hanya terjadi di RS Siloam Karawaci. “Ada dugaan juga terjadi pada pasien di RS Saint Carolus. Badan POM juga harus memeriksa kejadian di RS lainnya,” ujar Marius saat dihubungi, Selasa (17/2/2015).
sumber:
metrotvnews

Ikatan Dokter Indonesia mempertanyakan pengawasan mutu yang dilakukan PT Kalbe Farma serta Badan Pengawas Obat dan Makanan terhadap produk obat bius Buvanest Spinal.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia Zaenal Abidin heran isi cairan obat anestesi Buvanest Spinal bisa tertukar dengan Asam Tranexamat.

sumber tempo:link
"Bagaimana obat produksi massal bisa tertukar? Selama ini dokter percaya karena sudah dapat izin BPOM," kata Zaenal ketika dihubungi kemarin. Menurut dia, seharusnya Kalbe Farma dan BPOM memperketat standar pengawasan mutu obat dari proses produksi hingga beredar. Direktur Utama RS Siloam, Anastina Tjahjo, mempertanyakan alasan Kalbe memproduksi anestesi Buvanest dalam dua jenis ampul yang berbeda, yaitu isi 4 milimeter dan 5 milimeter. Siloam menemukan empat ampul yang berlabel sama tapi bukan berisi Buvanest. Siloam menunggu hasil penyelidikan Kementerian Kesehatan, sebelum memutuskan apakah akan melaporkan Kalbe.

Head of External Communications Kalbe Farma, Hari Nugroho, mengatakan tertukarnya cairan bius tersebut hanya ditemukan di Rumah Sakit Siloam. "Tapi di retail lain sesuai dengan standar," kata Hari.

kedua belah pihak melontarkan statement bertentangan emoticon-Cape d... (S)

Selain itu ada lagi 1 fakta menarik:
Rumah Sakit (RS) Mitra Keluarga merupakan unit usaha Kalbe Group.
RS Mitra Keluarga termasuk dalam deretan 'raja-raja' RS terbesar di Indonesia berikut dgn RS Siloam dimana terjadinya insiden ini.

sumber:
raja2 rumah sakit

Rumah Sakit (RS) Mitra Keluarga merupakan unit usaha Kalbe Group berencana melakukan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO), pada akhir tahun ini atau awal tahun depan. Dengan IPO tersebut, Mitra Keluarga menargetkan perolehan dana sebesar US$300 juta.
sumber: rs mitra ipo us 300 juta

Muncul pertanyaan, apakah ada sesuatu dibalik insiden ini?


Dari berita hasil investigasi terdapat suatu hal miris yang juga banyak diketahui masyarakat yaitu dugaan 'perbedaan' pelayanan untuk kalangan menengah kebawah BPJS mempotensikan terjadinya mix up.

sumber detik:
link

Sementara tim Komisi IX DPR yang menyambangi Kalbe Farma ingin melihat bagaimana proses pelabelan obat, apakah menggunakan mesin atau dilakukan secara manual. Ingin diketahui pula apakah proses produksi satu jenis obat dilakukan waktu yang sama atau justru berbeda.
"Kita pastikan juga apakah karena demand tinggi karena obat ini kan juga masuk dalam BPJS, kemudian kebut produksi sehingga ada kesalahan atau bagaimana, itu yang sedang ditelusuri," kata Amelia.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menegaskan adanya dugaan mixed-up atau tertukarnya isi obat yang berdampak fatal pada pasien. Kedua obat yang diproduksi dalam satu line pada batch tertanggal 3 November 2014.

Berdasarkan hasil sementara investigasi BPOM, dua produk yang tertukar labelnya itu diproduksi 3 November 2014 silam. Tiap kali memproduksi Fasilitas Line 6 menghasilkan 26 ribu ampul. Puluhan produk tersebut telah tersebar ke seluruh rumah sakit.

“Tapi ini bisa juga karena proses mix-up (pencampuran). Kami sudah menyurati apoteker Kalbe Farma untuk menghentikan operasinya,” lanjut Roy. Sekarang dua produk masih dalam proses penarikan dari peredaran oleh PT Kalbe Farma.

Hingga Jumat, 20 Februari 2015, PT Kalbe Farma belum bersedia memberikan pernyataan. Vindjongtius, sekretaris perusahaan itu, belum menjawab pesan yang dikirim VARIA.id. Kepala Komunikasi Eksternal PT Kalbe Farma Tbk, Hari Nugroho, juga belum merespons pertanyaan dari media ini.

Sebel‎umnya, Roy Sparringa mengatakan, obat anestesi Buvanest Spinal produksi Kalbe Farma yang diduga tertukar isinya berasal dari batch tanggal 3 November 2014. Dua batch obat pengental darah Asam Tranexamat Generik juga diproduksi pada tanggal tersebut.

sumber:
obat tertukar komisi ix jgn ada yg ditutupi
link
dibalik kematian 2 pasien rs siloam


Kejadian ini sangat kontras dgn kata2 harum, manis dan indah yg dipajang di website Kalbe.
Quote:

sumber:link website

Namun bagaimana menikmati indahnya dan mulianya hidup ini jika nyawa sudah melayang seperti almarhum Mbak Rielda amanda salah satu korban yg meninggal. emoticon-Bingung (S)

sumber=tempo
Quote:

sumber kompas: duka mendalam pasien korban

Meskipun sampai 2 nyawa hilang sekaligus kasusnya cenderung adem ayem saja. Walau YLKI sudah beberapa kali meminta agar kasus ini segera ditindak dan dibuka tanpa ada yg ditutup-tutupi.

Puluhan massa dari Aliansi Mahasiswa dan Pemuda untuk Keadilan Rakyat (Amalan Rakyat) juga sempat menggelar aksi di depan PT. Kalbe namun tidak mendapat tanggapan.



sumber kompas:
link

Gelar spanduk saat aksi, massa yang merupakan aliansi dari beberapa kampus di Jakarta itu mendesak agar PT Kalbe Farma bertanggung jawab atas beredarnya obat yang mengakibatkan dua orang tewas saat menjalani operasi.

“Kami meminta agar kasus ini diusut tuntas dan copot seluruh direksi PT Kalbe yang diindikasi melakukan kejahatan kemanusiaan. Apalagi, setelah ada korban jiwa, tidak ada tindakan yang jelas dari Kalbe,” ujar salah satu orator, Furqon di Jakarta, rabu (25/2/2015).

Aksi hingga lebih dari 1,5 jam dan tidak mendapatkan respon dari pihak Kalbe.

Ketua Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan, investigasi tersebut harus secepatnya dirampungkan dan hasilnya segera diumumkan kepada masyarakat. “Investigasi itu harus secepatnya dilakukan dan hasilnya diumumkan kepada masyarakat,” kata Ketua Harian YLKI Tulus Abadi kepada Investor Daily, Senin (23/2).

Rizki Sadiq dari fraksi PAN juga menyebutkan Komisi IX DPR--yang ruang lingkup kerjanya mencakup bidang kesehatan-- membentuk panitia kerja (panja) untuk menyelidiki kasus ini. “Hasil kerja panja berupa rekomendasi yang harus dijalankan pemerintah mengingat masalah ini sudah seperti gunung es, di mana hak-hak konsumen sudah dilangkahi oleh produsen. Apalagi menyangkut kesehatan manusia, tidak boleh ada hak-hak konsumen yang dilangkahi. Karena itu, harus ada langkah tegas dari pemerintah terhadap produsen obat,” katanya.

“Menurut informasi yang saya terima, sudah cukup kuat bahwa produsen yang bermasalah. Produsen bisa dijerat dengan UU Perindustrian, peraturan tentang peredaran obat, distribusi obat dan makanan, dan peraturan lainnya di bidang kesehatan,” ucapnya.

Hasil audit juga menunjukkan reaksi negatif itu disebabkan oleh Buvanest Spinal produksi Kalbe Farma. Itu adalah obat yang benar tapi kandungannya sama sekali berbeda sehingga menyebabkan reaksi negatif dan akhirnya menimbulkan kematian.

sumber: link

Selama dua pekan, polisi belum memanggil satupun saksi dari Siloam, Kalbe, maupun Badan Pengawas Obat dan Makanan. Tulus menduga adanya anomali hukum dalam pengusutan kasus ini.

Suami Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Farid Anfasa Moeloek adalah komisaris PT Kalbe Farma

sumber tempo:
YLKI Minta Menteri Nila Adil Usut Kasus Kalbe


Tulus berharap kementerian segera mengeluarkan sanksi administrasi jika terbukti Kalbe bersalah, meskipun suami Nila, Farid Anfasa Moeloek adalah komisaris di perusahaan farmasi terbesar itu.
"Anomali hukum yang besar karena ada pelanggaran besar yang harus diusut tapi hingga kini belum diproses," kata dia. Tulus meminta polisi proaktif memanggil para saksi dan mengungkap dugaan pelanggaran agar kasus serupa tak terjadi kemudian hari.

"Menkes harus fair. Sanksi yang diberikan harus sesuai Undang-Undangan Perlindungan Konsumen, dan Undang-Undang Kesehatan," kata Tulus saat dihubungi Tempo, Senin, 2 Maret 2015.


Sementara itu, terjadinya kasus ini sepertinya tidak terlalu berdampak buruk pada Kalbe.


Analis PT Danareksa Sekuritas Armando Marulitua mengungkapkan dampak penarikan kedua obat bius terhadap kinerja Kalbe Farma tidak akan terlalu signifikan.

Pasalnya, lini bisnis ini diperkirakan hanya menyumbang sekitar 1% terhadap pendapatan Kalbe dari lini bisnis obat resep yang diperkirakan mencapai Rp4,32 triliun pada 2014.
Kendati demikian, risiko penurunan harga saham diperkirakan masih bisa terjadi.
Armando pun merevisi rekomendasinya terhadap saham Kalbe dari ‘buy’ pada 14 November 2014 menjadi ‘hold’ akibat kasus tersebut. Namun, target price yang dipatok Danareksa Sekuritas tetap tidak berubah di level Rp1.900.

Armando beralasan bahwa kinerja keuangan Kalbe 2014 yang belum diaudit menunjukkan performa bagus. Perseroan berhasil membukukan pendapatan Rp17,5 triliun dengan laba bersih Rp2,1 triliun pada tahun lalu. Ini sejalan dengan ekspektasi analis sehingga saham Kalbe dinilai masih menguntungkan dalam jangka panjang.

sumber: link

Sampai sekarang sudah 1 bulan tidak ada perkembangan yg berarti. Sanksi terakhir hanya pencabutan izin obat Buvanest.
Kejadian ini dapat terekspos karena melibatkan RS besar sekelas Siloam dan karena terjadi kejanggalan 2 pasien sekaligus mengalami hal yg sama. Namun apabila ini terjadi di RS kecil apakah akan lain ceritanya?
Yang membuat ane prihatin produsen obat sebesar Kalbe farma bisa seperti itu untuk produk sterilnya yg seharusnya sudah melalui beberapa tahap pengontrolan yang lebih ketat lalu bagaimana dgn produk lain ? dan bagaimana dgn produsen lain?? emoticon-Takut (S)

Nasib konsumen kesehatan seperti pepatah, "sudah jatuh tertimpa tangga" bahkan juga harus dilindas truk? emoticon-Berduka (S) Sudah diserang penyakit, merogoh isi tabungan, namun juga harus 'bergulat' dengan banyak isu: Belum cukup dengan kasus2 malpraktek, 'mafia obat' yang bertebaran (baca:
mafia-sektor-kesehatan-rugikan-konsumen
[url=http://nasional.inilah..com/read/detail/267301/ketika-dokter-jadi-mafia-obat-1]etika-dokter-jadi-mafia-obat-1[/url]
Bentuk.Gratifikasi.yang.Ditemui.di.Kalangan.Dokter)
namun masyarakat juga harus dihantui dengan kekhawatiran kelalaian pabrik obat.

Mungkin ini alasan mengapa masyarakat cenderung lebih memilih mencari pelayanan kesehetan di luar negri?
Utk melindungi nyawa, kesehatan dan hidup mereka sendiri termasuk juga orang-orang yg membutuhkan mereka jika sampai mereka tinggalkan. Kalo pun mendapat ganti rugi uang apakah korban akan bisa bangkit dari kubur dan pengalaman sakatrul mautnya dapat dikembalikan dan ditukar?
Dunia medis Indonesia sudah semakin 'coreng-moreng' di mata masyarakat.
Ini menambah daftar catatan hitam, tamparan bagi dunia medis Indonesia. Namun dengan terbengkalainya kasus ini jangan sampai ini bukannya menjadi pelajaran untuk membenahi namun malah menjadi pelajaran bahwa segalanya dapat 'dibengkokan' sesuai dengan kepentingan pihak yg lebih kuat yang akhirnya malah digampangkan dan dianggap remeh.

Begitu kecilnya nyawa dihargai di negri ini.
Hukum dibengkokan, keadilan dibungkam, dimana nilai-nilai kemanusiaan, moral diletakan?
Apakah kehidupan dapat dibeli? Apakah nyawa dapat ditebus?

Diubah oleh moralkmanusiaan 10-03-2015 10:37
0
4.4K
18
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan